Tuesday, June 6, 2017

MOMENT-MOMENT PENTING ANAK KITA

Dari kemarin mau nulis ini tapi bingung dari mana harus memulainya. Jadi saya SMS-an dengan istri di kampung, saya menanyakan kepadanya, apakah Si Nai sekarang masih suka ikut makan sahur? Istri jawab, tidak. Pas dibangunkan, Si Nai berkata, badanku sedang gak enak. Haha, jawabannya niru-niru orang tua.

Tapi memang siangnya dia sakit. Pilek.

Istri bilang, Si Nai pun tidak ikut taroweh. Jika pulang dari Masjid, dia biasanya mendapati Si Nai sudah tidur di kasur barunya di kamar depan. Saat itulah istri, jika saya nanti mendapatkan THR dari perusahaan, mending dipake beli ranjang buat Si Nai aja, dia sudah mau tidur sendiri, di kamarnya sendiri.

Sebenarnya saya bertanya-tanya, apa iya benar, dia sudah mau punya kamar sendiri, dia kan masih kecil.

Ini fase baru buat Si Nai, ketika dia sudah ingin tidur sendiri di kamar sendiri.

Seketika ini mengingatkan saya selama ini saya tidak pernah melihat fase-fase perkembangannya. Saat dia mulai tengkurap, saya tidak menyaksikan bagaimana dia belajar tengkurap. Saat dia mulai belajar duduk, saya tidak menonton bagaimana dia kerja keras belajar duduk. Saat dia belajar merangkak, tidak menyaksikan juga saya bagaimana dia mulai belajar merangkak, tahu tahu udah bisa merangkak, tahu-tahu sudah bisa berdiri, tahu-tahu sudah berjalan, tahu-tahu sudah lari, tahu-tahu sudah bicara, dan sama sekali tidak tahu bagaimana fase-fase perkembangannya, saya sedih sekali ketika mengingat ini, kok bisa saya sampai tidak melihat,

Kemudian tiba-tiba saja dia sudah bisa membaca, dan saya tidak melihat bagaimana dia belajar membaca, bagaimana susahnya mengenal huruf-huruf, saya juga tidak tahu bagaimana dia belajar menulis, bagaimana susahnya tangan dia membentuk huruf a, lalu kok bisa membentuk huruf b, bagaimana dia bisa hafal menuli huruf s, saya juga tidak melihat bagaimana dia mulai sekolah, bagaimana bingungnya dia melihat ternyata banyak anak lain, saat kenaikan kelas di PAUD, saat dia menari dengan hanya pake kemben ke panggung, saat menerima hadiah karena juara 1 di kelasnya, dan sekarang, saat dia sudah tidak mau lagi tidur dengan ibunya, dan masuk kamarnya sendiri, naik ke ranjang yang tinggi, lalu tidur sendiri ....

Saya tidak menyaksikan. Tidak melihat. Hanya mendengar kabarnya saja dari SMS, dari SMS dan dari SMS, dan begitulah sejak dulu hanya dari SMS.

Sejak SMS pertama, "A, aku sudah melahirkan." dan saya pun pulang dari kampus.

Beberapa bulan kemudian, "A beli karet ya, ada di apotik buat gigitan bayi."

"A, nanti beli roda ya, biar Si Nai cepat belajar berjalan."

"A beli poster yang ada huruf arabnya, biar Si Nai belajar," dan saya pun membelinya di Pasar Kemiri Depok tapi kemudian lupa membawanya pulang, bulan berikutnya juga lupa membawanya pulang

"A, beli IQRO ya, Si Nai mau belajar membaca."

Dan sekarang SMS yang datang memberitahu kalau dia sudah mau tinggal di kamarnya sendiri. Ini moment pentin, tapi lagi-lagi, saya sedang tidak berada di rumah.

Jika Anda ayah yang setiap hari melihat fase-fase perkembangan anak, bersyukurlah Anda, karena Anda sangat beruntung bisa melihat pemandangan menakjubkan itu, sebab tidak semua ayah bisa merasakan nikmat seperti yang Anda rasakan.

No comments:

Post a Comment

Mau Betulin Hape