Saturday, October 29, 2016

BUKU BAGUS TAPI MURAH

Apa yang membuat saya suka membeli karya-karya Beni Arnas?

Pertama, karena dia seorang cerpenis. Karyanya telah menembus koran Kompas.

Tidak semua cerpenis kompas itu absurd dan susah dimengerti, sebagian mereka ada yang begitu sederhana tapi memikat. Dan Beni Arnas salah satu.

Kedua, kiblat kepenulisannya. Saat masih kuliah, jika mahasiswa lain senang membaca buku-buku pergerakan Beni lebih senang membaca buku-buku agama. Seperti dia ceritakan dalam pengantar unik bukunya yang berjudul "Cinta Paling Setia". Dan bacaan itu pasti banyak berpengaruh pada jiwa kepenulisannya. Dengan rendah hati, jujur dia sebut buku ini terinspirasi Tasaro Gk, lalu pada bagian lain pengantar bukunya, dia mengutip sastrawati muslimah, Helvi Tiana Rosa, "Usai menghasilkan karangan, penulis justru memperpanjang usia, bukan membunuh dirinya."

Mulanya saya ragu membeli buku ini. Bolak-balik ke toko buku, pegang-pegang, simpan lagi, balik lagi ke toko buku, pegang-pegang lagi, simpan lagi, sampai akhirnya, karena penasaran, saya bawa ke meja kasir, bayar, lunas, bawa pulang, buka, baca dan, ternyata tidak rugi membeli buku ini.


Harga aslinya 60 ribuan lebih. Tapi karena saya ingin lebih banyak lagi teman ikut menikmati karya penulis ini, saya buat harganya terjun bebas, sampai 20 ribu perak!!

Untuk pemesanan bisa langsung inboks
Atau BBM: 2ba5f9bf
Atau Whatsapp: 085723962260

Friday, October 28, 2016

OUR NEW CORPORATE

Perusahaan yang akan kita bangun adalah perusahaan akhlak mulia.
Produk-produknya adalah akhlak mulia. Berbagai tulisan tentang akhlak mulia.
Kaset-kaset dan ceramah tentang akhlak mulia

Yang dilakukan para stafnya adalah akhlak mulia.
Yang ditulisn para stafnya adalah akhlak mulia. Ingin gabung dengan kami? Lakukan akhlak mulia, dan Anda sudah tergabung di perusahaan kami.

Produksi sehari-harinya akhlak mulia

Setiap saat melakukan akhlak mulia.

Ucapan-ucapan yang dilontarkan hanya ucapan mulia

Dari pengamalan itu kita akan mendapatkan pengalaman dan hikmah, maka itu yang kita tuliskan.

Uang bukan tujuan kita meski itu penting

Tujuan kita terpenting adalah membuat produk-produk yang mengajak orang lain berakhlak mulia.

Membuat buku dengan modal seadanya, misalnya, meski itu dengan tulisan tangan, tidak mengapa, yang penting kita mempunyai produk ajaran akhlak mulia.


Tujuan kita adalah Ridha Allah, dengan beramal jariyah menanam kebaikan dalam kehidupan.

====

Menulis hanya kalimat-kalimat mulia, baik, mengandung kebaikan dan kebenaran.

Untuk itu, maka

Inputnya pun harus senantiasa kemuliaan.

Ilmu pengetahuan yang baik, kitab suci Al-Qur'an, hadits Rasulullah Saw.

Kisah-kisah penuh hikmah dari para ulama, shahabat, orang-orang shalih pada zaman dahulu, para nabi.

Itulah perusahaan yang ingin kita bangun.

Terserah orang lain mau melakukan apa kepada kita, yang penting kita hanya mengatakan dan melakukan kebaikan kepada mereka.

Mau gabung dengan perusahaanku? Berjanjilah untuk hanya berakhlak mulia.

