Saturday, January 30, 2016

KBM TIDAK PUNYA KEBAIKAN SAMA SEKALI

Setelah bertahun-tahun masuk dan gentayangan dalam grup kepenulisan ini, sekarang ingin jujur dengan sesungguhnya, ternyata tidak saya dapatkan kebaikan sama sekali. Tidak saya dapatkan ilmu menulis sama sekali.

Luang waktu yang diberikan admin, serta baik hatinya menyetujui saya masuk ke dalam grup ini bukanlah kebaikan yang layak saya beri ucapan terima kasih.

Sehingga saya berteman dengan banyak sekali orang dengan hobi yang sama di dunia tulis menulis ini bukanlah kebaikan yang layak saya beri ucapan terima kasih.

Ilmu tulis menulis yang admin susun dengan susah payah, meski sesibuk apapun dia, kemudian bagikan buat saya baca, telaah dan amalkan bukanlah kebaikan yang layak saya ucapkan terima kasih.

Komentarnya berupa kritik kepenulisan kepada teman-teman, atau bahkan kepada tulisan saya sendiri, itu bukanlah kebaikan yang layak saya ucapkan terima kasih. Sekalipun komentar itu sangat bernas dan manfaat yang jika dipraktikkan bisa membawa perubahan dan kemajuan, itu bukanlah kebaikan yang layak saya ucapkan terima kasih.

Tulisan saya yang hanya permainan kata so bersajak pemicu sakit kepala padahal isinya basi tidak ber"bisa"--diizinkan posting di sini bukanlah kebaikan yang layak mendapatkan ucapan terima kasih.

Saya katakan tidak layak mendapatkan ucapan terima kasih karena yang saya inginkan adalah sesuatu lebih dan lebih, lebih banyak dan lebih banyak lagi, sehingga kebaikan yang ada yang telah saya dapatkan tidak bisa saya lihat sama sekali.

Saya tulis semua ini dengan kata-kata so puitis tanpa isi, supaya orang lain ikut berpikir sama seperti ini, tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih dan terus berpikir untuk menuntut lebih besar dan lebih banyak lagi.

Inilah saya yang tidak tahu diri, dan karena saya manusia teladan sejati, jadilah Anda orang yang tidak tahu diri.

Inilah saya yang tidak tahu berterima kasih, dan karena saya contoh terbaik, jadilah Anda orang yang tidak tahu berterima kasih.

Karena sekali lagi, grup ini tidak punya kebaikan sama sekali, tidak memberi kebaikan sama sekali, tidak memberikan pengetahuan sama sekali.

Akan tetapi, walau bagaimana pun saya jelek-jelekkan grup ini, saya tidak akan keluar, akan tetap berada di sini, karena ketahuilah, selain saya tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih, jujur saja, sebenarnya saya pun bermuka tembok alias tidak tahu malu.

Thursday, January 28, 2016

BUKU JANGAN BERCERAI BUNDA

Bus menepi, naik seorang pengamen. Senar mulai dia petik, lalu dia lantunkan sebuah lagu Sunda. Isinya, sangat menyentuh perasaan. Sangat menyadarkan. Siapa saja sudah punya pasangan sah, dia harus sangat sayang kepada istrinya. Karena, istri itu sangat berharga. Jangan berpikir berpisah dengannya kehidupan bakal lebih menyenangkan.

Dilantunkan saat bus melewati lika-liku jalan di tengah pemandangan alam, menjelang terik siang, seraya memandang hijau dedaunan, tebing, ranting, dan pesawahan, perasaan kian terbawa. Saya bersandar, dan pandangan kosong ke depan. 

Lagu ini menceritakan penyesalan seorang suami yang menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, namun kemudian, setelah terpisah, dirasakannya batin tertekan. Ternyata perceraian tak lebih menyenangkan. Berguling-guling sendirian di kamar. Gelisah.

Habis-habisan dia salahkan dirinya. Disesalinya telah mengumbar amarah. Terlalu egois telah melemparkannya ke dalam kloset kesepian, tersiram lalu hanyut dan terpenjara dalam spiteng putus asa.

Dan penyesalannya sudah tidak berguna lagi.

Anda yang mengerti Bahasa Sunda, membaca lirik lagu ini, para suami akan sangat terharu dan sadar, alangkah sejengkel apapun kepada istrinya, jika tak ingin menyesal, dia harus bisa menahan.

Hanjakal hanjakal pisan
Nalak tilu pamajikan
Beak dengkak adug-adugan
Kuring hayang balikan deui

Gulang-guling teu bisa sare
Ajol-ajolan hayang mepende
Rek der kawin hararese
Kudu kaselang ku batur

Ngajerit maratan langit
Nyalahkeun polah sorangan
Pupujieun ngumbar amarah
Ari hate mah da cinta banget

Ngoceak maratan jagat
Ku teu wasa narimakeuna
Ku teu rido bulan maduna
Kuring teu kiat ngabayangkeunna

Rek maju geuning abot
Rek mundur beuki angot
Maju mundur rarepot
Dulang kuring ditutu batur

Tidak perlu saya alihbahasakan. Tanya saja teman Anda yang Sunda. Atau jika ingin lebih menghayati masalah ini dalam bentuk cerita, bisa Anda baca buku "Jangan Bercerai Bunda." Di sudut sebuah kamar, pernah saya baca buku ini sendirian lalu tenggelam. Kandungan nasihat yang menyentuh mengingatkan, betapa pentingnya mempertahankan rumah tangga.

Wednesday, January 27, 2016

MERAMALKAN KEGAGALAN

"Jangan meramalkan kegagalan Anda sendiri, kemudian berusaha membuktikan kehebatan Anda dalam meramal."


--Tom Hopkins--

Duduk di atas karpet, di sebuah madrasah berdinding bambu bolong-bolong, kenangan tak terlupakan dari masa kecil. Dikajilah kitab kuning di sana, berisi berbagai petuah tentang ibadah dan akhlaq mulia, antara lain, berbaik sangka kepada Allah.


Termasuk berbaik sangka kepada Allah antara lain berbaik sangka kepada masa depan. Berbaik sangka masa depan kita akan diberikan kebaikan oleh-Nya. Berbaik sangka saat kita melakukan untuk menggapai kebaikan, Dia akan memberikan kesuksesan.

Sangat beda tipis dengan sombong dan berbangga-bangga. Orang sombong dan bangga yakin bisa menggapai kesuksesan karena yakin dengan kemampuan dirinya. Sedangkan orang yakin kepada Allah, yakin akan mendapatkan kesuksesan karena yakin dengan kekuasaan Allah.

Dalam mengangankan masa depan, mengapa tidak kita angankan saja kebahagiaan-kebahagiaan, kesuksesan-kesuksesan, dari pada kegagalan-kegagalan dan keterpurukan? Padahal keduanya sama saja angan-angan, dan bedanya, yang satu menimbulkan bahagia dan semangat, sedangkan satu lagi menimbulkan cemas dan takut.

"No Excuse" buku karya Pak Isa bisa jadi teman membangun harapan menggapai sukses. Di dalamnya, berbagai kisah renyah tersaji "gak pake lama". Simpel tidak melelahkan mata. Bukan dongeng, bukan novel, bukan kisah khayalan. Kisah nyata orang-orang suksesan dari berbagai bidang, yang hebatnya, rata-rata punya latar belakang yang sepertinya tidak mungkin mendapatkan sukses yang sekarang dia dapat. Buku ini mendukung Anda berbaik sangka bahwa, mencapai kesuksesan itu siapa saja bisa.

Hari ketika menulis artikel ini saya sedang membaca buku "Menguasi Seni Menjual". Satu kata lucu dan mengesankan saya kutip pada awal tulisan. "Jangan meramalkan kegagalan Anda sendiri kemudian Anda berusaha membuktikan kehebatan Anda dalam meramal."

