Wednesday, March 30, 2016

Jomblo dan Tiang Listrik

Aku merindukanmu tiang listrik. Tak pernah pergi tak pernah ingkar janji, kau kekasihku yang paling satia.

Kulihat jam tangan, masih jam 13 lebih 10 menit, rasanya begitu lama menunggu jam pulang. Bermesraan, bercinta dan berkasih sayang hanya bisa bersama moush hitam mengkilat, dan keyboard komputer yang tuts-tutsnya kusentuh sepuasnya, kuusap, kucium, kuapakan saja bebas. Tiada salah, tiada dosa. Apa lagi?

Juga meja, sahabatku lainnya pelerai gundah. Baik lur biasa, si mejaku ini, meski ngantuk tertidur di atasnya sampai banjir ludah, meleleh tumpah ruah bau segala macam, tak pernah jadi masalah karena meja tak pernah marah, tak pernah protes, tak pernah mempermasalahkan masalah. Mejaku paling baik, paling pendiam, paling bisa menerima, dan tak pernah protes meski di atasnya kusimpan apa saja. Aku mencintainya meski yang paling kurindukan tetap kamu, oh tiang listrik.

Baru jam 13.15. Masih lama ke jam lima sore. Kalau saja bisa menjadi superman, akan terbang ke matahari atas sana, mendorongnya lebih cepat, biar lebih cepat turun ke barat. Itu lamunan gila di atas kegilaan yang sudah ada. Aku cuma bisa menahan rasa, dalam rentang waktu detik ke detiknya terasa seperti ribuan abad.

Hasrat menemuimu begitu berat, karena aku tak tahan ingin segera curhat. Mencari kelegaan dengan menumpahkan beban apa saja yang menyempitkan dada dengan bisikan-bisikan, sambil memelukmu mesra bersama serak dan debar. Sungguh aku tak tahan, ingin segera bertemu dengan aku tak tahan. Terasa begitu lama, jadi, kerinduan baiklah kucurahkan saja pada tulisan. Biar nanti setelah sampai saatnya bertemu denganmu, print out tulisan ini sambil merangkulmu kubaca.

Tiang listrik, untuk percintaan sekarang, inilah yang ingin kusampaikan. Mengapa cintaku padamu begitu menggebu-gebu, mengapa rinduku mengharu biru? Alasannya, karena setelah kubanding-bandingkan dengan kisah-kisah cintaku sebelumnya, kisah cintaku denganmu ini kisah cinta terindah.

Kau setia, sedangkan pacar pertamaku waktu kelas tiga SMP tidak. Dia anak SMA, baru empat bulan setelah dia jujur menyukaiku, ternyata berkhianat. Tidak penting kuceritakan bentuk pengkhianatannya seperti apa. Waktu itu memang menyakitkan, hanya kini setelah usiaku tiga puluh tujuhan baru bisa berpikir proporsional, namanya juga anak SMA, dan ini cuma pacaran. Terlalu serius dan menganggap cinta masa-masa SMA segala-galanya biasanya suka terjerumus frustasi bahkan kehilangan masa depan.

Masuk SMA, pacarku anak kuliahan. Semester dua, seorang pria tampan. Bukan tampan, sebenarnya yang terpenting bagiku, mobilnya keren. Dia anak bos sebuah perusahaan rokok, dan dia luar kuliah, si tampan kerja di perusahaan ayahnya.

Telah berpenghasilan sejak masih muda bagiku keren luar biasa.

Anak SMA pake motor metik? Lewat!

Aku mencintai si tampan dan menjalin hubungan pacaran dengannya terbilang lama, hingga aku masuk kuliah.

Percayalah, pacaran ini sebatas komunikasi doang. Tidak lebih, karena biarpun kau lihat aku matre, keluar rumah jilbab tak pernah lepas. Intim sebatas inboks facebook, telfon dan SMS-an. Urusan sentuh-sentuhan, maaf, aku gak bisa nerima. Dan si tampan mengerti. Sejak pertama kali dia mengulurkan tangan dan tidak kusambut, tak pernah sekalipun dia kurang ajar.