Tidak perlu risau dengan orang lain yang mengatakan dan melakukan apa kepada kita, prestasi dan kesuksesan kita adalah saat kita bisa melakukan akhlak mulia.

Saat kita bisa menanggapinya dengan akhlak mulia, bagi kita itulah kesuksesan.

Thursday, October 27, 2016

MEMBERI, MODAL KELUARGA SAKINAH

"Di desa mereka, ambu memang dikenal warga sebagai orang yang sangat suka berbagi. Walau almarhum ayah Ahmad mewariskan sepetak tanah yang kemudian mereka sewakan pada petani, hasil yang didapat sesungguhnya hanya cukup untuk sekadar melakoni hidup sederhana sehari-hari. Tapi sampai Ahmad sebesar ini, ahmad tahu, tak pernah sekalipun Ambu melewatkan satu hari tanpa sedekah. Apakah itu berupa uang, beras, gula, atau bahkan hanya berbagi kehangatan dengan tetangga di muka tungku di dapurnya yang luas dengan teh, kopi, dan singkong rebus." dikutip dari kisah "Kalung" buku "Sakinah Bersamamu".

Seperti disebutkan dalam kisah di atas, salah satu kunci keluarga sakinah adalah berbagi. Berbagi tidak hanya menyebabkan rezeki lebih lapang, akan tetapi hati juga lebih lapang. Hati lapang memudahkan orang menghadapi masalah dengan tenang. Ketenangan menjauhkan seseorang dari marah-marah, dan jika rumah sudah demikian, bukan hal susah membentuk rumah tangga surga.

Sangat berbeda dengan keluarga yang tidak suka berbagi alias pelit. Kebiasaan pelit tidak hanya menyebabkan rezeki menjadi sempit, akan tetapi hati pun akan ikut sempit. Hati sempit memudahkan orang menghadapi masalah dengan gelisah. Kegelisahan mendekatkan seseorang kepada marah-marah dan jika rumah sudah demikian, bukan hal mudah membentuk rumah tangga neraka.

Saya sering kagum kepada orang tua yang membudayakan anaknya. Melewati pengemis, uang dia serahkan kepada anaknya supaya diberikan pada pengemis. Saat pengajian madrasah, datang kotak amal, dia berikan uang ke tangan anak supaya masukkan ke dalam kotak amal. Atau misal saat teman anaknya datang ke rumah, orang tua membimbing supaya berbagi. Makanan sedikit dibagi masing-masing sedikit, makanan banyak dibagi masing-masing banyak, sama rata, sama rasa.

Al-Qur'an surat Al-Humazah mengabarkan kepada kita, orang yang suka mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya sangat mudah mencela. "Kecelakaanlah bagi pengumpat dan pencela, yaitu yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Mereka mengira sesungguhnya hartanya akan mengekalkannya." Bayangkan jika semua anggota rumah pelit, kemudian efeknya mereka suka mengumpat da mencela. Mana bisa membangun keluarga itu bisa membangun rumah tangga sakinah.

Saturday, October 15, 2016

HIDUP RINGAN TANPA HARUS BANYAK MIKIR

"Aku cuma ingin semua menjadi sederhana" (Nic & Mar)

Kutipan di atas saya temukan di Google, pada foto, lalu penasaran dan bertanya-tanya, Nic & Mar itu siapa?

Cari lagi, dan ternyata itu nama sebuah film, dibintangi oleh Nicholas Shaputra dan Maria Renata. Dan ternyata Nic & Mar itu singkatan dari nama dua bintang itu. Jadi film ini setengah kisah nyata. Tidak penting saya mencari tahu cerita filmnya seperti apa, buang-buang waktu, apalagi nonton sampai satu jam lebih, cukup buat saya menangkap ujaran bagus dari sebuah dialognya yang dikutip di atas, "Aku cuma ingin semua menjadi sederhana."

