Friday, June 24, 2016

ENAM KEMUNGKINAN

Deri mengantar gurunya belanja ke kota, membeli pakan ikan. Melewati sebuah rumah makan, Deri heran, "Guru, kenapa si bapak itu makan padahal waktu siang?"

"Ada enam kemungkinan mengapa seseorang tidak berpuasa."

"Pertama?"

"Karena dia  non muslim, jadi mungkin saja si bapak itu non muslim."

"Kedua?"

"Karena sakit, jadi mungkin saja si bapak itu orang sakit."

"Ketiga?"

"Dalam perjalanan, mungkin bapak itu sedang dalam perjalanan."

"Keempat?"

"Tidak berakal sehat, karena hanya orang berakal sehat yang wajib berpuasa. Jadi mungkin saja bapak itu bukan orang yang berakal sehat."

"Kelima?"

"Sedang haidl, jadi mungkin saja bapak itu sedang menstruasi."

"Keenam?"

"Baru saja melahirkan, sedang dalam keadaan nifas, jadi mungkin si bapak baru saja melahirkan dan sedang dalam keadaan nifas."


Monday, June 20, 2016

TERNYATA MIMPI

Wiro ingin sekali pulang kampung, ingin segera mengabarkan kepada mamaknya bahwa pinangan dia diterima. Tapi masalahnya, Jawa-Sulawesi bukan jarak dekat. Membutuhkan penerbangan, dan ongkos pulang pergi tak cukup satu dua juta. Lewat laut mungkin bisa, tapi pasti itu butuh waktu lama.

Tapi pagi ini, Wiro telah duduk di beranda rumahnya di Toraja.

"Tentu saja Mamak merestuimu Nak." setelah mendengar Wiro menuturkan semuanya.

"Terima kasih Mak."

"Karena Mamak sangat memahami dan merasakan apa yang kamu rasakan."

"Memangnya Mamak tahu apa yang aku rasakan?"

"Naluri alamiah manusia, takkan sanggup dan tahan menyendiri sepanjang hidupnya. Kesepian bisa mengantarkannya kepada lamunan tak karuan, kegelisan tak jelas, dan ketakutan tanpa dasar. Dari situlah, kemudian dia berupaya mencari pasangan, ya seperti yang kemarin sudah kamu lakukan."

"Jauh sekali ya Mak."

"Itu tidak mengherankan. Bapak dan ibu manusia dulu melakukan hal yang sama, berjalan jauh buat saling mencari satu sama lain."

"Adam dan Hawa?"

"Ya. Karena baik pria maupun wanita sesungguhnya ingin berpasangan, ingin saling memberi dan menerima untuk mengusir kesepian dan kegelisahan."

Sebetulnya Wiro heran, dia menyaksikan hal yang tak biasanya. Kenapa ucapan Mamaknya menjadi begitu tertata dan sangat bijak, tapi seakan tak menghiraukan itu, Wiro hanya ingin semuanya mengalir, lancar, mendengar apa yang sangat ingin didengarnya, apa saja tentang pernikahan. Maka yang dilakukannya hanya curhat untuk mendapatkan nasihat lebih banyak.

"Sering Mak, aku duduk sendirian di atas gedung memandang langit berlama-lama entah untuk apa Mak, atau berbicara sendirian di depan kamera handphone menirukan film-film yang sedang tayang di bioskop Mak. Menirukan Zhong Wen saat berkata kepada Asmara, menirukan Prasetya saat menolong Meirose yang mau bunuh diri, menirukan ucapan Hyun Geun di film thriller Jilbab Traveler Love Spark In Korea."

"Bagaimana ucapan Hyun Geun itu Nak?"

Wiro menarik nafas mengambil ancang-ancang, "Jilbab Traveler itu panggilan jiwanya."

Mamak Wiro tertawa, "Kok gitu banget nadanya?"

"Ya itu aksen Korea Mak... "

"Pasti itu kamu lakukan untuk mengusir kesepian dan kegelisahan."

Wiro menarik nafas panjang dan menghembuskannya, "Begitulah Mak."

"Hmmh, menyedihkan sekali kamu Nak."

"Tapi sekarang sudah tidak."

"Syukurlah. Dan supaya nanti kamu bisa terus mensyukuri pernikahan, masa-masa kesepian dan kegelisahan itu jangan pernah kamu lupakan."

"Apakah itu yang dinamakan galau Mak?"