BUKU NOVEL REMBULAN UNGU


Jika seorang penjual mengatakan sebuah buku jualannya bagus, wajar saja karena dia sedang menjual. Mana mau dia menyebut jelek. Dia hanya ingin bukunya laku.

Tapi saya mengatakan buku ini bagus dengan sebenarnya. "Rembulan Ungu". Saya membacanya, kemudian tenggelam ke dalam aliran cerita, pulang ke masa silam, ke masa-masa Kerajaan Mataram. Bersama Panjalu, melesat kencang menerobos hutan-hutan, naik rakit menyeberangi Sungai Opak, dan merasakan tegangnya pertarungan antara pendekar dan golongan hitam. 

Saya terpesona dengan orang tua bernama Panembahan Kajoran. Saat Suragedug, pendekar bangkotan dari dunia hitam hendak membinasakan Panjalu dan temannya, Panembahan Kajoran datang. Hanya dengan menembangkan kidung "Rumeksa Ing Wengi" dari balik semak belukar, sihir Suragedug balik melukai dirinya.

Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh ayu luputa ing lara
Luputa bilahi kabeh
Jin setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah pagawe ala

Gunane wong luput 
Geni atemahan tirta

Maling adoh tan wani perak ing wami
Tuju duduk pan sirna

Ada nyanyian di tengah malam
Keteguhan menghilangkan penyakit

terhindar dari kematian
Jin dan setan tak ada yang mau
teluh tak berani mendekat

Juga pekerjaan kotor
Guna-guna akan meleset
Api berubah jadi air
Pencuri menjauh tak berani mendekat
Santet jahat akan sirna...

Telah lama saya mendengar buku ini dari seorang teman. Seperti saya, dia pencinta buku juga. Mulanya dari bazar dia membeli berbagai buku karya penulis lokal dan terjemahan, tapi buku yang benar-benar menariknya hanyalah buku-buku karya penulis lokal--buku-buku tentang kisah dari nusantara; Buku-buku yang menguraikan sejarah dalam bentuk cerita; Novel-novel yang diangkat dari sejarah.

Antara lain dia menceritakan buku bagus berjudul "Harisbaya, Bersuami Dua Raja". Dia menceritakan buku itu panjang lebar, kalau tak salah bahkan sampai tamat, termasuk peperangannnya. Itu pertanda buku yang dibacanya betul-betul membekas. Dia juga menceritakan buku lainnya, yaitu novel "Gadis Paris van Java". 

Namun satu buku yang belum diceritakannya adalah buku "Rembulan Ungu". Mulanya saya temukan buku ini di perpustakaan, sempat pegang, tapi belum baca. Sampai kemudian kerja ke kota, kembali menemukan buku ini di bazar, saya beli, dan beberapa lama di lemari terbiarkan. Sampai akhirnya suatu ketika saya pulang, membawa buku itu buat mengisi waktu selama perjalanan. Buka dan membaca, dan ternyata menarik. Dari halaman ke halaman, terus tenggelam dan semakin tenggelam. Masuk ke dalam cerita bertulangn bersama para tokohnya. Penasaran bagaimana nasib cinta Panjalu selanjutnya, akankah Oyi, putri cantik berkebangsaan China menjadi miliknya, atau malah diperistri putra mahkota Amangkurat, atau bahkan menjadi selir Amangkurat, sang raja lalim yang suka seenaknya menyalurkan syahwat?

Anda yang penasaran, bisa segera memesan buku itu dan membacanya.

ILMU MENJUAL BUKU

Pagi ini, saya membaca kartun bagus.

"How To Master The Art Of Selling"

MENGUASAI SENI MENJUAL

Ditulis Tom Hopkins, ilustrasi oleh Bob Byrne. Disajikan dalam bentuk komik, menjadikan buku ini nyaman dibaca. Sekarang, saya sedang sangat membutuhkan ilmu menjual, terutama ilmu menjual buku.

Buku ini banyak memberikan pelajaran.

Satu hal penting yang harus selalu disadari seorang penjual adalah kata-kata. Kata bisa merusak, bisa juga menghasilkan penjualan. Jadi, anggaplah kata-kata itu alat bersisi tajam yang harus dipakai dengan bijaksana.

"PELAJARI KATA KATA YANG TEPAT UNTUK DIUCAPKAN DAN CARA MENGUCAPKANNYA, DAN ANDA AKAN MAMPU MENCIPTAKAN SITUASI PENJUALAN YANG MENGUNTUNGKAN KEDUA BELAH PIHAK."

*   *   *

Sembilan kepribadian yang harus dimiliki seorang penjual.

Pertama, dia sangat bersyukur dirinya menjadi seorang penjual. Rasa syukur itu akan terpancar dari penampilan dan air muka yang saat orang melihat akan langsung tertular keceriaan.

Dua, sangat peduli kepada pembeli. Dia selalu berusaha memastikan pembeli mendapatkan keuntungan nyata dari pembelian mereka.

Tiga, berusaha memaksimalkan kemampuan dirinya dalam menjual.

Empat, hasratnya ingin menjadi kaya dengan membantu orang lain mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

Lima, punya hasrat bergelora untuk sukses. Dia tak pernah menyerah dalam meraih tujuan, tidak peduli seberapa pun banyaknya tantangan yang dihadapi.

Enam, sadar sesadar-sadarnya dengan realita bahwa seorang penjual berpotensi gagal. Karena itu, dia selalu siap dengan kemungkinan.

Tujuh, sangat perhatian kepada pembeli secara personal, dan pandai memberikan penghargaan.

Delapan, seorang penjual tidak pernah baper dengan penolakan.

Sembilan, percaya pada pendidikan yang terus menerus. Mereka terus mempelajari teknik penjualan, mereka terus mempelajari keterampilan-keterampilan baru.

Untuk sementara, itu saja yang bisa saya sampaikan.

KISAH NASKAH BUKU YANG TERJUNGKAL

Kepada sebuah penerbit, saya pernah mengirimkan naskah, kemudian tertolak.
Ditendang, terjungkal.
Segitu sadiskah?
Tidak juga, hehe, itu cuma hiperbolis.
Inti sederhananya, tertolak.
Wajar!
Naskah saya AsJad: Asal Jadi.
Menerbitkan buku butuh pertimbangan matang. 
Bagi penerbit besar, publikasi buku bukan semata berbagi karya,
Tapi juga soal usaha.
Karena yang dicetak dalam jumlah puluh ratusan, tapi ribuan
Mereka mengeluarkan modal besar.
Desain sampul itu mahal, layout itu mahal, cetak itu mahal. 
Satu kali cetak, buku harus ribuan.
Satu kali cetak, sedikitnya bisa habis uang puluhan bahkan ratus juta
Mencetak buku begitu saja tanpa pertimbangan matang sukses di pasar sama saja bunuh diri.

Sedikit saya tahu itu setelah sungai umur menghanyutkan saya masuk lubuk penerbitan. Menjadi orang "dalam", melihat langsung naskah yang benar-benar siap diterbitkan itu seperti apa. 

Di sinilah saya benar-benar melihat, penerbitan sebuah buku itu butuh pertimbangan besar. 
Sebuah naskah harus meyakinkan, harus bagus. 
Selain bermanfaat dan pesannya kuat, harus benar-benar memikat.
Yang ketika orang memulai membaca, mereka harus tersedot ke dalam cerita. 

Dalam mengedit pun tidak asal.
Mata dituntut melotot lebar. Lebar selebar-lebarnya.
Jangan sampai satu kata pun salah.
Penyajian uraian kalimat sangat diperhatikan, hanya kalimat-kalimat bagus dan enak dibaca yang boleh bertahan. Sisanya, bagian kurang menarik yang hanya mengganggu uraian--tampa ampun, tiada maaf, bagian itu harus terjungkal, tersikat delet,  terbuang.