Tujuan saya membagikan tulisan ini, yaitulah. Saya cuma ingin semua menjadi sederhana. Saya cuma ingin hidup saya menjadi sederhana, saya ingin hidup Anda menjadi sederhana, mudah, membahagiakan menyenangkan, banyak keberuntungan, tidak perlu kerja keras, dan tidak perlu banyak mikir.

Hidup ringan, tidak perlu kerja keras, tidak perlu banyak mikir, apakah itu mungkin?

Kenapa tidak?

Itu hal yang sangatb mungkin, dan Anda bisa mewujudkannya.

Hidup hanya bersenang-senang, tidak kerja keras, tidak banyak mikir, tidak perlu memeras keringat, tidak perlu memeras otak, cukup menikmati saja, tahu-tahu banyak uang, banyak keberuntungan, punya rumah, punya teman, punya kendaraan. Kenapa tidak.

Saya yakin bisa mewujudkan itu.

Saya suka menulis, kemudian, bersenang-senang saja menulis, membuat buku dengan senang hati, dengan gembira, dengan sepenuh hati, pagi, siang, malam dan sore saya habiskan buat kesenangan ini, maka saya yakin, buku yang saya hasilkan dengan senang hati, pembaca pun akan menikmatinya dengan senang hati.

Karena membacanya menyenangkan hati, maka buku saya itu akan mudah menginspirasi. Karena menginspirasi maka orang akan menyimpan kesan baik tentang buku saya di dalam hati, lalu dia beritahukan kepada yang lain, dan dalam setiap perbincangan, buku saya itu akan dia bicarakan dengan orang lain, di keseharian, di jalan, di sekolah, di warung, di pasar, di facebook, twitter, dan berbagai social media, dan dengan begitu, orang lain penasaran, di mana-mana orang mendengar, lalu penasaran, kemudian ingin membeli, lalu jadi buku laris, banyak duit masuk, banyak penerbit minta naskah, duit semakin banyak, bisa beli rumah, beli mobil, beli hotel, beli pulau..... haha

Bisa kan hidup hanya dari bersenang-senang?

Saya menulis ini pun dengan bersenang-senang. Lihat saja barusan, itu cuma melamun, tapi saya tuliskan, dan Anda pun senang membacanya bukan?

Tidak?

Ya sudah, tak masalah, yang penting saya senang melakukannya, dan hanya dengan perasaan senang saya bisa menulis lebih lancar, karena inspirasai hujan ke dalam kepala lalu jari dengan begitu mudah mengalirkannya.

Sebaliknya buku yang ditulis sambil terus pusing mikir, orang yang membaca pun akan merasa berat, pusing karena harus mikir.

Anda tidak setuju dengan pemikiran saya ini, silakan saja.

Bayangkan, Anda mempunyai sebuah kehidupan membahagiakan. Hidup ringan, tidak perlu kerja keras, tapi keberuntungan terus berdatangan.

TIDAK PERLU BANYAK MIKIR

Pernah ada orang pusing memikirkan hidup?

Hidup kok dipusingkan? Hidup kok dipikirkan? Apa belum tahu hidup kita sudah ada yang mengurusnya? Jantung, paru-paru, urat, darah, semuanya sudah ada yang mengurusnya.

Akibat banyak mikir, banyak orang mau melakukan kebaikan gak jadi-jadi. Mau nikah, banyak mikir, nikahnya gak jadi-jadi. Padahal nikah itu ibadah, kebaikan dan mengundang banyak sekali kebaikan dan rezeki.

Orang mau buka usaha, tapi usahanya gak jadi-jadi, karena terlalu banyak mikir, terlalu banyak perhitungan. Padahal kata Bob Sadino, buka usaha itu gak perlu pake otak. Simpan saja otaknya di dengkul biar langsung melangkah.

Akibat banyak mikir, mau sedekah gak jadi-jadi padahal sudah tahu dan sudah terbukti sedekah itu ampuh, sebagai penarik rezeki. Padahal sudah merasakan dengan bersedekah rezeki datang lebih banyak, tapi terlalu banyak mikir, terlalu perhitungan, takut kehabisan, takut kekurangan, sedekah pun gak jadi-jadi.

