Thursday, February 25, 2016

Kecerdasan Itu Dipinjam

Quote ini saya dapatkan dari buku David Kord Murray
BORROWING BRILIANCE, Rahasia Sukses Dengan Meminjam Gagasan Orang Lain
Saya heran, kenapa buku ini dijual murah
Padahal
Besar, tebal, dan isinya sangat berharga
Pengetahuan aktua, tentang membangun kreatifitas.

SETIAP GAGASAN LAHIR DARI GAGASAN LAIN, BERGANTUNG DAN MUNCUL DARI GAGASAN SEBELUMNYA. ITU SEBABNYA SAYA MENGATAKAN, BAHWA KECERDASAN ITU DIPINJAM.

Kalau saya disuruh membuat cerita, jujur tidak bisa. Langsung membuat kerangka, kemudian menggarapnya menjadi sebuah kisah yang menarik dibaca, terus terang susah. Sementara ini, hanya tiga hal yang memicu saya bisa menyusun cerita.

Pertama, setelah mendapatkan pengalaman menarik.
Kedua, setelah mendengar pengalaman menarik orang
Ketiga, setelah membaca cerita karya orang

Nyambung kepada judul di atas, saya akan fokus kepada point ketiga. Saya mendapatkan ide cerita setelah membaca karya orang. Maaf, menceritakan dan mencontohkan diri bukan berarti karya saya bagus. Ini hanya karen orang terdekat yang bisa saya bicarakan adalah diri saya sendiri.

Jadi saat membaca karya orang, pikiran ini menebak-nebak. Wah ini pasti akhirnya begini nih. Misalnya semalam, membaca karya peserta cinta dalam aksara, mengawali ceritanya dengan menyebut-nyebut perutnya yang membesar. Apa yang harus kulakukan pada janin dalam perutku ini. Dengan kalimat pembuka semacam itu maka pembaca menebak, wah ini pasti menceritakan gadis hamil di luar nikah. Nah, seketika muncul di pikiran saya, bagaimana kalau membuat cerita dengan opening yang sama, kemudian menggiring pembaca menebak itu cerita wanita hamil di luar nikah, tapi ujungnya ternyata bukan.

"Tapi gimana ya caranya?" tanya saya dalam pikiran.

"Ah ya, buat begini saja: awalnya menceritakan pergaulan bebas, seakan mau terjadi perzinahan, tapi pada ending cerita, saya harus menunjukkan jika si gadis selamat dari hubungan seks di luar nikah, dan hamil itu sebenarnya disebab suaminya. Jadi wanita ini cemas karena suaminya berangkat kerja ke luar pulau, dan dia cemas sendirian."

Cerpen pun saya garap. Selesai, masih mentah. Meski begitu adanya, tapi seketika saya temukan, ternyata benar, kecerdasan itu dipinjam.

Style Like An Artist, buku bagus pembakar semangat memberikan sebuah ide bagaimana menyusun plot sebuah cerita. Jadi pada saat membaca tulisan orang, buatlah pikiran ini mereka-reka, wah bagaimana kalau jalan ceritanya begini, tentu lebih seru!

BUKU CERPEN AMBURADUL: APA YANG HARUS KULAKUKAN PADA JANINKU?

Duduk termenung di tengah rumah, sekarang kebingungan. Bingung luar biasa. Bingung tiada tara. Bingung tak tertanggungkan. Apa yang harus kulakukan pada janin di perutku ini.

*   *   *

Aku seorang gadis berjibab, terkenal alim, rajin ke madrasah, menghadiri pengajian mingguan. Bersama ibu-ibu yang sebagian besar tua, tak pernah kumerasa malu berjalan. Sangat mencintai agama, indah bacaan Al-Qur'annnya, rapat menutup aurat. Begitulah di antara orang kampung aku dikenal.

Dan itu sangat wajar, karena ayahku, seorang haji dan pula, imam mesjid yang sesekali mendapatkan undangan dakwah keliling ke majlis-majlis taklim desa tetangga.

Bagi ayah, aku adalah gadis harapannya. Pernah dia berkata jika dia sudah bicara dangan seorang ustadz dari desa sebelah untuk berbesanan. Ustadz itu punya seorang putra yang kini sedang menempuh pendidikan S2. Ayah selalu berpesan, supaya aku menjaga pergaulan. Terutama dengan pria bukan mahram.

Tapi bagaimana bisa, sekolahku di SMA, satu kelas dengan para siswa. Tentu saja nasihat ayah tak sepenuhnya bisa kulakukan. Terkadang di kelas, bercanda akrab menjadi kebiasaan. Aku juga bahkan sering duduk sebangku berdua di kantin dengan Arman.

Ya Arman namanya. Kutolak ucapan semua teman bahwa kami pacaran, namun kuteliti lebih jeli lagi, sebenarnya yang biasa kami lakukan memang mirip orang pacaran. Pergi ke kantin berdua, ngobro di sana akrab berdua.

"Nanda, nanti malam aku mau ka alun-alun kota? kamu mau ikut?"

"Mau apa?"

"Sekedar main. Nanti malam tahun baru. Orang lain ramai datang ke sana."

Baru ingat jika nanti malam tahun baru. Oh betapa inginnya. Sebenarnya aku sangat penasaran. Sering terdengar teman sekelas berbicarakan meriahnya acara tahun baruan di alun-alun kota. Tak seperti di kampungku yang biasa saja, sepi, hanya terdengar satu dua petasan dibakar. Maka mendengar ajakan Arman, sekalipun kata-kataku menolak, sesungguhnya ini dada, bergemuruh gelombang penasaran.

"Pasti karena takut Ayahmu ya?"

"Tahu sendirilah di kampung ayahku siapa. Dia terkenal orang alim, Aku juga anak pengajian."

"Gampang! Kamu bisa minta ijinnya untuk belajar di rumah teman."

"Itu alasan basi."

"Selama ini kamu pernah menginap di rumah teman dengan alasan mau belajar bersama?"

"Belum."

"Nah, kalau belum, berarti kalau sekali ini saja kamu mengatakan begitu padanya, dia takkan curiga."

"Tapi, itu berbohong. Dosa. Apalagi pada orang tua."

"Ah sekali sekali apa salahnya. Namanya juga manusia, kita kan bukan malaikat."

Entah kenapa pada akhirnya aku mengiyakan ajakan Arman. Sore masih dengan pakaian seperti mau ke pengajian, aku pergi ke jalan yang jauh dari rumah. Begitu saja ibu mengijinkan, dan dia percaya aku akan belajar bersama. Rasanya besar seali kesalahan membohongi orang tua. Tapi rasa penasaran pada kemeriahan tahun baru membuat rasa penasaran itu kalah. 

Seperti janjian bersama Arman, kami akan bertemu di depan pos Ronda. Hanya semenitan menunggu, Arman datang dengan motornya. Sambil menguatkan duduk di atas motor yang dibawa arman, kulihat ke belakang memastikan tak ada orang melihat. Seorang ibu sedang mengangkat jemuran di depan rumahnya, sepertinya tak hirau denganku, dia khusyuk dengan pekerjaannya. Syukurlah.

Pada tembok tepian air mancur di tengah taman, aku duduk. Perasaan bersalah masih menggelayuti pikiran. Di sampingku, Arman bertanya, "Maukah kamu kuramal?"

"Aku tidak percaya ramalan."

"Eh buktikan dulu!"

"Cara meramalnya bagaimana?"

"Sini tanganmu."

Kuberikan. Kini telapak tanganku dalam genggamannya. Dengan posisi telapak terbuka di atas. 

"Nah, dua garis ini bercabang, memannga ke atas... " Arman mulai menganalisa. Lancar sekali kata-katanya, tapi di telingaku, suara itu kabur, sebuah perasaan mengganggu.

Dipegang seorang laki-laki bukan mahram. Tiba-tiba kurasakan berdosa. Ingat di pengajian, sering dibahas, jika bersentuhan kulit dengan pria lain itu tidak halal, alias haram, alias dosa. Ampun. Segera kutarik tanganku.


"Kenapa Nan?"


"Jangan Man. Ini dosa!"

"Gak papa Nan, kamu mau tahu kan masa depan kamu seperti apa?"

"Gak usah ah."

"Ya baiklah."

Baru jam sembilan, acara dangdutan sudah digelar. Musik berdendang. Lagu bersenandung. Orang ke depan panggung, tampak riuh bergoyang. Aku sendiri lebih suka duduk duduk saja di sini. Di atas tembok tepian air mencur. Berkali-kali Arman mengajak ke sana kutolak. Ternyata aku tidak suka ingar bingar.

"Man, pulang saja yu!"

"Acara puncaknya belum Nan. Nanti tengah malam, detik pergantian tahunnya, di sana saat-saat meriahnya. Pesta kembang api besarnya. Kamu tidak mau melihat langit bertaburan bintang bintang meledak."

Ingin pulang kutahan.

Dan benar saja. Tengah malam sangat meriah.

Kira jam satu dini hari baru selesai. Aku dibawa pulang. Mulanya menuju rumah,

"Eh Nan, tunggu. Masa ke rumahku."

"Trus. Ke rumahku?"

"Aku bingung. Aku kan bilang mau menginap di rumah teman."

"Oh kalau begitu, di rumahku saja." saran Arman.

Dan tanpa menunggu persetujuanku, Arman memacu motornya. Di sebuah cabang jalan, dia berbelok masuk jalan menuju kampungnya. Ya, malam itu aku menginap di rumah Arman, yang kalau saja Ayahku tahu semua yang kulakukan malam itu pasti dia akan sangat murka.

*     *     *

Dan kini aku sedang duduk, di tengah rumah, mengusap-usap perut yang terus membesar. Sekali lagi kukatakan, aku bingung harus melakukan apa.

Ibu mendekat, "Sudahlah Nanda, jangan terlalu banyak pikiran. Ibu menyayangimu Nak! Sangat menyayagimu."

"Ibu menyayangiku?"

"Tentu saja, Ibu ingin kamu bahagia. Jangan stres jangan banyak tekanan. Suamimu berangkat ke luar pulau, berjaga di perbatasan, jangan cemaskan. Doakan saja biar dia selamat."

"Lalu, apa yang harus kulakukan buat janin ini Bu?"

"Kamu makan makanan sehat, biar bayimu juga menikmati makanan sehat."

Ya begitulah sekarang kupelihara perasaan bahagia. Kubuang jauh-jauh kecemasan. 

Oh ya Teman. Malam itu di rumah Arman tidak terjadi apa-apa. Aku tidur di kamar tamu. Dan setelah malam itu, sebelum ayah tahu kejadian itu, aku berjanji dalam hati untuk tidak pacaran. Aku berjanji takkan lagi mau berdekatan dengan pria yang tidak halal hinga aku menikah. Aku menikah dengan seorang tentara, ayah janin ini, yang kemarin, baru saja berangkat untuk bertugas di perbatasan.