Misal saat mau menerbitkan "Gara-Gara Indonesia". Sebelum masuk dapur editor, buku itu cukup tebal. Untuk mendapatkan hanya materi yang menarik pembaca, sekitar seratus halaman dibuang. Bagi yang sudah punya buku ini, buku Gara-Gara Indonesia yang ada di tangan Anda sekarang--itu hasil seleksi super ketat. 

Itu bukan buku asal-asalan. Asal cetak, asal terbit, asal keluar, asal masuk pasar. Yang sekarang beredar, bukan sekedar catatan sejarah campur baur asal tulisannya panjang. Setelah Pak Agung--sebagai sarjana sejarah--sangat nikmat dalam menuliskannya, kemudian masuk dapur editor, setiap bab naskah itu diseleksi ketat. Kemudian, sekitar 100 halaman dipotong paksa. Dan yang tersisa, hanya sajian fakta sejarah yang, bukan hanya memotivasi, namun juga gurih dibaca. 

Maka siapa saja membaca buku itu akan merasakan. Banyak sekali fakta, yang padahal mungkin tidak sengaja dimaksudkan humor, tapi orang akan tertawa-tawa.

Buku lainnya "Mengejar-Ngejar Mimpi". Naskah asal lebih dari 500 halaman, 
Masuk dapur editor, kemudian 200 halaman divonis kurang menarik
Tanpa ampun, bagian itu harus terjungkal.
Sekarang yang tersisa, tinggal 312 halaman, hanya bagian yang saat dibaca, betul-betul menenggelamkan. Maka,
Naskah "Mengejar-Ngejar Mimpi" yang sekarang masuk pasar adalah buku berbahaya. Sekali orang mulai baca, dia bisa lupa. Lupa pekerjaan. Terjebak. Tak sanggup "meninggalkan" buku sebelum selesai membaca. Dan meski dia simpan karena bacaan tertunda, akan terus teringat, untuk ingin kembali dan kembali membaca kisah Dedi Padiku itu sampai selesai.

Seorang staf JNE pernah datang ke kantor. Saking menariknya buku itu, dia sampai curhat panjang menceritakan lagi banyak bagian isi buku itu yang terus membuatnya teringat-ingat. 

Naskah novel "Love Spark In Korea" wah apalagi. Mata saya sendiri menyaksikan, editing dilakukan sampai bermalam-malam, sampai bergadang-gadang. 

Sekali lagi, itu dilakukan itu karena penerbit tidak mau rugi dan merugikan.

Merugikan?
Ya, merugikan pembeli.
Jangan sampai, setelah orang korban uang, buka buku dan baca, baru satu dua halaman sudah jenuh, lalu kehilangan selera buat menyelesaikan. Akhirnya, buku yang dibelinya tidak manfaat.

Sunday, January 24, 2016

SEPOTONG COKLAT DI TANGGA

Dini hari, bangun sendirian, kerja, kemudian saat lelah, berbaring di barisan kursi samping meja bundar. Dari kolong terdengar, suara keresek plastik, seperti diseret, namun saya tengok, tidak ada apa-apa.

Siangnya, sepotong coklat di tangga yang menuju ke lantai empat. Tidak mau saya sebutkan mereknya, supaya tidak jadi iklan, tapi supaya lebih jelas, baiklah, saya sebutkan, Beng-Beng. Sudah kosong, tinggal plastiknya saja. Enak sekali coklat itu, dan beberapa menit kemudian, ketika saya berjalan menuruni tangga dari lantai tiga menuju lantai dua, di bawah barisan kursi tempat pak Agung kerja, terlirik plastik bungkus Beng-Beng juga. Saya pegang, ternyata masih ada isinya. Tapi sebagian sisi robek, kecil, pasti bekas tikus. Oh, jangan-jangan, ini Beng-Beng yang suara keresek plastiknya terdengar tadi malam, dini hari saat sendirian.

Bengbeng bekas gigitan tikus itu tidak saya buang. Tapi disimpan di atas kulkas. Khawatir, jika saya buang nanti ada orang menanyakan bengbengnya, saya punya barang bukti. Tanpa barang bukti, bisa-bisa nanti saya yang tertuduh. Menjawab dicuri tikus, tapi orang tetap berpikir, bengbeng itu dimakan olehku.

Curiga, pasti yang di tangga pun asalnya ada isinya, tapi dimakan si tikus sampai habis, dan yang ini, mungkin baru diseret tapi keburu ketahuan, jadi dia kabur ketakutan. Wah jangan-jangan banyak bengbeng lainnya. Jangan-jangan dia mencuri dari dusnya. Tapi dari mana. Tidak mungkin dari dalam kulkas. Tak mungkin tikus bisa membuka.

Desi biasanya menyimpan makanan. Saya periksa ke mejanya. Ternyata iya, di kolong satu dus tergeletak, salah satu sudutnya sudah berlubang. Bekas gigitan tikus. Aduh, sayang sekali.



Saya simpan saja di lemari.




Wah, Des, kenapa tidak disimpan di kulkas? Di sini menyimpan makanan sembarangan suka dicuri si monyong.

Oh ya, bagi yang ingin mengenal Dessy, bisa tanyakan ke akun yang menggambar lukisan ini. Silakan klik DI SINI

Saturday, January 23, 2016

LATAR SHOOTING SINETRON "GO BMX"

Kerja di Kota Depok menjadikan saya dekat dengan lokasi shooting. Seringkali mendapati mobil parkir di muka toko, dan di depannya tertulis kata "Film", para kru berkeliaran, tapi artisnya entah di mana, mungkin sudah duluan masuk Mall. Seringnya shooting sinetron "Tukang Bubur Naik Haji." pernah juga shooting sinetron "3 Semprul Mengejar Sorga" yang--kalau tidak salah, disutradarai oleh Andhika Pratama.

Tapi itu tidak terlalu berkesan. Sinetron dengan latar shooting di Mall rasanya biasa. Ada sinetron tak biasa. Go BMX yang ditayangkan MNCTV, shootingnya di tempat terbuka, yang ternyata sering saya lewati.

Berawal dari kebiasaan meluangkan waktu berolah raga. Lari melewati jalan sunyi di samping rel kereta. Pada samping jalan yang banyak penduduknya, suatu ketika saya lihat mobil bak memuat kotak listrik besar, kemudian seperangkat kamera. Seorang pria duduk memegang bundelan kertas. Tak salah, itu kertas skenario. Ini sedang shooting. Saya beranikan diri bertanya,

Shooting film apa?"

"Sinetron."

"Sinetron apa?"

"Go BMX."

Penasaran ingin melihat bintang, sekaligus proses shootingnya. Tapi berkali-kali lewat, dan melihat para kru, tak juga saya melihat. Padahal sangat penasaran. Soalnya, selain shooting di tempat terbuka, sinetron ini menjadi luar biasa karena para bintangnya bukan cuma dituntut hafal naskah, tapi juga keterampilan antraksi. Berdiri dengan sepeda, meloncat, mengejar mobil, bahkan jungkir balik, yang mana, tentu saja ini tidak bisa hanya mengandalkan trik kamera, para pemain harus betul-betul orang yang bisa.

Bintang utamanya, Okke Oktavianus memang seorang ahli. Ini bukan tipuan kamera.


Atau ini


Itu benar-benar meloncat. Ini videonya.


Beberapa kali saya cek  youtube, adakah adegan di tempat saya lewat? Tidak saya temukan juga. Tapi ketika saya buka lagi untuk ke sekian kalinya... Nah...


Itu dia, saya sering lewat di sana. Tempat itu, ya tempat itulah.

Si Udin sedang beraksi melewati besi-besi berat buat persiapan pembangunan jalan tol (3). Tempatnya persis di samping jalan tempat biasa saya lari dan lewat (2). Tuh di sana kelihatan gedung hotel di belakang DETOS, kelihatan juga sedikit bagian puncak gedung MARGO HOTEL. Bagi orang Kota Depok, atau sudah lama tinggal di sini, pasti sudah tak asing lagi dengan dua gedung itu, DETOS dan MARGO HOTEL.