"Belum  halal." tanpa butuh penjelasan panjang lebar, alasanku itu bisa dia terima. Aku ingin segala keindahan sentuh menyentuh itu kami nikmati setelah halal, karena si tampan, benar-benar dia yang dalam impianku nanti akan menjadi kekasih halal.

Itulah sebabnya saat Si Odin tetangga satu desa mencoba meminang, kutolak. Dalihku masih kuliah. Padahal alasan sebenarnya karena usaha dia cuma tukang rujak. Susah kuterima jika nanti teman-teman memanggilku nyonya rujak. Gak kebayang nanti setiap pagi nanti harus mengupas nanas, pepaya, dan mangga. Kalau jari ini teriris nanti bagaimana. Lagi pula belum tentu Si Odin bakal mampu membiayai perawatan kuku yang selama ini kudapatkan dari Purnama.

Oh ya maaf tiang listrik, baru ngasih tahu, pacarku yang kaya tampan keren plus sudah punya penghasilan ini namanya Purnama, yang terpaksa harus kulepas saat aku kuliah semester enam karena ternyata dia tanpa perasaan memutuskanku karena mau menikah dengan Ardila, seorang sarjana kesehatan. Luluh lantak Hirosima dan Nagasaki masih terlalu ringan dibanding hancurnya perasaanku waktu itu. Dan tiada lagi cerita cinta setelahnya karena setiap kali pria datang ke rumah hendak meminang, selalu jawabanku kepada mereka itu sama: "Tidak!"

Tidak bukan disebabkan kehilangan selera menikah, melainkan menunggu pria yang datang itu setara, atau ya minimal kurang sedikitlah dari Purnama. Yang selama ini datang kebanyakan pria-pria kelas pasar tradisional. Pria-pria nggak banget yang aduh, sangat tidak berkelas. Tugimin, tukang goreng ayam. Sartono, pedagang VCD bajakan. Toto, pedagang telur asin. Warman, tukang tahu bulat. Surhadma, peternak bebek. Aku heran, kenapa yang datang semuanya pria yang gak kuharapkan.

Memang ada pria tampan, anak orang berada, suka menggoda dan memanggil-manggil namaku setiap lewat depan rumahnya. Satria, dari namanya pun kau tahu dia gagah. Tapi rela mati, meski datang ke rumah mengajukan pinangan dengan membawa sedan mewah, aku tak mau nerima. Dia mantan pasien rumah sakit jiwa. Dan sisa-sisa ketidakwarasannya masih belum hilang.

Hingga tamat kuliah, hingga bekerja, hingga sekarang, tak seorang pun pria yang kusuka berani datang ke rumah mengajukan pinangan. Jangankan pria berkelas, yang biasa-biasa pun tidak ada. Mungkin setelah beberapa kali penolakanku dulu, mereka saling berbisik satu sama lain untuk jangan coba-coba berani datang.

Padahal mempunyai kekasih halal, sungguh itu sesuatu yang sangat aku rindukan. Ingin kunikmati cinta halal, ingin kupunya seseorang halal, tempat menyentuh, tempat memeluk, tempat bicara, tempat curhat, pria belahan jiwa namun belum ada. Hanya meja kerja, moush, layar, sepatu, sandal saja yang kini bisa menjadi tempatku menumpahkan beban-beban. Sedangkan yang selalu dan selalu kurindu dan kangen ingin kembali dan kembali memeluk hingga kini hanya kamu, oh tiang listrik.

Tiang listrik, tak terasa waktu sudah pukul 16.00. Di luar hujan, tempiasnya membasahi kaca jendela. Dan kamu tiang listrik di sana, pasti kehujanan juga. Oh indahnya, pertemuan denganmu nanti pasti bakal jadi moment tak terlupakan. Sekali memelukmu, aku pasti langsung basah.