Wednesday, February 24, 2016

Mau Pinjam Buku Malah Festival Kuliner

Bersepeda, meluncur lewat belakang ITC. Menerobos masuk wilayah Pemkot Depok lewat samping. Permisi kepada satpam. Ditanya, "Mau ke mana Pak?"

"Perpustakaan" jawab saya.

Meluncur lagi santai, menyisir tepian lapang. Ada yang berbeda hari ini. Lapang diramaikan datditdut dangdut. Musik berisik kendang berdendang, lagu melantun. Ada panggung. Ada barisan pedagang. Terbaca...

Di tepian meja. Wah, pasti ini boleh ngambil gratis. Ini kam pemkot. Pemerintah. Banyak duitnya. Orang bebas ngambil sekenyangnya tanpa bayar.

FESTIVAL KULINER



Langsung deh saya ngambil lontong, goreng ayam, bakwan, tahu isi. Dimakan satu persatu. "Bu, ini menghabiskan biaya banyak ya untuk mengadakan festival ini?" tanya saya pada seorang ibu berbatik.

 "Oh iya. Lumayan."

"Dan luar biasa ya, biaya sekian banyak dihabiskan untuk bagi-bagi makanan." 

"Eh ini dijual Bang!"

"Apa?" saya kaget. Ayam yang yang nyaris tinggal tulang saya banting ke meja. Lontong tinggal bungkus saya kembalikan ke baki hidangan. "Oh maaf Bu! Saya kira gratis."

Pembaca. Kejadian itu tidak terjadi pada saya. Sememalukan-memalukannya kelakuan saya, tidak sememalukan itu. Cukuplah kejadina makan makanan orang lain terjadi di kantor.

Saya, tak berani mendekat apalagi makan. Cuma bisa foto-foto.



Apalagi, sekarang sedang diet dari makan makanan olahan. Sekarang, saya sedang mengkhususkan diri hanya memakan buah. Kalau tak percaya, lihat di kulkas kantor. Di sana ada pepaya dan pisang. Itu menu makan harian saya sekarang. Jangan kalah sama monyet. Jalani hari dengan ceria bersama pisang.


Tuesday, February 23, 2016

Tinggal Melangkah, Tinggal Lakukan

Melakukan kebaikan itu mudah, hanya tinggal melakukan
Hanya tinggal melangkah
Tahajjud, haya tinggal melankah ke kamar mandi, bersuci kemudian shalat

Makan sehat itu mudah, hanya tinggal melangkah
Melangkah ke pasar, belanja buah-buahan, jeruk, pepaya, pisang, sambil menikmati keramaian pasar
Bawa ke kantor dan
Makan

Sedekah itu sangat mudah
Tinggal memberikan uang, mikirin apa sih sampai sedekah saja sangat susah
Tinggal memberi, memberi dan memberi

Jangan banyak mikir
Allah itu jika menciptakan sesuatu tinggal "Kun"
Jadilah
Maka terjadi
Dengan cepat, saat itu juga

Jangan banyak mikir
Jangan banyak niat
Sekali saja niat
Setelah itu
Eksen
Lakukan, lakukan, lakukan!!!

Menulis juga begitu
Sudah jangan terlalu banyak yang dipikirkan
Setelah kamu yakin apa yang akan kamu tulis itu sebuah kebaikan
Lakukan saja,
Tinggal lakukan
Tidak perlun berpikir banyak
Langsung tuliskan, tak perlu dirumitkan dulu berbagi teori
Tak perlu dirumitkan berbagai pikiran, aduh takut keliru, aduh takut gak seru, aduh takut gak ada orang lain yang baca. Tulis mah tulis saja, lakukan, dan jangan banyak pikiran
Dan nulis itu pake tangan
Jadi menulislah dengan tangan...

Dan tidak usah mencemaskan apapun
Keberuntungan sudah dijanjikan buat orang yang berbuat kebaikan

Apa Yang Menarik dari Buku-Buku Pak Isa?

Apa yang menarik dari tulisan Pak Isa adalah, jika memberikan ilustrasi, dia mencontohkannya dari berbagai hal. Dalam membahas cerita, dia banyak memberikan contoh dari cerita film. Misalnya bagaimana cara memberikan kejutan akhir, atau twist ending, dalam buku 101 Dosa Penulis Pemula.

Pak Isa menyebutkan film 24 punya ending bagus nyaris dalam setiap episode.

Film 24?

Ini mengundang penasaran, seperti apa sih film 24 itu.

Saya pun mencarinya ke google, menelusuri postingan-postingan orang yang menceritakan film 24. Tapi belum menemukan. Mungkin besok lusa menemukan.

Menyebutkan juga film " The Sixth Sense". Pertama kali dirilis, semua penonton kaget dengan twist endingnya. Belum pernah ada yang membuat twist ending itu sebelumnya. Dengan kata lain, memberi kejutan akhir jangan sampai dengan trik kejutan yang sudah orang lain pakai sebelumnya. Karena membuat kejutan akhir demikian bukan lagi kejutan. Orang takkan lagi terkejut karena sudah bisa menebak.

Buku 101 Dosa Penulis Pemula ini juga diperkaya oleh contoh-contoh dari para penulis di KBM.

Buku lainnya, No Excuse apalagi. Buku ini bahkan punya contoh yang lebih kaya. Dari sedikit pemikiran, No Excuse, tentang rahasia sukses dengan membuang berbagai banyak alasan, dikembangkan dengan banyak sekali contoh dan cerita-cerita dari berbagai orang sukses di berbagai bidang.

Dari dunia talkshow memperkenalkan Oprah. Dari dunia wirausaha, dari dunia akting, dari dunia musik, dari dunia menulis, dari berbagai bidang. Yang paling saya ingat itu Silvester Stalone, pemeran Rocky dan Rambo, itu ceritanya gokil banget. Dia menulis naskah film, dia ajukan ke rumah produksi lalu dia mengajukan diri untuk menjadi bintang utamanya. Tentu saja rumah produksi keberatan filmnya dibintangi orang yang tidak terkenal. Tapi Stalone tetap bersikeras, dia mencari rumah produksi lainnya, hingga ada yang menarima, dibuatlah film dengan bintang utamanya dia, dan sukses.

Rocky.

Berturut-turut setelah itu, film Rambo pun sukses dan mendunia.

Bagaimana dengan buku Humortivasi?

Sama juga, meski terkesan membahas perkara ringan, humor, tapi Pak Isa menulis tentang ini dari berbagai sudut pandang. Di antara cerita-cerita lucu yang dia tuliskan, dibagikannya pula kejadian-kejadian lucu dalam sejarah. Juga beberapa kejadian lucu dalam hukum. Bukan lucu sih, tapi mengerikan. Masa ada orang, hanya karena perkara sepele, trus dia dipenjara.

Monday, February 22, 2016

Judul Tepat Postingan Untuk Blog Buku

Jika Anda termasuk orang yang bingung seperti saya, apakah yang harus diposting di blog yang bertemakan buku, maka inilah judul-judul yang bisa Anda bahas.

Saya mencarinya melalui Google Keyword Planers, atau Google Adword, dan mendapatkannya.

Ini adalah fasilitas di google untuk mengetahui kata kunci apa yang terbanyak dicari dari sebuah tema.

Fasilitas ini sangat memudahkan sehingga kita tidak perlu repot memikirkan tema apa yang tepat untuk ditulis dalam blog yang akan kita garap. Ini juga membantu supaya kita fokus kepada sebuah bahasan.

Baiklah, ini judul-judul yang tepat untuk postingan blog buku:

Buku Online
Beli Buku Online
Jual Buku Online
Download Buku Gratis
Buku Gratis
Novel Terbaru
Beli Buku
Beli Online Gratis
Download Buku
Jual Buku Online
Cari Buku
Belanja Buku
Beli Buku Online Murah
Buku Islam
Buku-Buku Terbaru Gramedia

Dari judul-judul itu bisa dikembangkan untuk membuat postingan-postingan tersendiri, maka postingan-postingan blog Anda akan menjadi postingan yang dicari orang.

Jual Buku Terbaru

Jika Anda membutuhkan buku terbaru, hubungi saja saya. Saya hanya bisa membantu Anda mendapatkan buku terbaru yang Anda butuhkan. Misalnya berbagai novel tere liye dan Asma Nadia. Anda bisa mendapatkannya dengan melakukan pemesanan kepada saya.

Saya tinggal di kota yang menurut saya, sorganya para pencinta buku. Tere Liye malah menjadikan kota Depok ini sebagai latar novelnya Daun Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, untuk menceritakan sebuah kisah cinta yang diawali dari sebuat toko buku.

Di sini juga saya dekat dengan banyak bazar buku murah. Banyak sekali buku bagus dan murah terbitan gramedia. Iya gramedia kan secara nama sudah terkenal, dan pastinya penerbit ini berusaha memberikan buku bagus kepada pembaca. Mereka juga kan bisnis, mana mau mencetak dan menerbikan buku jika mereka pikir buku itu tidak akan laku. Mana mau mereka menerbitkan buku yang mereka pikir buku itu takkan menguntungkan. Pastinya mereka juga punya pertimbangan dong, dan karenanya mereka hanya mau menerbitkan buku bagus.

Itulah makanya, tentunya buku yang telah keluar itu, meski harga obral, pastilah buku hasil seleksi di penerbitan bahwa buku itu memang bagus. Banyak sekali buku-bukunya, dari berbagai jenis. Psikologi, novel anak, novel remaja, dewasa, wirausaha, pendidikan anak, tentang orang tua, tentang sekolah. Wah banyak sekali.

Jika Anda mau, Anda bisa cek facebook saya, di sana banyak saya sediakan gambar buku yang saya jual murah.

Eh kok malah membicarakan buku murah, padahal judulnya, saya ingin membicarakan buku terbaru. Ya saya juga menjual buku-buku terbaru. Tanyakan saja Anda mau judul buku apa. Insya Allah saya kirimkan setelah Anda transfer.

Percaya deh, ini bukan penipuan. Saya belum siap menjadi penipu. Takut ketahuan nanti repot ke sananya.

Berbagai buku tere liye, pidi baiq, andrea hirata, ada dah di sini. Atau karya siapa lagi ya  penulis penulis terkenal itu, pokoknya banyak deh, silakan.... oh ya buku-buku keislaman juga banyak di saya. Misalnya terjemah Riyadus Shalihin, Terjemah Sirah Nabawi, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, Terjemah Tafsir Fi Dzilalil Quran.