Video ini saya dapatkan dari acara syukuran episode ke-50 Sinetron "Go BMX".


Menurut saya, ini salah satu kehebatan film. Seperti karya seni lainnya, film bisa mengubah tempat biasa menjadi istimewa. Ini tempat sebenarnya huh apaan. Hanya jalan samping kereta yang sering di lewati mobil pengangkut sampah, tidak jauh dari sini, berbaris rumah-rumah tukang rongsokan. Seringkali saat lewat saya harus menahan nafas karena bau bangkai tikus. Bahkan karena mau dibangun jalan tol, di tempat ini banyak besi bergelimpangan. Karena berantakannya tempat, saya sempat bertanya, apa menariknya buat dipakai latar film layar kaca?

Tapi setelah melihat tayangan ini, ternyata, tempat biasa jadi kelihatan luar biasa.

Thursday, January 21, 2016

DARI BUKU KETIKA MAS GAGAH PERGI

Dari buku novel Ketika Mas Gagah Pergi, kemudian diangkat ke layar lebar. Ini adalah hari perdana. Saya langsung menontonnya.

*   *   *

Sekalipun duduk paling pinggir itu enak, bisa dengan mudah ke luar jika ada keperluan, saya pilih duduk paling pojok. Pak Agung saya minta menempati kursi saya, dan saya menempati tempat duduknya. Semula saya memilih duduk pada kursi paling sudut tiada maksud apa-apa, selain supaya Pak Agung mudah jika nanti mau keluar. Tapi lama-lama, ternyata saya rasakan di sana tempat duduk ternyaman. Dengan duduk di sana, saya merasa bebas, tidak perlu menahan-nahan perasaan, tidak perlu malu, di harus berkali-kali mengusap air keharuan.

Sangat mengharukan, sangat mengharukan, sangat mengharukan. Cerita orang yang mendapatkan hidayah ke jalan yang benar memang sangat mengharukan. Cerita perubahan seseorang kepada jalan keshalihan memang sangat mengharukan. Saya tidak punya kata bagus selain mengharukan, sebab kalau saya ganti menjadi kata sedih sangatlah tidak tepat. Kalau tidak percaya, mari kita coba: Cerita tentang orang yang mendapatkan hidayah ke jalan yang benar sangat menyedihkan. Tuh kan, kurang enak kedengarannya. Lebih enak memilih kata, mengharukan, karena yang saya maksud adalah menyentuh perasaan, mengundang hati buat jatuh cinta.


Apa yang mengharukan adalah proses seseorang mengenal kebenaran. Sebenarnya sentral paling mengharukan adalah perubahan seorang Gita, yang begitu mencintai kakaknya, Mas Gagah. Akan tetapi pada awal kisah, bagian paling menyentuh dari perubahan terjadi pada Ibu Mas Gagah. Akting profesional Wulan Guritno, tanpa banyak bicara dia berhasil mengundang keharuan. Setelah sebelumnya dia heran kenapa anak pria satu-satunya itu berubah dari seorang hedonis gaya remaja pada umumnya menjadi sosok yang mencintai agama, ternyata perubahan itu pun berdampak pada jiwa kemanusiaannya. Gagah anaknya ini menjadi peduli pada orang pinggiran, dan saat sang ibu ikut ke sana, melihat apa saja yang selama ini anaknya lakukan, sambil berjalan perlahan, bibirnya gemetaran, mata berkaca-kaca, mendekati seorang nenek yang sedang merajut kerudung, yang diberdayakan "Sang Mas Gagah."

Ini film yang sangat indah, setelah orang menunggu begitu lama, kini mereka dapatkan sajian memuaskan. Sebuah film dengan pesan moral yang kaya, berisi keteladanan, keberanian, keshalihan, kehanifan, kecintaan kepada agama.

Film ini banyak memberikan keteladanan tentang istiqomah menjalankan sunnah. Tentang keberanian menyampaikan kebenaran walau satu ayat, seperti dicontohkan pemeran Yudi yang dengan berani dakwah di angkutan, sekalipun berkali-kali, orang-orang manampilkan wajah malas, membantah, tidak suka, Yudi tetap tersenyum dan tenang menyampaikan ceramah.

Masih banyak yang ingin saya sampaikan, tapi rasanya cape kalau harus nulis terlalun panjang. Yang jelas, film ini menjadi hebat karena diangkat dari karya hebat. Ketika Mas Gagah pergi, sampai sekarang telah menembus cetakan keenambelas. Setelah nonton filmnya, saya jadi kangen ingin membaca bukunya. Jika di film tadi hanya bisa menikmati kisahnya satu jam lebih sedikit. Bersama buku, saya bisa meresapi kata-katanya sampai kapan saja, di mana saja, mungkin di atas dak gedung, sambil tengkurap, disinari langit pagi yang mulai terang.

Itulah kesan yang saya dapatkan setelah nonton film "Ketika Mas Gagah Pergi".

Menontonnnya Anda takkan menyesal. Saya sendiri tidak menyesal. Satu-satunya penyesalan saya adalah duduk paling sudut. Padahal Pak Ardian, rekan kerja bagian manajemen berkata, kalau saja tadi duduk di dekatnya, dia punya Pop Corn yang mau dia bagi dengan saya. Aduh.

Wednesday, January 20, 2016

BUKU CATATAN HATI SEORANG ISTRI

Tidak perlu gengsi sekalipun Anda seorang laki-laki, atau seorang suami, untuk membaca buku CATATAN HATI SEORANG ISTRI, terutama bagi Anda yang ingin belajar bagaimana menyusun kisah romantis berdasarkan kisah nyata, buku ini penting dibaca. Dari buku ini, Anda bisa belajar meramu plot, mengolah kata, bagaimana mencubit rasa penasaran pembaca,

Menjadi selektor lomba menulis kisah romantis menuntut saya terus membaca cerita yang dikirimkan, Saya perhatikan, sebagian besar karya ditulis para newbie, penulis pemula seperti saya, yang masih dalam tahap belajar. Tulisan yang benar-benar menukik ke dalam perasaan hanya beberapa, padahal begitu ingin, supaya asyik membacanya, tulisan-tulisan terkirim itu benar-benar karya hasil pengeditan ketat, hasil perenungan mendalam, hasil kerja-keras penulisnya untuk memberikan karya sebaik-baiknya, namun ternyata, tulisan yang benar-benar mengayun-ayun perasaan tidak banyak, padahal saya begitu haus ingin membaca kisah demikian.

Dan dalam kehausan itu, tadi tengah malam, iseng saya mengambil sebuah buku yang jilidnya sudah terkelupas. Saya buka sembarangan, entah langsung ke halaman berapa, dan mulai membaca, kalimatnya langsung "merenggut" nyawa. Nyawa saya "ditarik" paksa ke dalam cerita, meragasukma dengan perasaan tokohnya.

CATATAN CINTA SEORANG MUALAF

"Di manakah hati seorang lelaki saat menyaksikan hancurnya kebahagiaan seorang perempuan? Saat istrinya berlari ke dalam kamar, mencoba mengunci dan melukai diri sendiri... memutuskan urat nadi agar kehidupan berhenti?"

Begitulah bunyi kalimat pembukanya. Penasaran, saya baca terus ke bawah,

"Saya berharap mengenalnya.

Seorang perempuan yang membawa kesedihannya dalam ruang maya. Sebut saja namanya Lisa. Kami bertemu, berbicara... tapi kesempatan untuk mengenal lebih dekat, tidak pernah terealisasi. Bukan karena kesibukan. Anggapan bahwa masih ada hari esok, bahwa kami masih akan bertemu dan berbagi cerita, membuat saya merasa tidak khawatir kehilangannya. Lupa bahwa fana adalah keniscayaan dalam kehidupan. Tak ada yang abadi. Tidak juga dalam persahabatan online yang terjalin."