Saturday, March 19, 2016

Ada Buku Bagus Nih

Apakah malam ini kamu tahajjud, kalau iya, mudah-mudahan Allah mengangkatmu kepada keududukan terpuji. Mudah-mudahan Allah menyayangimu dan menganugerahkan jannatunnaim. Mudah-mudahan Allah menganugerahkan kepadamu hikmah dan menyertakanmu kepada golongan orang-orang shaleh,

Biasanya kamu mengingat seseorang, lalu apa gunanya mengingat orang itu, sebagaimana sekarang saya mengingatmu dan tidak tahu apa manfaatnya mengingat-ingatmu dari jauh. Di luar sana banyak orang lain melakukan, mengingat manusia lainya, dengan puisi-puisi mereka, dengan lagu-lagu mereka, dengan kisah-kisahnya, dan sama sekali tidak tahu, apakah manfaat besar yang bisa mereka dapatkan darinya. Mengingat Allah... adalah sumber ketenangan. Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.

Karena itu mari kita pilih setiap pembicaraan dan bacaan, hanya pembicaraan dan bacaan yang mengingatkan kita kepada Allah. Hanya pembicaraan dan bacaan yang menyadarkan kita, tiada yang berhak disembah dan ditaati perintahnya selain Allah.

Malam ini saya membaca buku bagus. Teringat, setiap kali pulang dan saya membawa buku bacaan, kamu suka membukanya dan baca. Jika menyenangkan, biasanya kamu berkata, "Jangan dibawa lagi ya, biarkan di rumah saja. Saya mau baca. Bagus, runut, tertib, kata-katanya rapi tertata, memudahkan pembayangan, memudahkan pemahaman."

Begitu kurang lebih kamu meminta.

Dan ini, sekarang ada lagi buku bagus yang saya yakin, kamu akan sangat suka. Bersampul indah warna kesukaanmu, merah muda, bergambar penulisnya--penulis yang karya lainnya, beberapa minggu lalu telah kamu baca habis sampai berurai-urai air mata.

Ini buku yang sangat indah, huruf-huruf judulnya timbul dengan desain yang, kamu pasti sangat suka. Dibawa mengantar anak ke PAUD, ibu-ibu lain yang juga mengantar anaknya pasti ikut penasaran dan mau meminjam.

Takkan saya beritahukan dulu judulnya. Nanti juga di rumah kamu bakal tahu, semoga jadi kejutan.

Buku ini baru selesai cetak, dan telah lama ditunggu orang. Sejak sebelum selesai cetak sudah banyak orang pesan.

Beberapa bab telah saya baca dan isinya, waduh sangat menghanyutkan. Berkisah nasib tragis beberapa gadis yang kemudian berusaha mentafakkuri pengalaman hidupnya. Mengerikan, beberapa mengalami kehidupan berat, beberapa sampai meninggal. Dan yang teristimewa, buku ini menyajikan kisah-kisahnya dengan bahasa ringan mudah kamu kunyah. Bahasa cerita, bahasa biasa, dengan kata-kata yang sengaja dipilih supaya menyentuh perasaan.

Kamu mau membaca tidak?

Kalau mau, insya Allah nanti bila saatnya tiba waktu pulang, di awal bulan, akan saya masukkan buku ini ke dalam tas, insya Allah, supaya nanti sampai ke rumah, bisa kamu buka dan baca.

SHALAWAT BADAR

"Ya Allah, saya tahu sedikitnya amal ibadah saya, tapi Engkau lebih tahu sedikit dan segala kekurangannya. Tapi dari yang sedikit ini saya merasakan nikmat yang luar biasa, saya rasakan keindahan luar biasa. Nikmatnya ibadah kepada-Mu, kepada jiwa rasanya sangat menenangkan. Mohon jangan cabut ya Allah, jangan Engkau menguranginya, saya mohon, malah kalaulah boleh, tambah saja, tambahlah kenikmatan ibadah kepada-Mu ini ya Allah. Ringankanlah saya bangun malam, ringankanlah saya berangkat bersuci ya Allah, mudahkanlah, dan mudahkanlah pula untuk mendirikan shalat, mudahkanlah saat mendirikan shalat, dan mohon selamatkan dari keragu-raguan yang sangat menghambat itu ya Allah. Jadikan hidup ini hanya untuk beribadah kepada-Mu, karena kehidupan terindah hanyalah kehidupan semacam itu."