Kalau ingin hidup ringan, jangan banyak mikir. Bruce Lee bilang, "Just do it!" cukup kerjakan, cukup praktikkan.

Steve Job bilang, untuk melakukan sesuatu tidak perlu rencana. Cukup lakukan, dan biarkan rencana itu sendiri yang datang kepada kita.

BERPIKIR MENCARI KEBENARAN

Banyak orang berpikir mencari kebenaran, sampai jidat berkerut, sampai rambut habis.

Haha.

Buat apa?

Kebenaran sudah tidak perlu lagi dicari.

Kebenaran itu tinggal kita menerima, mengamalkan dan menyampaikannya.

Al-Qur'an dan As-Sunnah,  itu kebenaran sudah ada.

Kenapa pake dicari-cari segala.

Orang yang memikirkan kebenaran, seringnya berpikir buat membantahnya, agar sesuai dengan apa yang disenanginya.

Begitulah yang sering terjadi. Dia pikir mengotak-atik kebenaran bisa mempertemukan dia dengan kesenangan. Padahal sebenarnya, yang akan dia temui adalah sebaliknya.

Lha, melawan Allah ya tahu sendiri bagaimana resikonya.


Hidup ini ringan, tidak berat. Kebenaran tidak perlu dipikirkan, kebenaran sudah ada. Tinggal kita mau mendengar, membaca, mengamalkan, menyampaikan lagi kepada orang lain.

Muhammad Fauzil Adhim pernah menulis, "Jika kita menulis buat menyampaikan kebenaran, kenapa harus mencari inspirasi?"



MENULIS

Menulis juga begitu. Menurut saya, menulis bagus gak perlu pake mikir. Tuliskan saja apa yang menjadi isi kepala sekarang. Tidak perlu mencari-cari yang tidak ada di kepala. Apa adanya saja. Jika sedang normal, tuliskan saja tentang kenormalan kita. Jika sedang sinting, tuliskan saja kesintingan kita. Jika sedang bingung, tuliskan saja kebingungan kita. Jika sedih tuliskan saja kesedihan kita. Menulis dengan cara semacam itu lebih bisa memberikan keaslian daripada menulis dengan cara berpikir keras.

Makanya berkali-kali saya berkata kepada orang, konsep menulis saja adalah MENULIS SEENAKNYA. Prinsipnya, apa yang enak saat kita tuliskan, akan enak pula saat orang membaca.


Bagaimana supaya hidup ini ringan?

Banyak memberi.
Banyak mengingat Allah.
Banyak meminta kepada-Nya.
Hidup hanya untuk beribadah.

Kata yang merangkum semuanya, hiduplah untuk mengabdi kepada Allah. Mengabdi kepada Allah secara langsung dan mengabdi secara tidak langsung, dengan berbuat baik kepada makhluk-makluk Allah, berbuat baik kepada manusia, berkata baik kepada mereka, senyum kepada mereka, menyapukan rumah, menyapukan halaman, menyiram bunga, memberi makan kucing, itu juga sama ibadah.

Berkali-kali Allah menegaskan dalam kitab suci-Nya, bahwa ibadah adalah jalan yang lurus. Jalan lurus adalah ibadah. Siapa ingin jalan hidupnya lurus, beribadahlah.

Di jalan lurus, kita bisa berjalan dengan lebih mudah. Itu kita rasakan saat menaiki kendaraan. Banyak orang lebih memilih jalan tol Cipularang daripada lewat puncak. Lebih banyak bus via tol Cipularang daripada lewat puncak. Mengapa?

Sebab jalan itu cenderung lurus dan mudah, tidak terlalu banyak bolak-beloknya.