"Mungkin saja. Sebetulnya bukan cuma kamu sebagai anak bujang, perempuan pun merasakan hal yang sama. Pernah Mamak membaca sobekan majalah bungkus gorengan dari pasar. Di sana ada berita hasil penelitian orang Mesir, perempuan tanpa pernikahan lebih rawan mengalami gangguan kejiwaan dari perempuan menikah. Ya itu tadi, sebabnya karena kesepian, ketidaktenangan, dan rasa cemburu terhadap perempuan yang memiliki suami, serta kurangnya mendapatkan kehangatan secara emosi."

"Oh ya." jawab Wiro singkat, bukan sebab malas bicara, tapi dia ingin membiarkan Mamaknya berbicara lebih panjang.

"Meski perempuan, tapi Mamak berani berkata, lelaki normal pun akan merasakan hal yang sama, hidup tanpa perempuan itu sangat menyengsarakan."

"Ah, dulu aku tidak sengsara-sengsara amat."

"Tidak perlu mengelak, Wiro. Pada awal rumah tangga dulu, bapakmu pernah memberi mamak buku bimbingan rumah tangga, di sana Mamak membaca hadits yang artinya sampai sekarang masih teringat,"

"Apa itu?"

"Dunia ini adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan adalah perempuan shalihah."

"Artinya?"

"Ya itulah artinya, kalimat arabnya Mamak kurang hafal."

"Maksudku, penjelasannya bagaimana."

"Menurut Mamak, hadits itu seakan menjelaskan, jika kehadiran wanita shalihah bisa menjadi kesenangan bagi seorang pria, maka berarti sebaliknya, ketidakhadirannya berpeluang menjadi kesengsaraan."

Wiro hanya mengangguk-angguk diam.

"Itulah sebabnya sementara orang berkata, seandainya seorang lelaki harus memilih satu di antara dua pilihan, ketenangan tanpa perempuan atau kesusahan bersama perempuan, maka dia lebih rela memilih merasakan kesusahan bersama perempuan."

"Mengapa ya bisa demikian?"

"Karena ketika itu dia tidak sendirian, tidak kesepian, dan tidak akan terlalu gelisah karena ada yang menemani."

Wiro mengembangkan senyuman, memandangi atap, membaringkan badan, memejamkan mata, merasakan kabahagiaan.

"Eh bangun! Bangun!"

"Aku bahagia sekali Mak."


"Bangun! Heh! Sudah jam sembilan!"

Wiro membuka mata.

"Bangun Wir! sudah masuk jam kerja."

Dia lihat, ternyata yang membangunkan Si Dana.

Thursday, June 16, 2016

Penulis Besar Mempermudah Pemahaman

Ada orang yang sengaja membuat tulisan susah dicerna, kata dia tujuannya untuk mencerdaskan pembaca, supaya pembaca mikir, tidak mendapatkan isi bacaan dengan instan. Maka sengaja tulisan itu susunannya disusah-susahkan, jenis kata-katanya diasing-asingkan.

Saya tidak tahu mereka belajar dari siapa. Saya benar-benar tidak tahu adakah para penulis jaman dulu yang mengajarkan.

Setahu saya, para penulis hebat jaman dulu yang tulisannya masih dibaca berabad-abad hingga sekarang, jurtsu berusaha menguraikan hal rumit menjadi mudah dicerna. Apa yang acak mereka tertibkan, apa yang samar mereka jelaskan, apa yang menurut mereka asing di mata umum, mereka berusaha mengenalkannya supaya orang memahami dengan mudah.

Rene Descartes, seorang filsuf dan matematikawan Prancis, baru saja saya beli bukunya dan baca, ternyata cara dia menulis, menguraikan, dia berusaha menguraikannya dengan kata-kata sederhana yang mudah dipahami pembaca.

Saya  membaca buku dia, dan dia berusaha menyampaikan pemikirannya dengan bahasa yang mudah dimengerti pembaca. Sekalipun yang disusunnnya merupakan tulisan ilmiah, tapi dia tak segan menuliskan kata saya sebagai cara memasukkan pengalaman pribadinya.

Dia seorang rendah hati, dan saya kira begitulah sebagian besar ilmuwan yang ilmunya bermanfaat. Mungkin saja mereka saling berbeda pendapat dengan ilmuwan lainnya, akan tetapi mereka berbeda pendapat bukan dengan melakukan perdebatan, akan tetapi dengan berkarya. Saat membawa ilmuwan lain berbeda pendapat dengannya, maka yang dia lakukan adalah menulis buku baru berdasarkan pandangannya sendiri.