Terus dan terus membaca dari halaman ke halaman, nah ini dia, kisah yang saya harapkan. Bahasanya tidak membosankan, ceritanya tidak pasaran, unik, beda, bikin penasaran. Romantis, unik, dan menegangkan, menjadikan kisah kisah buku ini tidak murahan.

Monday, January 18, 2016

Buku 55 Kisah Rahasia Bahagia

Rahasia kebahagiaan sering tak terduga. Semula mengira pada banyak mendapatkan, nyatanya pada banyak memberikan. Semula mengira pada santai dan diam, nyatanya pada kerja dan berkeringat.

Betul bahagia itu saat dimuliakan orang, tapi kebahagiaan lebih mendalam terasa saat memuliakan orang. Rahasia kebahagiaan itu banyak. Lewat ucap dan keteladanan, Rasulullah banyak mengajarkan.

Siapa meragukan kemuliaan Muhammad Saw, bahkan orang non muslim sekalipun banyak mengakuinya. Beliau diakui pemimpin berpengaruh terbesar. Buku 100 Tokoh Berpengaruh Dunia menempatkannya di urutan pertama.

Akan tetapi dalam kemuliaannya, beliau tak pernah segan memuliakan orang. 

Yang belum pernah mendengar, mungkin susah percaya Nabi Saw. pernah mencium tangan seorang yang, mungkin dalam pandangan awam, berprofesi rendah. Tangan tukang batu,  bukan cuma kias tapi nyata, beliau benar-benar menciumnya. 

Yaitu sepulang dari Perang Tabuk, saat mendekati Kota Madinah, pada salah satu sudut jalan, Rasulullah Saw. berjumpa seorang tukang batu, dan melihat tangannya melepuh kehitam-hitaman karena seringnya terpanggang matahari. Penuh kasih ditatapkan itu tangan dan bertanya , "Mengapa tanganmu kasar sekali?"

"Ya Rasulallah pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, kemudian belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan buat memberi nafkah keluarga, itulah sebabnya tangan ini menjadi kasar."

Tangan kasar karena mencari nafkah yang halal, betapa rasa kagum rasul berlelehan. Diambilnya tangan itu, digenggam, kemudian diciumnya seraya bersabda, "Hadza yadun la tamassaha naarun abada. Inilah tangannya yang takkan tersentuh api neraka selamanya."

Ini sebuah rahasia. Apa yang Rasulullah lakukan itu mengandung rahasia. Sepertinya membanting martabat, tapi ini sudah jadi fakta, tindakan Rasulullah tak menjadikan hina. Sebaliknya, menjadikan beliau mulia. Tindakan mengagumkannya ini, tercatat ketat dalam sejarah.

Dari tindakan Rasulullah ini pula kita belajar rahasia kebahagiaan. Saat sebagian besar kita mengira bahagia didapat dengan dihormat, diharga, dan dimulia, nyatanya rahasia bahagia terdapat pada berusaha menghormat, mengharga, dan memulia.

Buku berjudul "Tangan Yang Dicium Nabi" akan membawa Anda membongkar rahasia demi rahasia kebahagiaan, dari satu kisah ke kisah lainnya. Inilah buku dengan 55 Kisah Rahasia Bahagia.

Sunday, January 17, 2016

KISAH BIRU PENUH DEBU

Telah dia tuturkan riwayat hidupnya kepadaku, kemudian pagi ini kukenang dalam perasaan, sebagai kisah berdarah-darah. Lupakan segera bahwa ini kisah nyata.Jangan percaya, jangan percaya, dan jangan pernah percaya. Katakanlah ini kisah khayalan, kisah biru penuh yang bahkan, gratis pun takkan pernah ada surat kabarmau memuat.

Jauh dari rumah, jauh dari orang tua, untuk kuliah di suatu tempat dan menjalani pergaulan bebas, berpacaran, kemudian bersama seorang pria tanpa didahului ikatan nikah, hasrat purba itu dia lakukan hingga berbuah benih tanpa diharap.

Akar kuat manakah bisa diraih saat dirinya tergelincir ke dalam jurang, ia tidak melihat, selain membiarkan saja dirinya melayang jatuh berharap sangkutan dahan ranting dedaunan sedikit mengurangi daya keras hempasnya. Kepada sang pacar benih tumbuh di perutnya itu diberitakan, dan sebagai sesama remaja pria ini pun hanya bisa kebingungan. 

Sekuat batin sang pria mengeluarkan kasih sayang kok rasanya berat. Kerepotan memikirkan, mengurus, dan menemani si pacar selama masa kehamilan membuahkan kebingungan, kecemasan, dan masa depan yang dia lihat tampak semakin hitam. Kuliah terganggu, konsentrasi berantakan, tiada lagi ketenangan saat belajar. Kuliah pun berantakan, maka siapakah yang disalahkan? Hati berniat sayang berubah menjadi buas. Entah kenapa, si pria menjadi kasar. Bentakan dan pukulan begitu mudah dia layangkan. Si pria mengaku sesungguhnya sayang dan si wanita pun menyatakan dia mengerti mereka masih cinta. 

"Oh adikku sayang" ucapku dalam perasaan, "maafkalah jika aku mengadili. Kalian berdua katakan itu cinta, begitu mulia, namun tahukah kalian berdua sesungguhnya itu hasrat seks yang terlanjur kalian cecap kemudian membuat ketagihan. Kalian menjadi terikat dan saling tidak mau menjauh, pengikat itu bukanlah cinta, melainkan kebutuhan badaniah, yang sayangnya karena kebutuhan badan itu kalian penuh dalam keharaman, maka itulah buahnya, kebersamaan sering membuat kalian berdua heran, bukannya membuahkan ketenteraman dan kasih sayang namun gelisah dan luka." 

Dikarenakan pertengkaran itulah, maka keduanya menjaga jarak, tidak lagi saling bertemu, hingga kandungan kini berusia tujuh bulan. Sungguh tidak mau aib ini tercium keluarga, biar dia tanggung sendiri. Sudah terlalu besar rasa bersalahnya kepada orang tua, selama ini mengirimkan uang karena percaya anaknya sedang meniti tangga demi tangga menuju masa depan cerah. Jangan sampai beban mereka ditambah lagi dengan rasa malu karena anaknya berbuat dosa. Harus digugurkan, ya harus digugurkan, maka dia pergi kepada jasa aborsi tradisional, meminum ramuan, hingga janin itu keluar sebagai mayat.

Saat kutanyakan bisakah digambarkan seperti apa sakitnya menggugurkan kandungan, dia meratap dengan kata-kata, "Ya ampun, melahirkan normal saja sakitnya luar biasa, apalagi dengan cara-cara yang penuh dengan paksa."

Setelah selesai urusan aib kandungan, kerinduannya kepada sang pacar tak bisa ditahan, karena hasrat seks itu hanya bisa dia penuhi dengannya, dan si pria pun merasakan hal yang sama. Mereka kembali bertemu, tapi kembali lagi, seperti sebelumnya, remaja manis ini disalahkan karena dianggap telah menghancurkan kuliah.

"Baiklah." kata si wanita, "Jika itu kesalahanku, jika berantakan kuliahmu sepenuhnya kesalahanku, akan kutebus. Biarkan kucari uang untukmu, untuk kau teruskan kuliah." maka dia mencari yang, pergi entah ke mana, lalu pulang membawa uang banyak, namun pacarnya curiga dan tidak mau menerima, dan memang kecurigaan itu benar karena uang didapat dari para pria hidung belang. Demi kelanjutan kuliah pacarnya, dirinya kini rela dia jual. Wahai pepohonan yang meranggas disebabkan kemarau panjang, ranting yang kau biarkan lepas terhempar jatuh gemerapan akan bagaimanakah lagi nasib berikutnya?