Silakan, bagi yang mau pesan bisa langsung hubungi Watsapp saya 085723962260

Sunday, February 21, 2016

Jual Buku Murah Online

Saya menjual buku-buku murah online
Kebetulan di sini dekat dengan banyak toko buku yang menyajikan buku-buku murah

Dengan kisaran harga mulai dari 15.000 sampai 30.000

Ada buku Harry Potter yang harga aslinya lebih dari seratus ribu, saya hanya menjualnya Rp. 60.000

Ini nomor HP saya jika ingin menghubungi

081310052414

Ini nomor watsapp 085723962260

Atau BBM 2ba5f9bf

==========

Yang tersedia buku anak-anak.

Buku-bukun keislaman. Hadits-hadits.

Sirah Nabawi.

Fiqhussunnah.

Dan sebagainya.

Menggunakan sepeda, begitulah cara saya bepergian menuju berbagai toko buku di kota ini. Selain murah, juga olah raga. Bahkan terkadang jalan kaki.

Memang cukup memalukan.

Tapi, buat apa peduli malu, saya lebih suka peduli kesehatan

Keseharian di kantor duduk diam, tentu saja memerlukan olah raga.

Saya melakukannya dengan berjalan kaki

Atau bersepeda.


=====

Sebenarnya bisa saja jualan buku inin sambil duduk saja.

Diam

Sebab dengan online, saya bisa mengakses ke mana saja. Ke berbagai toko buku, untuk memesan secara online, mempromosikan lewat facebook, kemudian jika ada orang pesan saya pesan lagi ke toko online itu.




Saturday, February 20, 2016

Buku Pangeran Kecil

Buku kecil, seperti buku anak-anak. Tapi mengapa begitu legendaris. Dibaca dari generasi ke generasi, sampai kini, dan masuk jajaran buku sastra.

Bahkan sebuah rumah produksi mengangkatnya ke layar lebar.

Little Princes

"Pangeran Kecil" ditulis sastrawan Perancis, Antoine de Saint Exupery dan menjadi mastepiecenya.

Dihiasi banyak gambar langsung oleh penulisnya, menjadikan novel kecil ini sangat mirip buku anak-anak. 

Ternyata bukan.

Ini karya sastra. Bacaan orang dewasa. Kisah ini penuh perlambang. Untuk memahami berbagai watak dan perilaku manusia, dan rahasia-rahasia sukses membangun hubungan.

Semula tahu buku ini saat main ke rumah teman. Si teman berkata, buku Pangeran Kecil ini kurang dia mengerti apa maksudnya. Anak kecil, terbang dengan burung, menemui raja di plenet mana, terus menemui pemabuk, ada kereta, menimba air, apa ini maksudnya.

Saya ikut membuka. Dan benar, susah paham.

Sampai suatu ketika, saya membaca sebuah buku yang menyebutkan, sebenarnya novel "Pangeran Kecil" ini berisi renungan tentang kehidupan, tentang membangun hubungan. 

Oh, benarkah?

Tiba-tiba saya jadi kangen kepada buku "Pangeran Kecil". Ingin membaca, merenungkan, dan mencoba membuka rahasia di dalamnya. Setelah bertahun-tahun, kembali ke rumah si teman, meminjam buku itu dan mulai membaca. Tekun di rumah. Berulang-ulang. Tanpa bosan. Tiap datang kesempatan, membuka. Dari halaman ke halaman, dari paragraf ke paragraf, dari kalimat ke kalimat.

Pangeran kecil dengan planetnya, adalah perlambang seorang remaja yang mulai membangun dunia. Dunianya sendiri. Di planet itu tumbuh mawar, dan mawar itu perlambang hadirnya seorang pasangan. Mawar itu terkadang sangat manja dan melelahkan. Harus dijaga, harus disiram, harus dilindungi dari terpaan angin dan ulat-ulat.

Nasihat pertama tak terlupakan dari buku itu adalah, "Jangan sekali-kali mendengarkan kata-kata mawar. Mereka penuh perbantahan. Hanyalah nikmati kehadirannya."

Seketika teringat kepada orang terdekat. Istri saya. Jika mendengarkan omongannya, terkadang kesal. Pening pikiran. Namun jangan fokus ke sana. Jangan fokus kepada kata-katanya. Mereka penuh perbantahan. Sering apa yang dikatakannnya bukanlah apa yang sebenarnya dia inginkan. Fokuslah kepada arti kehadirannya. Bahwa betapa berartinya kehadiran dia bagi hidup saya. Bahwa kehadiran dia bagi saya anugerah besar. Kebahagiaan tak ternilai. Bahwa dia ada bersama saya dan menjadi istri saya, orang yang bisa saya pegang dan rangkul dengan halal. Kepada itu seharusnya fokus pikiran, Dengan begitu maka hati ini bertambah sayang.

Jangan pernah berpikir meninggalkan. Seperti pangeran kecil yang meninggalkan si mawar di planetnya karena sangat manja dan merepotkan. Namun setelah jauh, tiba-tiba dia menyesal. Dia rindu kepada si mawar.

"Bunga mawar yang sudah kau jinakkan itu satu-satunya bunga bagimu di dunia ini. Karena itu dia sangat berharga." kata Si Rubah, teman baru dia yang membuat Pangeran Kecil begitu kangen kepada mawar yang dia tinggalkan.

Dari lembar ke lembar, dari paragraf ke paragraf, membaca berulang-ulang, novel ini terus saya renungkan. Mengorek makna di baliknya, dan luar biasa. Novel ini banyak memberi pelajaran bagaimana membangun hubungan. Bagaimana menjalani hidup sebagai orang dewasa. Betapa banyak orang dewasa semata usia. Betapa banyak orang dewasa berperilaku menyebalkan. Bagaimana seharusnya memandang kehidupan. Bagaimana memandang orang di sekitar kita.

"Hanya dengan hati orang bisa memandang dengan baik. Yang inti tidak terlihat oleh mata." nasihat Si Rubah.

Beberapa kali membaca, beberapa kali mengulang, beberapa kali merenungkan. Buku itu memengaruhi materi perbincangan saya dengan teman. Setiap kali menemukan teman yang mengalami masalah dalam hubungan dengan orang terdekatnya, setiap kali itu pula saya mengingatkan dia kepada pangeran kecil dan si mawar. Jangan sampai mengalami seperti pangeran kecil, merasakan penyesalan setelah berjauhan. "Jangan pernah dengarkan kata-kata mawar. Hanyalah nikmati kehadirannya di sisimu."

Lama di rumah, akhirnya buku itu saya pulangkan ke rumah teman, dan sejak itu tak pernah lagi membaca. Kangen, ingin punya bukunya. Tapi tak tahu harus membeli di mana. Sampai suatu ketika saya mendatangi sebuah bazar, tampak sebuah buku tertera di depannya judul. "The Little Princes."

Wah, ini dia.

Mumpung bazar murah. Langsung saya beli. Sebenarnya ingin beli banyak kalau-kalau ada orang lain pesan. Tapi khawatir yang tertarik hanya saya. Nanti beli banyak, buku ini hanya bertumpuk di rak. Ya sudah beli satu saja. 

Wednesday, February 17, 2016

Tips Menulis Itu Sederhana

Tips menulis itu sederhana
Dan sangat mudah

Sudah lama saya tetapkan sebuah konsep menulis termudah
Menulis seenaknya karena
Apa yang enak kita tuliskan, akan enak pula saat dia jadi bacaan orang
Apa yang berbelit-belit saat kita tuliskan, dibaca orang pun akan memusingkan

Menulis bagus, sebenarnya persoalan kekayaan kosa kata
Siapa terkaya kosa kata
Maka dia punya berbagai hal buat mengungkapkan apapun yang ingin diungkapkannya

Karena itu
Jika ingin menulis bagus,
Perkaya saja kosa kata, dengan membaca banyak bacaan
Dengan membuka buka kamus bahasa, kamus persamaan kata.
Banyak membaca buku apa saja
Temukan buku yang menggairahkan Anda saat membacanya dan contohlah gaya menulisnya

Banyak membaca
Bacalah bacaan-bacaan berkualitas,
Yang dengan membacanya Anda jadi bergairah...

Bacalah dengan menyebut nama Allah
Yang Menciptakan
Yang Menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah dan Rabb-mu yang Maha Mulia
Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam
Yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya

Saturday, February 13, 2016

BUKU HARIAN DI KANTOR

Hari ini si gondrong menikah.
Dia pelukis.
Pertama kali melihat
Gondrongnya membuat saya segan
Mengira dia seorang eksklusif, hanya mau bicara dengan orang-orang tertentu

Karyanya banyak dan bagus-bagus
Jika dia melukis, melakukannya dengan sangat khusyuk, dan hasilnya sangat indah
Saking indah, pernah seseorang mencuri buat desain sablon gambar kaosnya.

Nama pena Wasikendedes
Buat pelukis rasanya kurang tepat menyebut nama pena
Karena biasa menggunakan kuas
Berarti nama kuas
Saya menyebutnya Si Gondrong dalam tulisan ini
Beberapa hari menjelang nikah, cukuran, dan orang-orang pangling
Dari rambutnya yang galing dan gondrong
Kini rapi klimis bersinar
Terlumuri minyak

Masih ingat awal saya di sini
Jarang bicara dengannya
Hanya sering mendengar dia menceritakan isi buku yang dia baca
Dan saya tertarik,
Bacaannya unik-unik
Sebagian bernuansa sufistik, sebagian lagi seni
Sebagian lagi fiqih,
Sebagian lagi buku-buku pemikiran dan ideologi

Tidak terlalu banyak berinteraksi
Sampai suatu pagi dia menyapa saya, menanyakan pendapat saya tentang kerja di sini
Sangat nyaman dan membahagiakan, jawab saya.
Baru sekarang saya temukan tempat kerja semembahagiakan ini

Kemudian dia pun berkata,
"Saya pun begitu. Kerja di sini betah, dan sudah terbilang lama. Dari perusahaan lain sebentar-sebentar keluar, sebentar-sebentar keluar, tidak betah."

"Kenapa?"

"Sering konflik. Tapi di sini tidak, sudah lama saya di sini."

Saya lupa waktu itu dia menyebut sudah kerja berapa tahun.

Akhir-akhir ini, beberapa hari menjelang nikah dia curhat lagi, "Sangat jarang perusahaan dengan pemimpin seperti di perusahaan ini."

"Memangnya waktu kerja di perusahaan lain bagaimana?"

"Gak betah Mas, saya langsung aja pamit. 'Permisi Pak, saya keluar.' udah, pergi."

"Hahaha. Kok bisa?"