Tidak ada yang istimewa, tidak ada yang megah,

Apa istimewanya kedatangan seorang bapak ke rumah disambut anaknya. Apa uniknya saat bapak itu memeluk dan menggendong anaknya karena sangat kangen dan sayang. Apa hebatnya saat seorang suami, setelah sebulan tidak bertemu kemudian menatap menikmati wajah istrinya. Apa ajaibnya seorang yang sudah sekian lama di kota kemudian menikmati suasana sejuk rumah sebab berada di tengah alam pegunungan.

Semuanya biasa saja. Pertemuan biasa, percakaan biasa, tiada kejadian menegangkan, tiada masalah mendebarkan.

"Di kampungmu A, shalawat badar biasa dilantunkan dengan nada bagaimana?" suara dari tengah rumah. Istri bertanya.

"Bagaimana ya? Oh ya ada, yang menggunakan nada lagu Ibu Tiri." sahut saya dari kamar, sambil mengasuh Si Nai.

"Coba..."

"Suara saya tidak bagus."

"Tak masalah. Bagus kok."

"Sumbang."

"Gak papa. Rekam ya, nanti saya pelajari."

"Waduh!"

Dia sodorkan handphone. Handphone murah, sederhana, tapi bisa merekam,

"Bagaimana caranya?"

"Begini." dia siapkan menu media perekam.

Dan mulailah, suara serak nan sumbang ini melengking di tengah rumah, menampar-nampar dinding, menerobos ventilasi menembus kabut petang pegunungan. Entah bagaimana terdengar para tetangga. Sambil disandari Si Nai yang manja ingin terus bersama, saya usakan suara sebagus yang saya bisa.

Shalawat Badar. Melantunkan ini sangat menyedihkan perasaan. Menyedihkan bukan hanya karena sedih nadanya akan tetapi, juga menyedihkan karena lagu ini mengingatkan pada seorang guru saya yang hilang. Hilang dari kampung pergi ke kota karena kebutuhan. Saya sangat menyayanginya, dan dialah guru yang mengajarkan saya ini nada lagu shalawat badar.


Friday, March 11, 2016

INGIN NIKMAT MEMBACA BUKU? KURANGI MAKAN

Saat tiada hal lain dalam pikiran selain apa yang sedang dibaca. Saat hal lain terlupakan dan hanya terfokus kepada apa yang sedang dibaca. Kepada jalan cerita, kepara rasa penasaran kelanjutannya, kepada rasa gemas dengan watak tokoh-tokohnya. Saat kita begitu terlibat dan seakan mendengar tuturan langsung sang penulis saat buku yang dibaca itu berupa non fiksi, terjemah kitab, atau buku ilmiah. Itulah saat-saat ternikmat, saat-saat terindah membaca.

Akan tetapi saat terindah semacam itu susah kita rasakan manakala kita mengumbar kesenangan makan. Di depan komputer semisal, sepi terasa onlina tanpa makanan. Pergi dulu ke warung terdekat membeli cemilan. Atau ke pinggir jalan membeli gorengan. Atau pagi hari ke sebuah perempatan lampu merah, tempat orang berjualan berbagai macam kue basah. Atau kalau kebetulan di kulkas ada makanan, makan apa saja yang ada di sana. Keripik, roti, coklat, kue, dan apa saja yang bisa dimakan.