Dari sang pacar dia kembali menjauh. Kata putus yang tertunda sejak lama resmilah sekarang. Dan berikutnya, dari pergaulan ke pergaulan dari pria ke pria, bersama waktu yang tersendat merayap, hati memarnya dia bawa, sang wanita penuh luka, hingga tak pernah kuterima lagi curhatnya. Lama, ingin kutanyakan lagi bagaimana kisah berikutnya, dan kembali kucari namanya, terbukalah akun bergambar wanita manis itu terbuka, dan kutemukan timeline telah bertabur ucapan bela sungkawa dari teman-temannya. "Kita senantiasa tertawa dan berdekatan, tapi kini kamu sudah tiada."

Saturday, January 16, 2016

BUKU SEBELUM TAMAT: DARI PESAN BUDI ANDUK

Dari Pak Budi Anduk, Pak Aziz Gagap punya kenangan, "Dia selalu ingetin saya untuk shalat dan jaga kesehatan." Sederhana, tidak besar, tidak panjang-panjang, bukan ceramah berjam-jam, hanya pesan supaya shalat dan menjaga kesehatan, tapi itulah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang pernah Nabi sebutkan sebagai sesuatu yang ganjarannya akan terus mengalirmeskipun si penyampai sudah meninggal. Amiin, mudah-mudahan saja. Kita tidak tahu bagaimana yang sebenanya, benarkah ilmu yang Pak Budi sampaikan itu mengalir terus pahalanya. Hanya bisa mengaminkan, mudah-mudahan saja, kita doakan, sambil berharap kepada Allah kita pun mendapatkan kebaikan yang sama, aliran ganjaran tak terhenti dari ilmu yang bermanfaat.

Dan untuk mendapatkan itu, tentu saja mesti berusaha. Tengok segera perbincangan keseharian dengan teman, baik berupa ucapan atau tulisan saat bersosial media. Betapa beruntungnya, jika setiap yang kita ucap dan tuliskan menjadi ilmu yang bermanfaat. Betapa beruntungnya jika postingan itu merupakan tulisan yang mengingatkan orang supaya shalat, betapa beruntungnya jika kalimat itu merupakan tulisan yang menyadarkan orang supaya mengingat Allah. Betapa beruntungnya saat puisi kita mengingatkan orang untuk cinta membaca Al-Qur'an. Betapa beruntungnya jika artikel kita mengajak orang untuk mempelajari sunnah dan mengamalkannya. Betapa beruntungnya jika tulisan itu berisi inspirasi yang mengilhami orang lain berbuat baik, bersabar, saling berkasih sayang dan mendamaikan di antara manusia. Betapa beruntungnya, betapa beruntungnya, dan betapa beruntungnya.

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan dari  bisikan-bisikan mereka, selain bisikan-bisikan orang yang menyuruh untuk bersedekah, atau berbuat baik, atau untuk mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa yang melakukan itu untuk mencari ridha Allah, maka kelak Kami akan memberikan kepadanya pahala yang besar." (Surat Annisa)

Sampai kepada paragraf ini, kalau boleh menebak, mungkin benak benak berkata, tulisan ini seperti ceramah, sedang khotbah. Bisa jadi ucapan Anda benar. Mungkin ini ceramah, tapi semoga Anda tidak menguap. Kemudian tidur sampai beres pengajian. Malah saya harap Anda menambah dengan mutiara-mutiara kata, ayat-ayat yang Anda hafal, atau hadits supaya semakin lengkap. Perbincangan ini penting, mengingat sebuah kenyataan tak terelakkan bahwa kita akan meninggal.

Orang lain pergi duluan. Sebagian disebabkan sakit, sebagian kecelakaan, sebagian sengaja dibunuh, sebagian lagi, dan ini luar biasa, berani tiada dara, yaitu bunuh diri. Tak tahu kenapa dan bagaimana caranya, satu kesamaan mereka sama-sama sudah tamat. Kemarin tertawa-tawa, sekarang sudah tidak ada, kemarin orang ngobrol dengan kita, sekarang sudah berkalang tanah. Dan suatu saat, kita pun sama, akan mendapat giliran. Dan untuk hari mencemaskan itu, semestinya kita bersiap.

Friday, January 15, 2016

TINGGALKAN TULISAN INI, SEGERA!!

Tidak mengandung pengetahuan yang memicu cerdas pikiran, tidak mengandung hikmah yang bisa membuat Anda menjadi bijak, tidak mengandung solusi yang bisa membuat hidup Anda lebih mudah, sepi mutiara-mutiara kata, sepi kekayaan bahasa, sepi ungkapan indah, sepi kisah menggugah, pepatah petitih, peribahasa, begitulah tulisan saya sekarang, yang kini sedang Anda baca.

Jangankan isi, bahkan bahasanya sangat membosankan. Seperti Komplek Sarinah Jakarta Pusat kemarin, paragraf pertama saja menerima banyak sekarangan. Beberapa kali di sana meledak kata "yang", terus berulang-ulang. Lihat dan perhatikanlah dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, maka akan segera Anda sadari tulisan saya ini sangat tidak memberikan teladan. Padahal bagi seorang penulis pemula seperti saya, sudah seharusnya berusaha sebisa otak dan tangan menghindarkan serangan kata dan berupaya menyajikan susunan kata berbeda demi membangun variasi, kreativitas dan bahasa beraneka.

Karenanya setelah memerhatikan dan menimbang, maka dengan ini memutuskan, bahwa menurut saya, lebih baik tulisan ini segera Anda tinggalkan, untuk mencari bacaan lain lebih bagus, lebih kaya, lebih berharga, lebih berguna, dan lebih berguna bagi nusa dan bangsa. Sungguh saya tidak ingin tulisan ini membuat Anda mendapatkan beban, merasakan keberatan, karena harus menguras pikiran, harus mengunyah kata demi kata, mencerna kalimat demi kalimat, tapi setelah paragraf terakhir sama sekali tidak mendapatkan hal berguna.

Sekali lagi, segera tinggalkan, berhenti sampai kalimat ini, jangan bandel, jangan suka melanggar, jangan suka melawan, sekali lagi, segera berhentilah! Jangan teruskan! Sekali lagi, sekali lagi, harus berapa kali saya teriak sekali lagi. Sekali lagi, berhentilah! Jangan memaksa terus membaca, karena saya hanya ingin Anda mendapatkan kebaikan. Tapi ah, mungkin karena Anda memang suka membantah, sampai baris ini, Anda masih saja terus membaca. Tolong, hentikan sekarang juga!

Apalagi jika Anda membaca tulisan saya dengan tujuan supaya saya nanti balas membaca tulisan Anda, sunguh jika itu tujuannya, saya hanya bisa membungkukan badan mengucapkan terima kasih atas segala perhatian, mohon maaf atas segala kekurangan, dikarenakan untuk melakukan itu saya mempunyai banyak keterbatasan. Sungguh ini bukanlah disebabkan saya memandang rendah tulisan Anda, karena seperti sering saya sampaikan di berbagai waktu dan kesempatan, bahwa semua tulisan itu menarik dan mempunyai kelebihan. Sekali lagi saya sampaikan, ini semua terjadi karena saya mempunyai banyak keterbatasan, yaitu keterbatasan waktu dan semangat.

Sekali dua kali saya mungkin membaca tulisan orang lain, terutama tulisan menarik yang mencubit rasa penasaran, misal yang judulnya genit mengerlingkan mata seperti wanita penghibur di bar, maka oleh tulisan semacam itu biasanya saya tergoda, kemudian mendekat, membaca sejak atas sampai bawah, kemudian setelahnya mendapatkan perasaan senang karena mendapatkan sesuatu yang beda dan berharga. Akan tetapi jika harus membaca semua tulisan, waduh, ampun seribu ampun, karena boleh dikata membaca tulisan menarik tadi pun tidak sengaja, melainkan sekedar hiburan di sela kesibukan kerja, pengusir kejenuhan, sekedar ingin jalan-jalan, siapa tahu menemukan tulisan beraroma asam manis seperti nanas Afrika.