Berada di jalan lurus, tidak banyak bolak-belok menjadikan perjalanan lebih mudah. Maka begitu pulalah menjalani kehidupan, jika ingin mudah, lalui saja jalan lurus, dan jalan lurus itu adalah ibadah.

Berkali-kali Allah menyebutkan, "Dan supaya beribadah kepada-Ku, inilah jalan yang lurus." (Surat Yaa Siin)

MEMBERI DENGAN LEBIH MUDAH

Berjalan-jalan dan memberi kepada pengemis itu juga ibadah.

Ada orang berkata, jika memberi kepada pengemis kita tidak mendidik mereka.

Untuk orang itu saya ingin bertanya, oh jadi dengan tidak memberi, berarti mendidik mereka ya? Pelajaran apa yang mereka dapatkan dengan tidak memberi kepada mereka? Pelajaran tentang pelit?

Buat saya, memberi adalah ibadah. Sudah jelas ayat Al-Qur'annya, orang yang berhak kita beri adalah peminta-minta. "Assailiin" begitu Al-Qur'an menyebutkan. Jika memberi kepada pengemis dilarang, lalu kenapa Allah memasukkan peminta-minta sebagai orang yang harus kita berikan sedekah?

Mereka berkata, dengan memberi kepada pengemis berarti kita tidak mengajari mereka untuk hidup instan, tidak perlu kerja keras, cukup meminta, dapat deh uang. Hei, memangnya hidup itu harus kerja keras ya? Ya kalau memang hidup mau kerja keras, silakan kamu saja yang kerja keras.

Dengan memberi kepada pengemis saya ingin rezeki Allah mengalir lebih mudah, lebih lancar, seperti lancaarnya aliran air dalam piva.

Saya ingin menjadi piva yang lancar mengeluarkan air, sebab hanya dengan cara ini air yang akan masuk kepada saya bisa masuk. Akan susah bagi saya merasakan nikmatnya minuman, jika setelah masuk ke dalam tubuh air itu mengalami masalah dalam proses pengeluaran.

Saya ingin rezeki mengalir dari tangan saya ke tangan pengemis dengan mudah, sebab yakin Allah akan memberikan kepada saya sepuluh kali lipatnya.

Saya memberi karena ingin dalam kehidupan ini rezeki Allah mengalir dengan mudah.

JANGAN DEBAT

Kenapa jangan debat?

Karena debat berarti melanggar prinsip lain dari buku ini. Debat bikin mikir, mencari argumentasi, yang manfaatnya hanya untuk mematahkan lawan bicara.

Apa gunanya, debat cuma bikin perasaan orang jadi rusak, perasaan diri sendiri jadi rusak, dan ujung-ujungnya, pertemanan jadi rusak.

Hidup lebih baik berteman akrab, dan caranya, jangan suka debat. Kenapa? Karena sebagus apa pun argumentasi kita, kalau kita sedang sial ya tetap sial. Kalau kita sakit ya tetap sakit. Kalau lagi gak punya duit ya tetap gak punya duit. Segala argumentasi yang telah kita keluarkan tetap tidak bermanfaat untuk mencari duit. Yang bisa bikin kita banyak duit dan sehat adalah keakraban, jalinan sillaturrahmi dan persaudaraan.

"Siapa yang mau dilapangkan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menjalin sillaturrahmi." itu sabda Nabi.

Thursday, October 13, 2016

RENDAH HATI

Bertemu dengan orang-orang yang saya mempunyai kelebihan, sering penasaran, punya akhlak apa sampai dia mempunyai kelebihan itu?

Fitrah Ilhami, usianya jauh di bawah saya, tapi tulisannya, lebih bagus, lebih menarik, enak dibaca, mengalir dan lucu. Bahkan, nasib bukunya diberikan kelancaran. Insya Allah, bukunya yang berjudul "Nasib Orang Baik" akan segera menjajah toko buku Indonesia. Saya penasaran mengapa Nasib Fitrah Ilhami begitu kebalikan dari Orang Baik, tokoh utama bukunya yang bernasib buruk?