Saya sendiri ingin menulis supaya orang mendapatkan kemudahan memahami apa yang ingin dipahaminya, mendapatkan pelajaran dari pelajaran yang sudah saya dapatkan.

Cara dia menulis menunjukkan kerendahhatian. Dalam tulisannya dia nyatakan, dia menulis bukan sebagai orang yang sangat tahu tentang kebenaran, bukan sebagai orang yang lebih tahu dari pembaca. Bukan, dia hanya ingin membagikan pengalaman pribadi, dan ingin pembaca melihat tulisannya, katakanlah seperti dongeng yang di dalamnya ada hal-hal yang patut dijadikan teladan dan hal-hal yang tidak patut dijadikan teladan.

Rendah hati sekali dia. Dia nyatakan,,

Mereka punya nama besar, tapi dalam menulis mereka tidak suka membesar-besarkan dirinya. Mereka berilmu tingggi tapi ketinggian ilmu itu tidak menjadikan mereka senang meninggi-ninggikan dirinya. Mereka adalah orang-orang yang percaya, membesarkan diri bagian dari perbuatan manusia yang tidak pantas dan memalukan.

Supaya orang mudah memahami tulisannya, Descartes menyajikan pemikirannya dalam bentuk cerita. Menceritakan pengalaman dirinya, karena itu dalam buku ini dia banyak menyebut saya. Penyajian dalam bentuk pengalaman ini menjadikan pembaca enak mengikuti alur tulisan dari halaman-ke halaman. Ikut penasaran bersama penulis yang sedang menceritakan kepenasarannya, ikut bingung saat penulis sedang menceritakan kebingungannya, dan ikut mendapatkan pencerahan saat penulis akhirnya menyebutkan dirinya tercerahkan.

Sesederhana mungkin, itu yang saya temukan saat membaca buku-buku para penulis yang karya-karyanya dikenal dunia.

Saturday, June 11, 2016

Dangdut Rhoma Irama

Dangdut Rhoma Irama terdegar dari ruang packingan. Saya di sini, masih dengan pekerjaan saya, bagian online, menerima berbagai pesanan barang. Duduk santai.

"Kutahu rumus dunia, semua harus terpisah.
Tetapi kumohon tangguhkan, tangguhkanlah
Bukan aku mengingkai apa yang harus terjadi
Tetapi kumohon kuatkan, kuatkanlah


Tak lama kemudian, lagunya ganti

Hai, jangan mentang-mentang kuasa

Itu kesombongan

Kelebihan Rhoma Irama tuh nadanya, enak sekali didengar. Tidak lurus-lurus aja....
Pemilihan katanya juga, penyair banget dia
Pantes aja Andrea Hirata betul-betul mengidolakannya.
Sampai beberapa kali menyebut Rhoma Irama dalam novel tentraloginya

Bukan. Ngomongin Rhoma Irama bukan buat membicarakan Rhoma Irama, bukan pula buat menafsirkan lagu-lagunya, apalagi meminta Anda mengundang saya konser di kampung Anda. Tidak, Membicarakan Bung Rhoma seekedar ingin memberi tahu betapa bahagianya hati saya sekarang. Meski sedang puasa tapi badan sangat segar, ceria, sangat gembira, rasanya badan ini sangat sehat, sampai-sampai turun naik tangga pun tak mau berjalan biasa, berlari-lari. Mungkin orang lain heran, tapi tak seorang teman kantor pun bertanya kenapa.

Saya ingin mencoba menelusuri, mengapa badan begini segar padahal sedang puasa.

Mengingat lagi tadi dini hari, makan sahur, tidak makan nasi, hanya makan tiga butir kurma, saya kira dari situlah sumbernya. Alhamdulillah.

Sahur dengan tiga butir kurma memang tidak mengenyangan, tapi efeknya kepada badan menyegarkan. Siang terasa lebih segar, lebih lincah dan lebih ceria.

Menjadi Seorang Penulis

Terbangun dini hari dan yang langsung teringat adalah menulis, menyusun cerita, melanjutkan tulisan yang sedang kugarap.

Mungkin beginilah takdirnya seorang yang yang ditakdirkan hidup di dunia tulisan.

Bukan keinginan saya, bukan keinginan siapa-siapa, ini kehendak Allah, ketika kita hanya ingin menulis, jari-jemari diberikan kelancaran menulis, maka ini berarti yang harus kita lakukan adalah menulis, membaktikan diri dengan menulis, berbagi kebaikan dengan menulis, berbagi pencerahan, berbagi kebahagiaan....