Bukan sebab tidak bagus, jika tulisan Anda tidak saya baca. Telah saya sampaikan pada berbagai tempat, waktu dan kesempatan, tiada satu pun tulisan buruk, tidak bagus, tidak menarik, saya yakin semua tulisan menarik, hanya saja ada yang daya tariknya langsung kelihatan, dan ada yang daya tariknya memerlukan pembongkaran. Yang membuat saya tidak membaca tulisan Anda hanyalah karena saya mempunyai banyak keterbatasan, antara lain karena keterbatasan waktu dan semangat, tidak seperti Anda yang mempunyai banyak waktu luang membaca, dan semangat memberikan komentar, sudut pandang, dan bercakap akrab, untuk mencapai kehebatan seperti Anda, sepertinya saya harus berlatih dan belajar.

Thursday, January 14, 2016

KALIAN LUAR BIASSAAAA

Hebat sekali sebagian besar Anda pandai menyusun cerita, kenapa saya tidak ya. Kemarin saja waktu santai makan di kantin, sekalian istrirahat, tadinya saya mau sambil menyusun cerita pendek, tentang peristiwa bom bunuh diri itu, tapi susah. Saya coba menulis dan setiap kali mau meluncurkan kata, setiap kali itu pula lidah batin merasakan kata yang saya tuliskan tidak tepat. 

Kalau tidak percaya, silakan saja baca, itu pun kalau Anda mau dan sempat,

Sebentar, saya ambil dulu buku catatannya ke kolong meja.

Nah, ini dia.

"Sedang santai kerja, bom meledak. Saya lihat sendiri percikan apinya... "

Nah, saat menulis "percikan" rasanya kok kurang tepat. Api itu pesar, sedang percikan lebih tepat digunakan buat api kecil, percikan konsleting listrik, percikan korek api, misalnya. Ini bom, apinya besar, masa disebut percikan. Tapi waktu saya cari kata lainnya, susah juga.

Mau diganti dengan kata hembusan. Lho, ini kan bukan angin.

Ok kita teruskan. Saya pun menulis lagi...

"Tiga orang pria tergeletak di jalan. Celana robek, kaki hancur, darah terhampar... "

Lho, lho, lho, kok terhampar? Terhampar lebih cocok buat benda seperti beras, padi, atau tikar. Sepertinya darah kurang tepat menggunakan kata terhampar. Saya orang Sunda biasanya menggunakan kata "Ngabayabah". Tapi apa ya Bahasa Indonesianya "Ngabayabah."

Hayati jadi pusing.

Saya coba menggunakan kata "tergelar".

"Darah tergelar... " ah makin ngaco saja.

Yang tergelar itu karpet, tikar, 

Sudah. Kita lanjutkan. Kemudian saya pun menulis...

"Seorang polisi duduk lemah bersandar, badan gemuk besar, kondisi rusak berat."

Plak! Haduh, masa memakai kata "kondisi rusak berat" memangnya rongsokan mobil?

Begitulah karena seringnya merasakan keseleo kata, kecepatan menulis jadi terhambat. Waktu istrirahat yang setadinya mau saya manfaatkan buat menulis satu cerpen--satu cerpen saja--malah habis. Nasi di piring tamat, waktunya kembali ke kantor. Cerpen belum selesai, harus kembali ke meja kerja.

Susah sekali rasanya.

Tapi saya perhatikan, cerita pendek hasil karya Anda banyak bertebaran. Bagus-bagus, buat penasaran, enak dibaca, kosa katanya kaya, diksinya tepat, bahkan sebagian sudah dimuat media cetak, wah, saya mah, jangankan dimuat media, selesai saja tidak.

Jadi ingat teriakan Pak Aril sambil mensayukan mata....

"KALIAN LUAR BIASSSAAAA!!!!!"

BUKU KOMIK DUCOBU

Waktu beli buku ini saya sempat ragu. Buat apa, tidak ada gunanya, cuma komik anak nakal. Tapi setelah saya buka, ternyata isinya bagus. Banyak mengandung kritik pendidikan. Dalam sajian halaman-halaman kertas lux, komik ini menjadi semakin asyik dibaca. Kisahnya singkat, simpel. Satu halaman selesai, satu halaman selesai.

Sudah lama saya baca komik ini, dan sekarang menemukannya lagi.

Pas awal rumah tangga, saya dan istri asyik membaca. Di sana ada tokoh kerangka t, teman Ducobu setiap kali mendapatkan hukuman berdiri di sudut kelas. Ducobu biasa memanggilnya Nenes.

Sebenarnya Nenes adalah alat peraga biologi, tapi dalam kisah ini Ducobu biasa berbicara dengannya, saling mendukung dalam kenakalan. Dan karena saya kurus, istri sering menyebut saya Nenes.

Sepertinya penulis komik ini bukan orang sembarangan. Godi dan Zidrou mengerti banyak cara menulis cerita bagus. Setiap halaman ceritanya kocak. Kadang puitis, kadang menyindir, kadang nakal, kadang menyedihkan. Asyik sekali membacanya.

Misalnya Ducobu edisi LEBIH BAIK MALAS DARIPADA CAPEK. Halaman pertama langsung memberikan adegan guru sedang mengabsen muridnya di kelas.

"Cristian?"

"Hadir!"

"Alexander?"

"Hadir."
"Hugo?"

"Hadir"

"Ducobu?"

Hening..,


"Ducobu?"

Semakin hening,

"DUCOBU???"

Eh tak tahunya si Ducobu sedang santai di pantai, berbaring di atas pasir hanya mengenakan kolor belang. Bersama si Nenes.

"Sepertinya aku melupakan sesuatu... tapi apa ya?"

Si Nenes bukannya menjawab, sambil selonjoran dia malah menyodorkan krim, "Apa kau bisa mengoleskan krim tabir surya ini ke punggungku?"

*   *   *

Buat Anda yang senang mengambil pelajaran dari cerita, buku ini cocok buat teman santai. Sambil bersenang-senang, sambil menikmati gambarnya yang lucu-lucu dan berwarna pada kerta lux yang berkilauan, Anda pun mendapatkan ilmu.

Wednesday, January 13, 2016

KEKUATAN PIKIRAN SPONTAN

Baru kemarin beli buku ini, sakarang sudah tamat. Buku obral tapi bagus. Memberi hal baru. Tentang "Kekuatan Pikiran Spontan." 

Sebuah buku tipis. Jonathan Creaghan, penulis buku ini konsisten, setiap buku apa pun yang ditulisnya, tidak pernah lebih dari 80 halaman. Bahkan buku ini, sampai daftar pustaka, hanya tercatat 56 halaman. Itu dilakukan buat meringankan pembaca. Dan memang terasa, saya bisa menamatkan buku ini dengan cepat.

Memang, jika sebuah buku memerlukan uraian panjang, bagus-bagus saja ditulis panjang. Tapi jika dengan uraian pendek pesan lebih kena, apa gunanya berpanjang-panjang?

Persis isi buku ini sudah lupa, tapi beberapa hal masih ingat. Menurut Creaghan, pikiran manusia bisa diibararatkan sebulat bola yang mempunyai tiga lapisan. Lapisan terluar disebut pikiran berpikir, lapisan kedua disebut pikiran bekerja, dan lapisan inti atau lapisan terdalam disebut pikiran sadar. 

Saya tidak bisa menerangkan satu per satunya kepada Anda. Jika tertarik dengan buku ini, silakan saja cari sendiri. Di sini saya hanya ingin menyampaikan, ada pikiran yang sering mengganggu kita, yaitu pikiran lapisan terluar, yaitu "Pikiran Berpikir."

Saat hendak melakukan sesuatu, Pikiran Berpikir bisanya memasang cemas, stress, dan pertimbangan. Karenanya, pikiran ini sudah selayaknya diabaikan. Jika dibiarkan mengusai, pikiran jenis ini  bisa menghalang-halangi kita bertindak.