"Gaji gak dinaikin."

"Apa yang membuat Mas merasa pantas naik gaji?"

"Beban kerja bertambah. Gue minta tambah gaji. Eh malah dikatain ini itu. Ya sudah, gue pergi aja."

"Haha."

"Pernah juga punya teman kerja. Gue kan suka gambar. Dia ngomong, "Apaan lo, ngegambar kayak gitu buang-buang waktu. Ya sudah gue cabut!"

"Lho, dia kan bukan pemilik perusahaan?"

"Iya cuma temen. Tapi teman kan suka memberi pengaruh. Gue gak mau... "

"Oh haha, ya ya ya."

Asal dia Surabaya, tempat kerjanya di lantai dua, sebidang meja nan luas biar dia leluasa menggambar,
Biasanya dia kerja di sana, sendirian, menggarap gambar, ditemani musik cadas
Atau shalawat
Atau ceramah-ceramah budaya Cak Nun
Dan lemari putih nan bisu, dengan buku-buku tersusun tinggi di atasnya

Jika tidur, biasanya dia naik
Ke lantai tiga
Jika mau ngopi, cangkir porselen bersendok porselen itu dia pegang
Dan bawa ke lantai empat,
Dak gedung
Tak jarang pula saya melihatnya menggelar sejadah di sana
Duduk sila dan berdzikir dengan tasbih di tangan

Tapi sekarang
Dia sudah tak ada, tak lagi tidur di sini sejak malam tadi
Entah di mana, mempersiapkan pernikahannya
Di lantai dua, saya menengok kursinya kosong, mejanya kosong, musiknya sepi
Hanya AC yang masih meniupkan hawa dinginnya kemudian saya matikan

Dia sudah tak di sini
Hari ini Si Gondrong menikah
Selamat Gondrong, perahumu telah siap
Tinggal naik
Hendak berlayar ke pulau mana, mungkin kamu sudah tahu

TULISAN DENGAN BAHASA SEDERHANA

Saya lebih suka tulisan dengan bahasa ringan tapi mendalam. Tulisan-tulisan Pak Agung misalnya, di buku "Gara-Gara Indonesia" dan "Tidak Semua Musibah itu Luka", dia menulis dengan bahasa ringan, biasa, bahasa yang terjangkau oleh banyak orang. Bukan tidak tahu istilah-istilah keren, populer dan ilmiah--Pak Agung tahu banyak--buktinya, bukan sekali dua kali saya menemukan istilah ilmiah lalu tanyakan pada Pak Agung, dan dia bisa menjawab.

Bukan sebab tidak tahu, dia tahu banyak, tapi lebih memilih berbagi tulisan dengan bahasa ringan, sederhana, dalam bentuk kisah, argumentasi ringan, dan ibarat-ibarat yang mudah dimengerti orang awam. Dia mengerti betul asas dakwah yang Nabi Sampaikah, "Berbicaralah kepada manusia sesuain dengan kadar kemampuan pikiran mereka."

Khotibunnas alaa qodri uquulihim.

Tengah menggarap tulisan ini, karena kebetulan satu ruangan kerja, saya wawancara dia sebentar, "Pak Agung, kenapa dalam menulis tidak mau menggunakan bahasa Ilmiah?"

"Dulu pernah menulis buku, terlalu banyak menggunakan bahasa ilmiah malah tidak ada yang baca."

"Dari sejak itu berhenti mengunakan bahasa ilmiah?"

"Iya. Tulisan saya pernah dimuat di Koran Tempo, membahas otonomi daerah, bahasanya biasa saja."

Beberapa kali saya mengangguk mendapatkan pengertian. Iya juga, kenapa

Seketika saya teringat kepada Amr Khalid, seorang dai mesir, dalam menyampaikan pemikiran, baik ceramah atau tulisan yang dia bagikan melalui buku-bukunya, dia lebih suka menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti banyak orang. Tidak seperti orator hebat dengan suara mengguntur meledak-ledak. Cara dia bicara biasa saja, akan tetapi isi materi yang dia sampaikan kaya akan kisah, hadits-hadits dan ayat. Catatan-catatan sunnah, ayat suci Al-Qur'an yang dia sampaikan meresap lalu orang tersentuh dan tidak jarang mata mereka berkaca-kaca. Itu terjadi karena--sekali lagi-- antara lain dia menyampaikan dengan bahasa sederhana. Maka dia menjadi dai favorit banyak anak muda. Para gadis memutuskan untuk mengenakan jilbab setelah mendengar ceramahnya.

Saya tulis ini tanpa maksud mengatakan buruk kepada tulisan yang disajikan dengan bahasa ilmiah. Sama sekali tidak. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk  novel legendaris karya Buya Hamka, pada bab "Jiwa Pengarang" beliau berbagi kesan tentang betapa susah menghakimikarya bagus itu seperti apa. Yang ditulis sesuai kaidah atau justru yang melanggar. Ada kalanya sebuah tulisan justru disukai karena kerumitannya. Dan saya sepakat.

Ini soal selera saya. Rata-rata jatuh suka pada tulisan yang tersaji dengan bahasa biasa dan sederhana.

Friday, February 12, 2016

NASKAH CERAMAH UNTUK SEORANG TEMAN

Seorang teman minta tolong dibuatkan pidato. Dia pengurus ODOZ, One Day One Juz, sebuah komunitas yang membangun komitmen sehari membaca satu juz Al-Qur'an. Akan dia adakan pertemuan dan di sana, sebagai pengurus dia akan diminta menjadi pembicara. Buat persiapan, dia minta bantuan saya.

Waduh keberatan. Saya katakan padanya, sekarang kepala dipenuhi banyak hal, disibukkan banyak hal, sepertinya tak bisa lagi menulis semenyentuh dulu. Dia jawab, tak mengapa kata katanya biasa saja, tidak usah menyentuh segala. Biasa saja.

Oh baik temanku.

Tapi maaf, jika ini saya buat seenaknya:

Perkenalkan saya .......(nama teman saya), berasal dari Ciamis, sebuah kota di benua Asia, tepatnya di Asia Tenggara, tepatnya di negara Indonesia, tepatnya di Jawa Barat, antara Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Ciamis kebingungan mencari apa ikon yang tepat buat dijadikan lambang kota. Mau bunga mawar, kota kami belum seindah bunga mawar, mau bunga angrek belum secantik bunga anggrek, akhirnya dibuatlah taman raflesia untuk menggambarkan, sebuah bunga yang sebenarnya berbau kurang sedap tapi kami mengangkatnya menjadi pusat taman berhias air mancur, kerlap-kerlip lampu, dan berbagai tanaman hias di sekelilingnya untuk menggambarkan kami orang-orang bersemangat membangun kebaikan, bahkan bunga berbau kurang sedap pun, kami berusaha jadikan sesuatu yang sangat indah. Anda belum ke Ciamis kalau belum santai di Taman Raflesia.

Benarkah seperti itu tujuan pembangunan taman itu digagas? Ah ini hanya perkiraan saya, tapi darinya saya ingin mengambil renungan, begitulah kiranya kita membangun pertemanan, fokus kepada kebaikan teman daripada kekurangannya. Seperti dari bunga raflesia mengambil keindahannya buat penghias taman dan melupakan baunya, begitu pula kepada teman, lebih memusatkan kepada kebaikan mereka daripada kekurangannya. 

Seorang ulama pernah berkata, untuk menyambung sillaturrahmi dengan mudah, semestinya kita melakukan 4 hal: Melupakan keburukan orang dan memaafkannya, mengingat kebaikan orang dan berterima kasih padanya, melupakan kebaikan diri sendiri jangan terus mengingatnya, mengingat kesalahan diri sendiri dan berusaha meminta maaf.

Allah berfirman dalam surta Alfatihah ayat 3, "Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang." Jika Allah begitu murah, kenapa kita tidak menjadi pemurah dengan murah memaafkan. Jika Allah begitu penyayang, mengapa kita makhluk yang tak berdaya tidak menjadi penyayang dengan mudah memaafkan. Saling memaafkan, saling memberi semangat, saling memotivasi, saling mengingatkan dalam kebaikan, begitulah antara lain yang menjadi landasan sillaturrahmi kita.

BUKU LEBIH NIKMAT DARI GORENGAN

Makanan ternikmat adalah pengetahuan. Mengkonsumsinya membuat saya puas dan setelahnya tidak kekenyangan. Tidak menimbulkan penyakit sebagaimana jika saya makan banyak. Mungkin saja di antara Anda ada yang berkata, mengkonsumsi terlalu banyak ilmu juga tidak baik buat kesehatan jiwa. Saya bertanya, memangnya Anda pernah mengkonsumsi ilmu itu terlalu banyak? Bukankah selama ini ilmu yang Anda konsumsi terlalu sedikit?

Pagi hari biasanya sarapan gorengan. Turun ke pinggir jalan, dan karena kepagian, gorengan itu belum matang, tempe masih mentah, ubi masih mentah, dan singkong, baru satu kali menggoreng, belum digoreng keduakalinya. Begitulah cara menggoreng singkong yang nikmat, digoreng dulu sekali, angkat, rendam dengan air campur garam dan bumbu masak sampai singkong itu mekar, kemudian, goreng lagi buat yang kedua kalinya. Singkong empuk pun kini berkulit renyah. Sangat nikmat.

Karena belum matang, saya menunggu dan itu cukup lama. Tapi tidak menjenuhkan karena, seperti biasa, buku selalu di tangan. Waktu saya tabrak dengan membaca, dan tidak tahu kenapa, membaca sebelum makan itu lebih lancar daripada setelah makan. Dalam kondisi perut kosong, otak lebih mudah mencerna apa yang dibaca dan meresapkannya. Kali ini saya membaca buku karya Abdullah Bin Alawil Hadad, ulama tashawuf kenamaan abad ke-12 Hijrah. Membaca bukunya sangat nikmat.

Betul kata Mufti Mesir, Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf, "Sayyid Abdullah al-Haddad dikenal sebagai Syaikh Al-Islam... tulisannya mengharukan dan menyentuh hati. Ceramahnya menarik untuk didengarkan, dan hujjahnya sering mematikan."

Membaca buku ini adalah meresapi nasihat beliau kepada berbagain kalangan, antara lain kepada pencari, pencinta, dan penyandang ilmu pengetahuan. Beliau mengutip sabda Nabi Saw yang bunyinya, "Manusia yang terdekat dengan kenabian adalah orang-orang yang berilmu dan berjihad. Orang-orang yang berilmu memberi petunjuk kepada manusia atas hal-hal yang dibawa oleh para rasul. Sedangkan orang-orang yang berjihad, mereka berjihad dengan pedang mereka atas hal-hal yang dibawa oleh para rasul."