Seorang kiai berilmu tinggi diberikan kepandaian bicara, kemudian dia berceramah ke mana-mana, mendapatkan berbagai undangan dari orang-orang. Bicaranya didengarkan orang, ceramahnya disukai orang. Maka di mencintai kehidupannya, dan hidup di sana.

Seorang penjahit, melayani kebutuhan pakaian orang-orang, maka dia mencoba hidup di sana, mencintai dunianya.

Saya dan Anda yang mencintai dunia tulisan, mungkin sudah ditakdirkan hidup dalam dunia menulis, ya di sini kita baktikan diri, posisi ini kita cintai.

*   *    *

Saya mendapatkan ilmu menulis nih, mau sekalian ditulis di sini

Segala sesuatu terasa nikmat jika disajikan dengan kadar yang sedikit

Dalam cerita mungkin ada filsafat, tapi jika seterusnya filsafat akan menjenuhkan. Filsafat akan terasa nikmat jika ditulis dalam kadar sekedarnya saja, sekilas, dalam perbincangan. Selebihnya, lebih banyak perbincangan ringan.

Bacaan itu buat jiwa, maka sebuah bacaan akan terasa nikmat jika banyak makanan jiwanya. Nasihat-nasihat berharga, kata kata mutiara, petuah para ulama, berbagai kisah, berbagai hikmah. Ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Thursday, June 9, 2016

LEMARI PECAH

Naik lantai tiga, kaget, lemari pecah. Saya lihat ke atas, barangkali ada benda baru saja jatuh, tidak ada. AC masih di tempatnya. Aneh.

Wiro muncul dari tangga,

"Wir, ini kenapa lemar pecah?"

"Dipukul Pak Isa."

"Dipukul kenapa?"

"Tanpa sebab, langsung saja dia memukulnya. Trus dia suruh setiap karyawan memukul satu persatu."

"Hahaha."

Saya tertawa, dan ini tertawa kegembiraan, bukan mentertawakan. Pak Isa tidak sedang marah, dia asyik saja memukulnya buat bersenang-senang, sampai pecah berantakan.

Saya kadang suka mikir, Pak Isa ini sebenarnya atasan jenis apa. Dia orangnya suka bersenang-senang, dan saya perhatikan, tugas-tugasnya kepada karyawan pun nyaris semuanya kesenangan.

Sukanya ngajak jalan-jalan, nonton bareng ke bioskop, makan-makan.

Kesenangan semua.

Saya kerja di sini, dan setiap hari bersenang-senang. Facebookan, menulis, berbagi cerita, melayani pesanan buku dan tas dari orang-orang. Nyaris kesenangan semua.

Dalam kesempatan ini, saya ingin curhat kepadanya. Anda yang sedang membaca berhenti saja membaca, tinggalkan blog ini, sebab saya mau curhat ke Pak Isa.

"Pak, dulu saya adalah orang yang kebingungan. Istri berkata mau menyekolahkan anak, dan buat berangkat dan pulangnya sangat jauh sebab sekolah berada di kaki pegunungan, membutuhkan ojek yang tentu saja harus dibayar bulanan. Belum lagi biaya lainnya seperti jajan harian dan berbagai keperluan baju seragam."

"Sempat bingung uangnya dari mana, kemudian saya masuk kantor Bapak dan mendapatkan uang setiap bulan, otomatis Pak, semua itu sudah bukan lagi masalah. Setiap hari anak saya pulang pergi sekolah, dan ongkosnya ada. Keperluan jajan dan biaya buat membeli seragam dan berbagai peralatan sekolah ada. Hingga setahun sudah selesai tak terasa. Dulu usianya masih tiga, sekarang sudah empat, Alhamdulillah dia sudah bisa membaca."

"Iya Pak betul, kemarin waktu saya tadarus di rumah, dengan Al-Qur'an terjemah departemen agama, yang hurufnya kecil-kecil itu Pak, dia mendekat, trus saya tes, eh dia bisa membaca sekalipun terbata-bata. Sudah tahu Ng itu dibaca dengung, sudah tahu kata Pulau itu dibawa Pulow. Bahagia sekali rasanya dan saya sampaikan pula ini kepada Bapak sebagai kabar gembira, semoga pahala kebaikannya mengalir kepada catatan amal kebaikan Pak Isa."

Mau Betulin Hape