Selama sebuah tindakan baik, kerjakan saja! Langsung kerjakan jangan banyak menunda. Karena penundaan hanya buang-buang waktu. Jangan biarkan cemas datang. Cepat tendang, sebab kecemasan yang dibiarkan akan menjadikan kecemasan itu semakin besar. Buang ketakutan, sebab ketakutan hanya akan menambah ketakutan. Buang keraguan, sebab keraguan hanya akan menambah keraguan. 

Pikiran berpikir ini sangat menghambat. Saat melakukan satu hal, pikiran ini biasanya mengajak memikirkan hal lain. 

Murni saja hanya memasang pikiran bekerja.


Just Do It!

Kerjakan saja. Jika sedang menulis, menulislah. Jika sedang berkisah, berkisahlah. Jika sedang membaca membacalah. Hadirkan pikiran dengan nyaman dan bahagia pada apa yang sedang dikerjakan, jangan dibiarkan lari ke mana-mana.


Penulis menyarankan, supaya kita senantiasa memasang pikiran bekerja. 

"Pikiran Bekerja tidak memiliki pikiran lain kecuiali kebutuhan untuk menampilkan tugas pada saat ini." 

Ciri-ciri pikiran bekerja antara lain, saat menggunakan ini, kita benar-benar murni melakukan tindakan, kita bertindak tanpa banyak pikiran, waktu tidak kita pedulikan, kita bekerja lebih cepat, lebih yakin, dan tidak dirumitkan berbagai kecemasan dan pikiran macam-macam.

Buku ini mengingatkan saya pada sebuah pesan dalam Al-Qur'an. Disebutkan, semua manusia berada dalam kerugian. Melainkan beriman dan beramal shalih. Secara sederhana, beriman berarti percaya, sedang beramal shalih berarti berbuat. Saat sebuah keyakinan datang, maka berikutnya adalah, tidak mengijinkan lagi berbagai pikiran, kecemasan, dan keraguan menguasai, melainkan, langsung melakukan tindakan. Dengan cara itu, maka dengan mudah seseorang akan mendapatkan keberuntungan.

Pada ayat lain disebutkan, "Alangkah baiknya pahala orang-orang yang beramal."

Jadi apa yang disebut pikiran spontan?

Pikiran spontan adalah pikiran yang bekerja tanpa harus mengerutkan jidat. Pikiran yang bekerja dengan sendirinya dalam kepala kita selama kita melakukan tindakan, kemudian melahirkan inspirasi tanpa kita harus memikirkannya dengan keras. 

Seorang pemimpin perusahaan raksasa dari Korea menegaskan, adalah konyol saat seseorang hanya berdiam diri menunggu inspirasi datang. Inspirasi lahir dari tindakan, maka bertindaklah maka dari sanalah ilham akan datang. Inspirasi mengalir dari ujung pena, maka Anda harus menulis dan menulis untuk mendapatkan ide cemerlang.

Friday, January 1, 2016

Setelah Membaca Buku Novel "Dilan"

Malam ini susah tidur. Sehabis jam kerja, jam dua dini hari, lanjut baca buku sambil baringan di atas barisan kursi kerja dengan niat supaya ngantuk, gagal. Lelap yang ditunggu tak datang. Pikiran terus sadar, ngos-ngosan terseret aliran cerita. Novel "Dilan". Karya Pidi Baiq, aneh sekali, hormon pemicu kantuk saya kalah tak berdaya. Sampai lewat jam tiga, tak terasa novel tamat.

Yahhh habbbis!

Penasaran kepada novel ini, dimulai dari panggilan Mas Lili supaya turun. Dari lantai tiga ke lantai satu, menggantikannya jaga toko. Dia pamit mau beli novel. Saya tanya novel apa, dia jawab, "Dilan 2". Buat siapa, tanya saya. Buat ponakan, jawabnya.

Dilan 2?

Beberapa hari sebelumnya, saya dengar Pak Isa menceritakan hebohnya novel Dilan 2. Pasar kehabisan stock. Memang semenarik apa sih?

Tak lama Mas Lili pulang, tangannya kosong. Katanya, novel itu tidak ada.

Kehabisan! Luar biasa, padahal baru kemarin-kemarin terbit.

Sampai banyak orang mencari, sebagus apa sih?

Penasaran saya buka google, mengetik, dan ketemu blog Pidi Baiq. Nah, ini dia, novel Dilan ada postingannya. Bukan sekedar resensi, bukan sekedar ulasan, tapi langsung cerita. Yes.

Saya mulai membaca.

Postingannya sangat panjang, dari bab ke bab, terus ke bawah, terus ke bawah. Mulanya biasa, kalaulah bukan karena penasaran banyak orang mencari, opening itu mungkin takkan sukses menggoda saya untuk terus membaca. Tapi semakin ke bawah, cerita semakin berkesan, semakin saya direnggut masuk ke dalam cerita. 

Dengan sudut pandang orang pertama, penuturan dibuat terasa dekat dengan, seakan si tokoh utama sedang benar-benar bicara langsung kepada pembaca, suatu malam, dari sebuah kamar di sebuah rumah di Jakarta, mundur ke masa silam, menceritakan kembali masa SMA dirinya tahun 1990-an, dengan Bandung sebagai latar.

Postingan sekian panjang, tak terasa sampai bawah. Tulisan habis, cerita menggantung, dan rasanya tuh, seperti sedang nikmat-nikmatnya makan bakso, baru makan sepertiganya, sedang nikmat-nikmatnya, pas bagian garpu mau nusuk bakso besar berisi cincang daging, tiba-tiba mangkok ditarik. Uhh!!!

Betul-betul, potongan cerita itu buat saya penasaran, yang tentu saja kalau mau tahu lanjutanya harus membeli buku itu. Brengsek Pidi Baiq!! Sepertinya sengaja dia bagikan cerita itu sepotong supaya orang membaca, lalu masuk ke dalam cerita, terjebak arus, lalu menggantung, dan penasaran ingin membeli bukunya. Pidi Baig sengaja membuat jerat dan kali ini jeratnyasukses memakan korban. Korban itu adalah saya.

Ok, Pidi Baiq kamu menang, tapi karena teman kerja saya--Diyan--punya novelnya, saya bisa pinjam bukumu ke dia, jadi mohon maaf, saya pun sukses baca bukumu tanpa harus membeli.

Satu sama.

Baca sampai tamat, kemudian merasa tak lengkap rasanya, jika pengalaman ini berlalu tanpa ditulis. Maka dini hari ini, tak mau menunda, langsung saya tulis ke blog, yang jadinya dengan cara ini tanpa sengaja saya mempromosikan, yang jika nanti ada orang lain membaca kemudian penasaran, orang itu akan tertarik membeli bukumu, dan itu aduh, berarti sukses lagi buat kamu. 

Dua kosong dah.

*    *    *

Sewaktu Diyan meminjamkan novel ini ke, beberapa kali dia berpesan, jangan sampai jatuh cinta kepada Dilan. Dan jangan sampai karena jatuh cinta kepada Dilan, kemudian saya memutuskan diri jadi bencong.

Plak!!!

Enak aja! 

Tak mungkinlah.

Jika setelah membaca novel ini dia merasa jatuh cinta sama Dilan, itu karena dia membaca sebagai perempuan! Ketika membaca sebagai laki-laki, akan sangat lain ceritanya. Sudut pandang laki-laki sangat berbeda. Maka membaca novel ini sebagai laki-laki menghasilkan efek berbeda. Bukan jatuh cinta sama Dilan, tapi...

"Jatuh cinta sama Milea?"

"Bukan."

"Lantas?"

Ah sudahlah! Sudah dekat Subuh!

Makasih Diyan! Tanpa darimu saya pinjam buku ini, entah dari mana bisa baca sampai tamat. Tidak bisa memberi imbalan apapun selain kata "semoga". Semoga kamu diberi kemampuan untuk membeli novel keduanya, biar kembali saya pinjam. Ngok!

Mau Betulin Hape