Mengutip juga perkatan Ali Karamallahu Wajhah, " Wahai Kumail, ilmu lebih baik daripada harta. Sebab ilmu menjagamu, sedangkan harta harus kamu jaga. Ilmu mengurusmu, sedangkan harta harus kamu urus. Harta menjadi kurang saat dinafkahkan, sedangkan ilmu bertambah." Dan seterusnya dalam uraian panjang beliau menuturkan nasihat-nasihat, hikmah-hikmah, perkataan Rasulullah yang mulia, perkataan para ulama dan kutipan-kutipan potongan hidup mereka. 

Sambil menulis ini, saya berbicara kepada teman, Wasikendedes yang juga pencinta buku-buku agama karya para ulama, "Kenapa ya, karya para ulama terdahulu itu membacanya selalu betah. Kata-katanya meresap?"

"Ya memang. Seperti Ibnu Athaillah."

"Atau Imam Ghazali." tambah saya. 

Mungkin karena mereka menuliskan pengetahuannya dengan ikhlash, murni hanya menghadap ridha Allah. Efeknya, ilmu mereka, berkah memanjang terus dinikmati orang berabad-abad setelah mereka meninggal. Seperti Abdullah bin Alawil Hadad yang pagi ini karyanya menasihati saya, "Peringatan bagi 8 Kelompok Manusia." Membacanya lebih nikmat dari makan gorengan, memberi saya kesadaran, jika pagi bisa dihabiskan dengan menikmati bacaan yang membuat saya tercerahkan, kenapa harus turun ke luar jajan gorengan?

KENALKAN, SAYA PENJILAT

Bukan baru-baru ini saya disebut penjilat, cari muka. Sudah lama, sudah sejak setahun yang lalu, dan itu tak mengapa. Hehe, beneran. Karena kesenangan saya bukan cuma cari muka, tapi juga cari maki-maki. Soalnya suka lucu, suka datang orang maki-maki postingan saya, mengatakan sampahlah, asal bunyi lah, menyesatkan lah, eh tapi dia terus komentar di postingan saya. Kan aneh. Menyebut postingan sampah, tapi terus memberikan komentar. Ya jadinya terangkat. Itu sih sama saja mendukung. Itulah sebabnya saya gembira. Jadi sekali lagi, jangankan disebut cari muka, dapat maki-maki saja tak mengapa.

Menurut saya, menjadi penjilat masih lebih terhormat daripada menjadi penjilat ludah sendiri yang sudah meleleh di lantai. Misalnya orang yang mencela-cela sebuah grup kepenulisan, tapi masih saja dia gentayangan di sana karena penasaran.

Eh jangan kira saya sedang marah ya.

Enggak!

Sungguh. Bahkan sebutan penjilat di kantor saya sempat dijadikan candaan. Pas sedang kerja, guru saya masuk kantor, dia langsung berseru, "Hai Penjilat!" dan orang-orang kantor tertawa. Saya juga. Kenapa harus susah dengan sebutan seburuk apapun dari orang jika saya bisa menjadikannya sebagai bahan tertawaan. Salah satu halaman buku Humortivasi menyebut, tertawa membawa pengaruh positif bagi pikiran. 

Sebenarnya tidak bermaksud menjilat, saya hanya suka memberikan penghargaan kepada kebaikan seseorang, sekalipun itu hanya ucapan. Saya hanya ingin orang lebih fokus kepada kebaikan yang didapat daripada kebaikan yang belum didapat. Itu karena saya sendiri merasakan, betapa jengkelnya setelah berusaha memberi banyak, tapi yang diberi malah meminta sesuatu yang bagi saya cukup berat.

Kepada orang yang saya hormat, lebih suka menyebutkan kebaikan-kebaikannya, bahkan keburukannya seringkali saya maknai sebagai kebaikan yang dia kemas dengan cara berbeda.

Saya sangat hormat kepada orang yang berbuat baik kepada saya, tapi saya lebih hormat lagi kepada orang yang berusaha berbuat baik kepada banyak orang. 

Saat menulis ini, Wiro memutar lagu dangdut. Harus jujur nadanya sangat enak. Semangat seperti terbangunkan, kursi saya geser cepat, tapi mendengar itu Wiro bertanya, "Mengganggu ya?"

"Oh tidak. Ini lagu enak, saya baru dengar. Judulnya apa?"

Tidak perlu Anda tahu judulnya apa, yang penting tahu bahwa saya, saat memulai tulisan ini, menggarap tengah, dan mengakhirinya, hati ini dalam keadaan senang.

Jadi dengan bahagia, saya ingin mengenalkan diri kepada Anda, "Halo, kenalkan. Saya seorang penjilat!"

Thursday, February 11, 2016

BUKU YANG SANGAT BERAT SAYA SEBUTKAN JUDULNYA

Amat disayangkan buku ini diberi judul vulgar. Saking vulgarnya sampai-sampai saya berat mengatakannya kepada Anda. Berat menyebutkan pada tulisan ini di paragraf awal. Entahlah di paragraf berikutnya. Mungkin di paragraf dua, atau kalau tidak, mungkin di paragraf tiga, atau empat, atau mungkin di paragraf terakhir. Berat, benar-benar berat. Khawatir jika saya tuliskan, nanti muncul komentar "Hai, di sini ada anak di bawah umur."

Saya rasakan sendiri kemarin membaca buku itu di angkot, dilihat orang jadi malu. Saya berusaha menutupi jilid, khawatir orang mengira saya membaca buku kurang pantas. Di kampung, sambil mengasuh anak, saya bawa buku itu kemudian seorang tetangga melihat, "Itu novel?" tanyanya. Langsung saya tutup.

Waktu istri berrencana membawa buku ini ke PAUD, buat dia baca sambil menunggui anaknya belajar, dia berkata, "Mungkin harus dibungkus dulu."


"Kenapa?"

"Biar judulnya tertutup."

Judul buku ini memang cukup syur.

Padahal isinya sangat bagus. Bukan, sama sekali bukan buku yang membicarakan syahwat. Tapi menyajikan motivasi dan renungan.

Jujur, karena judulnya cukup menggoda syahwat, semula saya mengira hanya menguraikan pembicaraan orang dewasa. Pas saya buka ternyata tidak. Buku ini sebuah kumpulan tulisan. 

Dengan bahasa lancar dan tidak membosankan, penulis mengajak pembaca mengambil renungan dari berbagai hal. Fenomena sejarah, penggalan kisah hidup orang-orang terkenal, pengalaman pribadi dirinya, apa saja tema yang ditulisnya sangat gurih buat dibaca.

Oh teman, maaf jika tulisan saya membosankan. Setiap kali menceritakan buku pasti isinya itu-itu saja: Bahasanya lancar dan enak dibaca. Tidak membosankan, penuh wawasan, dan sebagainya. Tapi saya mengatakan itu serius. Saya katakan itu karena sudah membaca, dan bisa membacanya dengan nikmat. Saya bukan pembaca cerdas yang bisa mencerna setiap bacaan dengan mudah. Hanya buku tertentu yang benar-benar membuat saya, saat membacanya benar-benar merasa nikmat. Dan buku ini antara lain.

Duh, saya masih berat menuliskan judulnya.

Hoeda Manis, begitu penulis buku ini menamai dirinya. Sepertinya nama samaran, karena menurut pengakuannya, dia telah menarik diri dari publisitas secara terbuka sejak tahun 2006. Sekararang lebih suka mengkonsentrasikan dirinya ke tulisan. Siapa pun mengundang dirinya buat tampil jadi pembicara untuk materi apa saja, dia hanya bisa minta maaf: tidak bisa. Saya tidak tahu siapa dia sebenarnya. Dari bagusnya tulisan, seperti bukan pemula. Bahasa tulis sangat lancar. Materi yang dia sajikan berisi, tidak murahan.

Misalnya saat Hoeda dengan sangat unik penulis menceritakan Mozart. Siapa pun pencinta musik klasik tahu siapa Mozart, tapi hanya sedikit orang tahu kisah pribadinya bahwa dia pernah mempunyai pacar. Mereka saling jatuh cinta, sampai kemudian seorang pria lain menaksir pacar mozart, "Dan tololnya, si wanita memilih meninggalkan mozart untuk menikah dengan laki-laki itu." tulis Hoeda. "Karena diputus secara sepihak, Mozart pun patah hati, dan ia butuh waktu bertahun-tahun menyembuhkan lukanya. Selama bertahun-tahun pula, ia tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita lain. "Sampai bertahun-tahun kemudian, ketika Mozart telah menjadi sosok terkenal dan dunia mengakuinya sebagai musisi genius, para wartawan melacak keberadaan wanita yang menjadi mantan pacar Mozart, dan menanyakan, "Mengapa Anda dulu meninggalkan Mozart untuk menikah dengan laki-laki lain?" Dengan jujur, wanita mantan pacar Mozart itu menjawab, "Dahulu, saya tidak pernah tahu kalau ia sejenius itu. Saya hanya tahu bahwa ia pendek." Jadi rupanya, wanita itu memutuskan Mozart secara sepihak dan meninggalkannya untuk menikah dengan laki-laki lain hanya karena melihat bahwa Mozart memiliki postur tubuh yang pendek."

Dari kisah itu kemudian Hoeda Manis membawa pembaca tenggelam menyelami sebuah renungan, bagaimana seharusnya menjalin hubungan. Menjalin hubungan dengan seseorang, jika itu ingin melakukan itu dengan tulus sudah seharusnya bersiap sedia menerima kekurangan. "Manusia dikaruniai kelebihan, tetapi juga dilengkapi kekurangan, karena itulah ciri manusia." 

Renungan-renungannya sederhana, tapi sangat meresap. Tulisan lain misalnya saat membicarakan Bung Hatta. Wakil presiden pertama Republik Indonesia ini sebenarnya bisa saja minta bantuan pengusaha buat membeli sepatu yang diingingkannya, tapi sampai beliau meninggal dunia, sepatu yang sangat diinginkan itu tidak kesampaian. Dari kamar beliau, "Setelah wafat, keluarganya membereskan barang-barang Bung Hatta, dan mereka menemukan guntingan iklan sepatu itu di antara tumpukan bukunya."

Tulisan lain juga sangat menggugah. Saat menceritakan Isack Newton yang kurang pergaulan, tidak bisa berteman baik dengan orang, temperamental dan mudah tersinggung. Pada bagian ini penulis membaca pembaca pada renungan betapa tidak mungkinnnya menuntut orang lain sempurna, sebab tidak seorang pun manusia sempurna. Dan masih banyak tulisan lainnya sampai 65 bab menjadi sebuah buku setebal 389 halaman.