Setelah agak lama tinggal di ANPH, saya jadi tahu ternyata selain murah hati, orang satu ini pun rendah hati. Kerendahhatian itu dia cerminkan dalam tulisan-tulisannya. Coba baca, nyaris semua tulisannnya bukan merupakan pamer kelebihan, justru sebaliknya, lebih banyak jujur menyebut kekurangan dan kekonyolan. Nasib Orang Baik, bukunya, itu berisi kisah-kisah konyol dia saat mendapatkan keberuntungan. Jadi siapa pun yang ingin mentertawakan kesialannya, beli saja buku dia dan baca. Dijamin puas. Rendah hati, sekali lagi itulah kesan yang saya dapat, dan kiranya itulah satu dari sekian banyak faktor penyebab keberuntungannya.

Berikutnya Hilman Lupus. Keberuntungan orang ini pun cukup besar. Saat muda sukses dengan novel Lupus. Bak tabung gas tiga kilogram, sangat laris di pasaran. Digandrungi semua kalangan karena kisahnya kocak dan renyah. Sekarang bagaimana? Keberuntungannya masih belum habis. Tak putus-putusnya Production House mempercayakan penulisan skenario padanya, buat sinetron kejar tayang. Dia memang sangat produktif, sehari menulis tak pernah kurang dari 60 halaman. Tapi lebih dari itu, saya kira keberuntungan banyak dia dapatkan karena sikap rendah hati yang dimililinya.

Kemarin di workshop kepenulisan saya melihatnya langsung. Tampil sebagai pembicara, orangnya pemalu sekali. Sangat rendah hati. Mbak Helvi Tiana Rosa berkali-kali menyebut Mas Hilman gurunya, dan semua hadirin setuju. Tapi dalam bicara, Mas Hilman lebih suka mengalah, lebih suka mendahulukan orang lain daripada dirinya? Low profil sekali, dan tidak suka menonjolkan diri, jauh dari sifat angkuh, apalagi teriak-teriak menyebut dirinya hebat. Jauh, sangat jauh dari sifat itu, sampai pun berkesimpulan, jangan-jangan itulah faktor keberuntungannya.

Alim Sudio juga. Penulis skenario satu ini memang baru ketemu saat workshop kepenulisan, tapi satu kali pertemuan itu cukup memberikan kesan bagus buat saya. Caranya membawakan materi sangat tenang, enak didengar dan tertata. Dengan suara berat, begitu akrab berinteraksi dengan pendengar sambil dibumbui canda sederhana tapi segar. Seorang peserta workshop berkali-kali mengatakan, begitu antusias mendengar. Jelas itu bikin saya bertanya-tanya, kenapa?

Setelah mendengar sendiri dari mulutnya, ternyata dia seorang yang sangat menjunjung tinggi kerendah hatian. Dia berkata, jika sebuah film bagus kemudian orang-orang memujinya, Alim Sudio lebih suka berkata, itu bukan kesuksesan dia. Kesuksesan sebuah film adalah kesuksesan bersama. Menurutnya, seorang penulis skenario berada di urutan rantai paling rendah dalam sebuah karya film yang membutuhkan keterlibatan orang banyak.

Jika misalnya orang lain menyebut film itu bagus, karena banyak sekali kata mutiaranya, Mas Alim masih saja berkata, itu bisa jadi   karena si artis saja bagus mengucapkannya. Menjadi seorang penulis skenario tidak boleh mengedepankan ego, begitu dia menjelaskan. Sekali mengedepankan ego dan memaksakan kehendak kepada perusahaan pembuatan film, sudah. Selesai. Orang takkan minat lagi menggunakan jasanya.

Rendah hati.

Jadi ingat sabda Nabi Saw, "Siapa saja rendah hati, maka Allah akan meninggikannya."

Mau Betulin Hape