Kalau saja bisa ngobrol dengan penulisnya, ingin saya sampaikan, untuk cetakan berikutnya, sebaiknya judul diganti dengan yang lebih ramah. "Tak perlu khawatir buku Anda takkan sukses di pasar. Kepandaian menulis Anda yang mempuni tak perlu disangsikan. Telah banyak pembaca jatuh cinta termasuk saya. Jangan pake yang itu lagi ya! Sebagai penjual buku, saya jadi risih mempromosikan buku Anda sambil menyebut judulnya. Padahal, betapa ini berbagi ke teman pembaca lain jika bukumu ini bagus."

Sunday, February 7, 2016

PENULIS BUKU ANEH

Pernah kepada sebuah tulisan karya orang lain saya menyebut asal bunyi, sembarangan dan menyesatkan. Seakan tulisan saya sendiri bagus, hebat dan penuh dengan petunjuk dan kebenaran. Kepada tulisan itu saya katakan mentah tidak berdasarkan penelitian akurat, seakan tulisan saya sendiri kaya akan fakta dan sangat akurat.

Saya katakan itu dengan penuh jumawa, dengan kalimat-kalimat penuh kesombongan dan nada merendahkan seakan diri saya sendiri penuh dengan kemuliaan. Saya menghina tulisan itu dan ingin supaya si penulis benar-benar merasa terhina. Karena memang begitulah kebahagiaan saya, yaitu saat sanggup merendahkan karya orang lalu merasakan kepuasan, kemudian saat mendapatkan sanjungan dan pujian buat karya diri saya sendiri lalu merasakan kebanggaan.

Seperti saat saya membuat tulisan di kompasiana. Padahal saya sendiri yang menulis di kompasiana, tapi kepada teman-teman facebook saya umumkan bahwa tulisan saya sudah masuk kompas. Sebab saya kira, sebagian teman saya itu tidak mengenal kompasiana, dan menyangka kompasiana itu tidak ada bedanya dengan kompas. Pada sebuah postingan saya simpan tautan link kompasiana itu, kemudian saya panggil teman-teman supaya membaca dan menyanjung. Itu semua saya lakukan untuk memenuhi rasa dahaga saya akan pujian dan kehormatan.

Dan sesuai harapan, orang-orang pun berdatangan memberikan pujian, mengatakan tulisan saya bagus. Sedangkan saya, membaca berbagai komentar manis mereka hanya bisa tersenyum, mengangguk-angguk, sambil berkata dalam hati, "Sudah selayaknya sanjungan itu mereka ucapkan, karena, tulisan saya memang hebat."

Tanpa saya ketahui ternyata, dari sekian banyak orang yang melihat, satu di antaranya adalah orang yang pernah saya injak-injak tulisannya. Saat link kompasiana yang saya bagikan dia klik dan baca, hatinya menggerutu habis-habisan, "Gue kira tulisannya sebaik apa. Bah!!! Norak, banyak mengulang kata, banyak serangan. Baru membaca paragraf awal sudah membosankan."

Saya kira gerutuannya cukup sampai di sana. Ternyata tidak. Masih panjang, "Dia kira orang lain itu sebodoh apa. Kompasiana itu berbeda dengan kompas. Kompasiana itu situs umum yang bahkan anak bolon baru belajar menulis huruf H pun bisa posting di sana. Siapa saja bisa nulis di Kompasiana. Tulisan bisa mejeng di sana itu bukan keistimewaan, jadi sebenarnya tidak pantas dijadikan kebanggaan. Dasar gak tahu malu!!"

Sebel, marah, dan saya tidak suka kepada orang itu. Berani-beraninya dia menggerutu sekalipun di dalam hatinya. Akan tetapi saya kebingungan bagaimana harus melawan dan bertindak, sebab hati yang menggerutu itu bukanlah hati orang lain, akan tetapi hati saya yang penuh dengan keanehan. Aneh karena, untuk diri sendiri selalu melakukan pembelaan berusaha dengan kata-kata mengesankan diri ini hebat, sedangkan kepada orang lain inginnya itu mentertawakan dan merendahkan dengan segala pengetahuan yang saya punya.

Saturday, February 6, 2016

BUKU NOVEL REMBULAN UNGU

Disulamnya sapu tangan itu dengan penuh penghayatan
Melukis gambar rembulan
Rembulan merah muda,
Dan dua ekor merpati terbang di kedua sisinya.
Untuk dia persembahkan suatu saat kepada pemuda yang pertama menggetarkan hatinya.

Panjalu, nama pemuda itu
Adalah prajurit kerajaan Mataram, datang ke rumah sang gadis, membawa surat untuk ayahnya
Tinggal beberapa hari
Dan merasakan getar yang sama.
Tentu saja karena gadis ini perawan kencur yang sangat cantik jelita
Bawaan rupa dari ayahnya yang keturunan China.
Tanpa Panjalu ketahui, sesungguhnya isi surat yang dia antarkan itu meminta, supaya si ayah merelakan gadis ini diambil Mataram untuk dijadikan selir kerajaan.

Setelah beberapa hari Panjalu tinggal
Datanglah prajurit lain sebagai utusan kerajaan, untuk membawa sang gadis

Maka dibawalah
Dan panjalu ikut serta, karena dia memang prajurit Kerajaan Mataram juga
Itulah yang membuat sang gadis mau, sebab merasa aman
Disertai pria yang dicintainya

Akan tetapi sampai di Mataram, dan tahu ternyata dirinya akan dijadikan selir raja
Dengan linangan air mata memohon Panjalu membela
Sebenarnya tak terelakkan
Hati pemuda ini pun hancur berantakan
Tapi demi keselamatan semuanya, keselamatan dirinya, keselamatan gadis yang dicintainya, dia memilih diam.

Dibawalah gadis ini menghadap raja
Sunan Amangkurat, dan langsung terpikat, kemudian memerintahkan supaya menempatkan sang gadis pada sebuah rumah bernama wirarejan, untuk dilatih menari, melantunkan tembang, berdandan, memakai pakaian pantas, dan mempelajari sopan santun istana.

Saat dalam pemingitan itulah Putra Mahkota Raja bernama Adipati Anom datang, melihatnya dan tertarik juga, lalu dengan bantuan kakeknya, Pangeran Pekik, Adipati Anom berhasil mengambil si gadis dan dia jadikan istrinya.

Saat Amangkurat tahu, betapa marahnya dia
Marah kepada orang-orang yang membiarkan calon selirnya dinikahi putranya sendiri
Marah kepada pangeran pekik dan istrinya, lalu menghukum mati keduanya dengan sadis di alun-alun. Marah kepada Wirareja dan membakar rumah beserta isi dan orang-orang di dalamnya sampai binasa.

Marah kepada sang putra mahkota yang memeluk kakinya minta maaf
Amangkurat mengacungkan keris, dan sang putra merasakan itulah detik-detik terakhir hidupnya.

"Tenanglah anakku, keris ini kucabut bukan untuk membunuhmu. Kamu hanyalah orang yang diperalat. Pangeran Pekik adalah kakekmu, mertuaku yang ingin menggulingkanku, dan caranya adalah membuatmu jatuh cinta kepada selirku supaya nanti namaku menjadi hancur karena berebutan wanita dengan anaknya sendiri. Karena itu, nanti akan kuadakan pesta besar dengan keramaian besar, untuk membuktikan kesetiaanmu, kau pegang keris ini, dan tusuklah wanita itu sampai binasa di hadapanku, hanya dengan cara itulah aku bisa memberikanmu maaf."

Pesta besar itu pun diadakan.
Dari kerangkeng gadis itu dikeluarkan, namun sang pangeran ragu
Gemetaran dia pegang keris itu,
Diam
Ragu, bingung memilih mana
"Ayo lakukan, jika kamu seorang yang setia kepada ayahmu."
Masih juga diam, bingung, ragu, takut,
Si gadis lari mendekat, menusukkan diri pada keris itu hingga terkapar, bersimbah darah

Panjalu terbelalak melihat gadis yang dicintainya dengan tulus kini rubuh tergeletak, disanggahnya dengan satu kaki dan tangan. Menjerit lirih meminta maaf tak bisa melindungi, menjerit hatinya kenapa jadi begini.

Mata si gadis masih terbuka, tangan masih sanggup bergerak. Dari pinggang dicabutnya sapu tangan, dia berikan kepada Panjalu, sapu tangan bersulam gambar rembulan merah muda yang sangat indah itu kini tertetesi darah, dan warnanya berubah menjadi ungu.

(Diringkas dari novel Rembulan Ungu karya Bondan Nusantara)

Friday, February 5, 2016

BUKU HUMORTIVASI

Sebuah panggilan dari Padang, bukan panggilan kerja, ini panggilan telfon, menanyakan, apa benar dalam buku humortivasi ada bagian yang menerangkan manfaat humor untuk meredakan stres? Ditanya begitu, tentu saja saya bisa dengan sangat mudah menjawab, ada, karena saya termasuk orang yang berulang kali membaca buku karya Pak Isa itu sejak sebelum terbit.

Dia butuh itu buat keperluan skripsi. Kemudian minta bukti berupa foto halaman yang mencantumkan bagian yang menerangkan manfaat humor itu, tapi saya keberatan. Khawatir ini sebuah kekeliruan, harus minta izin dulu kepada Pak Isa. Buku itu saya bawa, namun saat hendak masuk ruangan kerja, tampak Pak Isa sedang sibuk mengedit tulisan. Saya jadi bingung antara masuk dan tidak. Masuk khawatir mengganggu, tapi kalau memfoto begitu saja tanpa minta ijin khawatir juga ini sebuah kesalahan, karena memfoto halaman di toko buku pun dilarang.

Akhirnya Pak Isa keluar.

"Pak, ini ada orang mau nyusun skripsi tentang humor, dan dia ingin mengambil datanya dari buku Humortivasi. Dia minta foto bagian halaman yang mencantumkannya."

"Oh ya, gak papa. Iya memang di bahas di sana."

"Baik Pak!"

Bukan cuma cerita lucu, Humortivasi mengupas manfaat humor bagi kesehatan. 

"Memicu otak mengeluarkan hormon endorphin dan melatonin yang membantu sistem saraf menjadi ruleks dan tenang. Tertawa bisa meminimalisir pikiran negatif penyebab depresi, mengurangi rasa kesepian, membuat seseorang berpikir lebih positif terhadap diri sendiri, mengubah mood yang buruk, dan menyehatkan batin." tulis Pak Isa

Itu sebagian manfaat yang disampaikan, dan masih ada enam bagian lain manfaat humor bagi kesehatan.

Karena harus mengirimkan foto, komunikasi dilanjutkan lewat whatsapp.

"Bang apakah jenis buku ini bisa dijadikan bahan skripsi atau sekedar buku biasa?"

"Bisa Mbak, ini buku resmi, ada ISBN nya."

"Coba fotoin cover, pengarang dan penerbitnya Mbak. Temanku meminta."

Saya kirimkan fotonya.

"Bagaimana cara ordernya Bang? Berapa ongkir ke Padang? Apakah buku itu tersedia di Gramedia?"

"Ongkir Rp. 28.000, supaya tidak tanggung, mbak bisa pesan bersama 2 buku Pak Isa lainnya, harga paket Rp.99.000 ditambah ongkir jadi Rp. 127.000."

Saya tawarkan karena itu paket sangat murah, potongannya sangat besar jika dibandingkan membeli satuan. Kasihan, orangnya jauh di Padang, membeli satu atau  3 buku, ongkos kirim sama saja. Sebagai penjual, saya mau pembeli juga mendapatkan keuntungan.

Thursday, February 4, 2016

BLOG GILA BUKU

Langsung dah saya menyeduh kopi merayakan kebahagiaan diterima oleh google adsense. Bahasa kerennya di approve gitu lho. Kopi di kolong meja saya bawa ke dekat rak piring, menyiapkan cangkir bersih, dan menyeduhnya. Kopi Torabika Cappuchino, saya taburkan moccanya, tapi tampak di dalam gelas, air tergenang, air bekas mencuci gelas, jadi saya tumpahkan, dan moccachino terbuang.

Tidak mengapa, masih ada kopinya.

Sedu dengan air dispenser dan bawa ke meja. Meminumnya terasa bersalah, teringat beberapa hari lalu perut mual, setelah minum kopi ini, dan waktu itu belum makan. Wah saya harus sarapan nih. Niat menulis pun tertunda, menuruni dulu tangga, membuka gembok pintu depan, keluar, berniat mendatangi tepian jalan di mana sebuah roda gorengan biasanya mangkal. Tidak tahu kenapa padahal saya tahu bahayanya gorengan, karena enak, pagi hari itu selalu saja tak tahan buat membeli gorengan. Dan ah itu roda yang beberapa hari kemarin hilang tak mangkal di sana, sekarang ada. Singkong goreng, itu kesukaan saya. Selain besar, singkong lebih harum, gurih dan alami dibanding bakwan dan cireng. Masih proses penggorengan. Saya tunggu sambil mengajak ngobrol si Bapak.

"Beberapa hari kemarin ke mana Pak?"

"Natus."

Natus adalah istilah kenduri seratus hari setelah seseorang meninggal dunia.

"Siapa yang meninggal?"

"Ibu"

"Oh" harusnya saya mengucapkan istirja tetapi tidak.

Singkong goreng diangkat ke penirisan minyak. Sebelum disimpan di tempat penyusunan pajangan gorengan saya ambil singkong itu dengan penjepit dan masukkan ke kantong kertas.

Bawa ke kantor, sambil kembali kerja, singkong itu saya makan.

Maaf banyak bicara, ini saking bahagianya.

Oh ya saya lupa. Tadi sepanjang perjalanan kembali ke kantor, banyak sekali inspirasi datang. Bahwa saya, sekarang harus menulis habis habisan. Menulis gila gilaan. Dan tulisan saya harus difokuskan ke dunia perbukuan. Menulis secepat cepatnya, menulis sebanyak-banyaknya. Hiperbolisnya, saya harus banyak menulis sebagaimana orang lain banyak bicara. Apa yang selama ini saya jadikan bahan pembicaraan yang dikeluarkan dengan lisan, sekarang harus saya tuliskan.

Dari pembicaraan lisan kepada pembicaraan tulisna. Apa pun yang ingin saya ungkapkan dengan lisan, lebih baik saya ungkapkan ke dalam tulisan. Gunanya, semakin saya diam, semakin orang lain tidak bising dengan kata-kata saya. Semakin saya banyak diam, semakin orang lain penasaran dengan apa isi hati saya, dan karena mereka penasaran dengan isi hati saya, maka mereka akan membaca tulisan saya. Hahaha, gede rasa banget ya. Memang siapa yang akan tertarik dengan saya? Memang siapa yang akan penasaran pada saya? Memangnya punya kelebihan apa?

Heheh, tidak punya kelebihan sih.

Ini mah bercanda saja, siapa tahu ada benarnya. Hehe.

Ini mah hanya cara saya saja untuk memperbanyak tulisan.

Oh ya, perbincangan blog akan lebih banyak saya fokuskan ke buku. Ini dikarenakan banyak seklai alasan.

Pertama, saya bekerja di dunia perbukuan. Hai kamu yang penasaran di manakah kerja saya sekarang, setelah sekian lama menghilang tidak bertemu dengan kalian, sekarang saya kerja di dunia perbukuan. Sejak dulu saya memang cinta buku, dan sangat cinta kepada buku, maka kini pun kerja di dunia penerbitan buku. Di sini, karena sebagian besar tugas saya adalah menjual, menjual buku, maka yang harus saya lakukan adalah menuliskan iklan dengan sebaik-baiknya supaya orang terpikat. Penerbit tempat saya kerja meluncurkan banyak sekali buku Asma Nadia, maka yang harus banyak saya tuliskan adalah buku Asma Nadia. Akan saya tuliskan review buku itu di blog.

Kedua, saya gila buku, saya membeli buku bukan karena ingin membaca buku itu, karena ternyata bagi saya betapa sempitnya waktu. Membeli buku hanya karena kegilaan saya terhadap buku. Lihat ke sini, ke kantor saya, sebuah lemari saya bajak dan saya penuhi dengan buku saya. Mengerikan, dan sebagian besar buku itu belum saya baca, bertumpuk saja di sana tidak bermanfaat. Maka tadi malam, pas datang teman bersama istrinya, saat dia mengatakan ingin meminjam buku, saya persilakan. Kemudian si suami membawa buku tebal berjudul "Sejarah Tuhan" dan istrinya membawa buku Ipho Santosa berjudul "13 Wasiat Terlarang". Begitulah buku saya tertumpuk banyak yang tidak terbaca, karenanya sebagian saya tawarkan ke orang orang buat dijual.

Dan eh meski buku saya sudah banyak, masih saja merasa kurang dengan mendaftarkan diri ke perpustakaan kota. Kota Depok ini terbilang kota besar, langit oleh gedung-gedung tinggi dicakar, karenanya cukup memalukan jika tidak punya perpustakaan. Untungnya punya, sebuah perpustakaan besar yang bahkan alat naiknya memakai lift, mewah deh pokoknya, kursi tempat duduknya juga menggunakan kursi putar, dan saat saya mendaftar ke sana kemarin, prosesnya sangat cepat, kartu bisa dibawa hari kemarin juga.

Ketiga, alasan kenapa hanya tentang buku yang akan saya tuliskan, karena saya punya ide unik tentang ini. Judul yang akan saya buat untuk setiap tulisan adalah judul yang bisa menarik perhatian. Misalnya gila buku, mabuk buku, buku-buku menyesatkan, kenapa buku ini dilarang, buku yang mengandung dosa, dan sebagainya, Hanya buat menarik orang mengklik dan membaca.

Ah pokonya saya akan menulis segila-gilanya, sebanyak-banyaknya, tentang dunia perbukuan. Mengingat googl sudah menyetujui situs saya untuk dia tempatka iklan.

Akan tetapi ah, saat blog kembali saya buka untuk ke sekian kalinya, iklan itu hilang, tidak muncul lagi di sana, dan yang ada hanya tempatnya saja, yang kosong. Dan saat saya cek ke akun adsense saya, ternyata, katanya, blog saya masih dalam proses peninjauan, jadi iklan yang ada sekarang hanya berupa lahan kosong saja. Nanti setelah google setuj iklan akan mereka cantumkan juga.

Uhuk uhuk.

Wednesday, February 3, 2016

BUKU JOMBLO TAPI HAFAL PANCASILA

Tidak tanggung-tanggung, setelah melihat bukunya murah, saya langsung beli banyak. Sampai-sampai, tumpukan buku bazar itu berlubang di tengah.

Sudah lama saya mau buku ini. Tertarik setelah membaca blog dan berbagai testimoni, juga setelah setiap kali ke Gramedia saya buka dan baca sekilas-sekilas. Lucu-lucu mengenaskan, tidak membosankan, kreatif. Ndeso, katro, tapi berkualitas.

Ide tulisan didapat dari segala hal.

Kepada seorang teman kerja minta dibelikan, dia malah sebal.

"Apa sih Dan!" dengusnya.

"Emang gue orang tuamu?" mungkin begitu kalau dia teruskan.

Untung saja teman lain beli, jadi saya bisa pinjam. Dibaca di jalan, di kendaraan, di warung sudut pasar saat jajan. Buku ini tak kalah nikmat dari bakwan.

JOMBLO TAPI HAFAL PANCASILA, judulnya.

Beberapa kali datang ke toko melihat buku ini, tapi ya karena banyak buku lain obralan, saya lebih suka buku murah, yang harganya obralan. Depok surganya buku mudah deh kayaknya. Harga buku dibanting bukan sebab tidak bagus. Buku itu asli, bukan bajakan, masih bersegel, tapi karena... entahlah, saya tidak tahu.

Semula saya kira, JOMBLO TAPI HAFAL PANCASILA akan tetap di rak buku mahal. Rupanya tidak. Mungkin karena, jarang orang tahu bagusnya, jadi yang beli jarang.

Padahal, Agus Mulyadi sudah dipromosikan di TV. Beberapa kali diundang berbagai acara. INI TALKSHOW dan BUKAN 4 MATA, setahu saya.

Kenapa saya tertarik kepada buku ini?

Judulnya.

Haha.

JOMBLO TAPI HAFAL PANCASILA.

So what? Gitu loh!

JOMBLO tapi HAFAL PANCASILA. Trus apa hubungannya coba...


Tapi itulah kreativitas. Agus Mulyadi emang bisa. Dia tahu nilai humor dari hal-hal sederhana. Susunan kata judul itu menunjukkan karakter tulisannya. Humor tapi berisi.


Dia membawa warna lokal. Banyak menyelipkan kata Bahasa Jawa. Tapi tetap, pembaca yang mengerti Bahasa Indonesia mudah menangkap. Dia bercanda, tapi intelek.

Kelebihan lain, bahasa tulisanya itu lancar. Mungkin dipengaruhi kebiasaannya menulis blog ditambah keranjingannya baca buku. Sekarang tulisannya banyak bersebaran di media online terkenal.


Dia menulis keseharian, dengan gaya humor, tapi mendalam.

Kadang mengawali tulisannya dengan bahasa sangat ilmiah, dengan gaya kaum intelektual, tapi ke sananya, yang dia bicarakan hal sederhana. Lalu pembaca berhaha-hehe sendiri karena geli.

"Si penulis mampu keluar dari mainstream tulisan humor model anak muda metropolis yang menurut saya hanya mampu membuat tawa tapi gagal memberi makna. Lucu tapi tidak norak, spontal tapi tidka dangkal, cari tapi tidak asal." (Puthut EA, Penulis)

"Guyonan ringan, gurih, dan cerdas tersaji dalam buku ini. Gaya penulisan khas ala Gus Mul membuat tiap cerita selalu menarik untuk dibaca." kata Didi Syafirfi, wartawan merdeka.com."

Memang benar.


Dia bercerita apa saja, dan selalu menarik. Memang beda ya tulisan seorang yang rajin menulis dengan yang jarang. Alirannya lebih deras dan entah kenapa dibacanya enak. Beberapa kali saya baca tulisan karya blogger, tidak tahu kenapa tulisannya rata-rata renyah dikunyah.

Kesehariannya di rumah, pengalaman lucu dengan bapaknya saat kesetrum baju menjadi cerita haru tetapi lucu.

Singkatnya cerita, baju Si Bapak digelar pada gantungan kawat, trus dicantelkan pada lampu yang dipasang di dinding dengan posisi tegak lurus. Ya jelas, kawat itu induktor, baju basah berair juga induktor. Kena kulit Si Bapak teriak.

==========

"Ono opo to Pak?" tanya saya kepada Bapak.

"Ini Gus, Bapak kesetrum, kaget tenan!" jawab Bapak singkat.

===========

Sudah ah, itu cuplikannya saja. Saya gak bisa naha. Tiap kali baca itu mau ketawa, entah kenapa.

Agus juga bercerita tentang temannya. Punya geng, namanya Geng Koplo, seperti preman, mereka bertato kecuali Agus. Uniknya, saat ngobrol cita-cita, unik dan lucu. Kebo misalnya, punya cita-cita ingin menjadi sales bumbu dapur. Kenapa? Ternyata punya alasan luar biasa, yang filosofis dan sangat menyentuh.

Kucing-kucingnya di rumah, mainan-mainan jaman dulu, buku RPUL, bubur sayur, dan yang paling sering dia sebut-sebut, adalah nasibnya yang masih menjomblo.

Gak apa-apa Jomblo, yang penting hafal pancasila.

Masih banyak dari buku ini yang ingin saya bicarakan, tapi kali ini, saya cukupkan dulu sekian! Mau baca dulu!


JANGAN BERCERAI BUNDA: BUKU YANG MENOHOK LANGSUNG KE JANTUNG

Langsung menohok ke jantung permasalah, tidak lari dulu sana-sini membuat perut mual, apalagi pake bersajak-sajak pemicu sakit kepala, begitulah buku yang ingin saya ceritakan. Tidak seperti tulisan saya yang kalau bercerita, lebay, sana-sini dibahas di awal, tengahnya amburadul dengan ujung tak jelas.

Buku ini tidak!

Buku ini tahu selera sebagian besar pembaca!

Sebagian besar pembaca tidak mau diajak pembukaan berlama-lama. Sebagian besar pembaca adalah manusia-manusia yang tidak sabaran, yang jika mereka nonton ke bioskop, mereka tak suka dengan narasi film berlama-lama, yang kalau mereka mengikuti acara, tidak suka dengan sambutan terlalu panjang.

Sebagain besar pembaca adalah orang-orang yang lebih suka to the point.

Dan buku ini mengeti bagaimana bersikap.

"Kini, setelah dua puluh tahun lebih tidak bertemu dan enam belas tahun pernikahanku dengan Bang Firman, Darma datang lagi menghiasi hari-hariku. Cinta monyet masa remaja kembali tumbuh. Pertemuan demi pertemuan kami jalani bersama, tentu saja tanpa sepengetahuan Bang Firman dan anak-anak."

Separagraf awal yang langsung menyeret pembaca ke dalam inti cerita. Itu bagian awal dari kisah "Cinta dan Penyesalan"

Sambil menunggu nasi goreng matang, buku ini saya buka dan baca. Sekeliling ramai tak menjadi halangan. Jenuh menunggu nasi goreng matang, tahu-tahu Si Mas Tukang Nasgor sudah menyodorkan keresek buat saya bawa pulang.

Sebenarnya satu bagian paling seru dalam kisah rumah tangga adalah tentang perceraian. Maaf, saya tidak bermaksud menyebut baiknya perceraian. Karena menceritakan serunya masalah perceraian bukan berarti menceritakan perceraian itunya saja. Bukan berarti menceritakan perpisahan suami istri. Menceritakan serunya perceraian berarti juga menceritakan rumah tangga yang dibayang-bayangi perceraian. Rumah tangga di ambang kehancuran, ketika suami istri samas-sama berusaha berjuang menyelamatkan rumah tangganya yang sedang berguncang karena berbagai hal.

Kisah seorang istri yang suaminya entah kenapa begitu asyik dengan gadget. Semula kecurigaan berusaha dia padamkan, namun tak tahan, suatu malam, setelah pura-pura tidur, dia ikuti suaminya yang naik tangga ke lantai atas. Ngobrol dengan seseorang lewat telfon, entah dengan siapa... ah kalau cerita ini saya teruskan, nanti Anda malah tidak tertarik membaca bukunya.

Jangan Bercerai Bunda, terbitan PT. Asma Nadia sudah sangat khas dengan bahasanya yang memikat karena selalu mengedapankan pengeditan ketat. Pengeditan yang sengaja dilakukan, buat memenui dahaga pembaca akan bacaan indah mencekam, namun mengandung kebenaran dan manfaat.

Monday, February 1, 2016

HARRY POTTER BUKAN KARYA JK. ROWLING

Apaan sih, hanya cerita anak khayalan. Membacanya membuat saya serasa dibohongi. 

Begitulah anggapan saya sebelumnya kepada buku Harry Potter, sekalipun banyak orang yang suka dan membaca. Sekalipun seorang teman berkata, saat dia membaca buku itu, dia bisa menamatkannya dengan sangat cepat saking menariknya.

Tapi tetap, saya tidak tertarik juga.

Saya heran kenapa orang-orang suka. Kenapa begitu semangatnya mereka membeli dan membaca dari jilid ke jilid, padahal itu cuma buku khayalan. Dan jilid itu tebal-tebal. Dan yang lebih aneh, yang membaca itu banyak juga dari orang dewasa. 

Hernowo bahkan memujinya habis-habisan. Secara khusus dia menulis buku berjudul "Andaikan Buku Itu Sepoting Pizza. Mengupas Kelezatan 4 Buku Harry Potter." Akan tetapi saya, lebih tertarik baca buku Hernowo daripada membaca buku Harry Potternya. 

Akan tetapi sebagus apapun sanjungan Hernowo pada buku itu, rasa tertarik saya belum begitu besar menyala. Melihat tebalnya buku Harry Potter ditambah pikiran bahwa itu cuma karangan, rasa penasaran saya masih biasa.

Sampai suatu ketika, saya menembukan blog milik Hoeda Manis. Pada blognya itu dia curhat 10 buku terbaik yang dia baca sepanjang tahun 2105. Salah satunya buku berjudul "Comitte 300" yang ditulis oleh seorang Doktor bernama Joh Coleman. Satu bagian paling menarik dalam buku itu adalah saat menyebutkan, bahwa JK ROWLING SEBENARNYA BUKAN PENULIS HARRY POTTER.


Hoeda Manis menulis:

"Apakah ini mengejutkan? Jelas. Jika kalian bertanya apakah saya percaya apa yang dikatakan buku ini? terus terang, ya saya percaya."


Kemudian tulisnya,

"Sebelum JK. Rowling menulis novel lain di luar Harry Potter, saya tentu percaya dialah yang memang menulis novel tersebut. Tetapi ketika JK. Rowling menulis di luar Harry Potter-dan saya juga membaca novel-novel tersebut--kepercayaan saya mulai goyah. Ada banyak kejanggalan yang saya temukan selama membaca novel Rowling di luar Harry Potter. (Penjelasan mengenai ini bisa sangat panjang, jadi mungkin akan saya uraikan di catatan lain...)"


"Yang jelas kecurigaan saya terhadap JK. Rowling seperti mendapatkan konfirmasi dalam buku Committe 300."

"Dalam buku itu Dr. John Coleman mengatakan bahwa Harry Potter sebenarnya bukan karya JK. Rowling, melainkan kreasi sekelompok orang di Travistock Institute--salah satu think thank Komite 300--yang di dalamnya terdapat orang-orang jenius. Sementara Harry Potter sebenarnya personifikasi Richard Potter, seorang milliuner tak terkenal yang menggeluti sihir dan okultisme. Rihcard Potter benar-benar ada, tapi menutup diri dari publik, sehingga sosoknya kurang dikenal."


Setelah membaca itu, penasaran saya menjadi besar. Setelah membaca tulisan Hoeda Manis, saya pun coba membandingkan. Jika Harry Potter betul karya JK. Rowling, kenapa buku dia setelah itu tidak begitu dahsyat? Terjemahan Casual Vancanci misalnya, terjual biasa-biasa saja. Bahkan salah satu kios pada Islamic Bookfire tahun 2015 menempatkan buku itu pada tumpukan buku murah.

Ajaibnya, kenyataan adanya kabar Harry Potter bukan karya JK. Rowling, bukan menjadikan saya memandang rendah. Justru jadi sangat penasaran. Jika memang benar buku itu ditulis kelompok yang di dalamnya banyak orang jenius, berarti hasilnya bukan karya biasa. 

Pantas saja selama ini buku itu memesona orang dari berbagai usia. Pantas saja teman saya berkata, membaca tebal itu sanggup dalam waktu singkat. Seorang editor buku, teman kerja saya menyebutkan, mantra-mantra yang tertulis dalam b buku itu bukan mantra asal mengarang. Tapi memang ada dan dipakai di dunia persihiran.

Itulah sebabnya, saat buku ini kembali saya temukan di Bazar murah, segera saya beli. Hard Cover. Meskipun hanya satu jilid, yaitu Harry Potter and Order Of Phoenix, tetap saya ambil karena penasaran. Sebagus apa sih teksnya? Dan ketika di kantor buku itu saya buka dan baca, teknik berceritanya memang sangat menenggelamkan. Tanpa butuh sebutan sastra, kenyataan bagusnya susunan kata dan cerita buku itu sendiri yang berkata.

Mau Betulin Hape