Dan saat keinginan itu kita penuhi dan lambung berat dengan makanan, nikmat membaca pun menjadi hilang, badan lemas, membaca sambil tengkurap, lalu sambil tiduran, dan akhirnya, ngantuk datang, tidur, waktu pun hilang terbuang. Buku yang sedianya ingin segera kita tamatkan, jadi terhambat gara-gara memenuhi nafsu makan.

Padahal buku yang dibaca itu kurang bagus apanya. Anna Karenina, karya Leo Tolstoy, sastrawan kelas dunia. Buku yang telah telah ratusan kali diterbitkan, dipuji sempurna sebagai karya seni, dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, buku yang saat membacanya orang menjadi sangat penasaran ingin segera menyelesaikan. Akan tetapi, karena orang membacanya sambil perut kenyang, badan terasa lelah, maka sambil tiduran. Anna Karenina yang sebetulnya bacaan mengasyikkan, jadi terasa lelah, karena sebelumnya dia  baru menghabiskan makanan.

Atau buku karya Enang Rokajat Asura, berjudul Abdul Jalal 1, buku yang dibeli karena suka dengan gaya tutur penulisnya, karena selalu berihak kepada kesederhanaan, kebaikan, dan keimanan, karena tulisan dia rata-rata bagus, mudah dicerna, indah dan menggunakan seni sastra, seharusnya bisa dibaca dengan lancar dan dengan cepat menamatkannya. Akan tetapi tidak, baru mulai membaca ngantuk sudah datang. Mengapa? Karena dia membaca buku itu setelah makan gorengan yang dia beli dari pinggir jalan, kemudian memakannya sambil membaca, dan setelah makanan habis, ngantuk datang menyerang.

Sebagaimana tanwin dan alif lam, dalam ilmu Bahasa Arab, keduanya tak bisa disatukan. Tak bisa menempeli sebuah kata pada saat bersamaan. Begitulah antara kenikmatan membaca dan kenyangnya kakan. Keduanya susah bersua. Harus memilih salah satu. Ingin menikmati bacaan harus bisa mengurangi nikmatnya makanan. Ingin menikmati makanan, harus rela kehilangan nikmatnya bacaan. Hal ini mengingatkan kita kepada hati orang-orang bertakwa. Mereka rasakan tak bisa menyatukan dua cinta antara dunia dan Allah. Sebuah nasyid berdendang, "Tuhan, leraikanlah dunia, yang mendiami dalam hatiku. Karena di situ tiada kumampu, mengukut dua cinta." Begitu juga nikmatnya bacaan, susah kita rasakan saat ingin kita sertakan dengan nikmatnya makan. Jadi jika ingin merasakan nikmatnya membaca, kurangilah makan.

Tuesday, March 8, 2016

Tanggal

Saya tidak tahu persis mengapa tanggal itu disebut tanggal.
Yang jelas, setiap hari tanggal itu memang tanggal,
Lepas,
Berjatuhan
Berguguran,
Tanggal itu terus tanggal, bertanggalan, lepas membawa pergi kesempatan-kesempatan

Tanggal demi tanggal itu tanggal, tanpa catatan kebaikan
Kulihat
Tanggal demi tanggal itu tanggal, membawa catatan keburukan

Tanggal
Tanpa di dalamnya terisi dengan shalat malam
Tanggal
Tanpa di dalamnya terisi dengan sedekah dan kebaikan kebaikan
Tanggal
Tanpa di dalamnya terisi dengan puasa
Tanggal membawa dosa-dosa yang harus kita pertanggungjawabkan di akhirat

Tanggal itu tanggal sambil menanggalkan sisa usia kita
Menarik lepas secara paksa tanpa bisa kita tahan
Tanpa henti dia tanggalkan hingga
Jatah usia ini
Kekuatan badan ini
Kemudaan ini
Kemampuan panca indra ini
Terus berkurang hingga habisnya
Seperti angin yang menanggalkan dedaunan hingga ranting itu gundul tanpa tersisa sehelai daun pun di sana

Monday, March 7, 2016

BUKU TAHAJJUD: KEMUDAHAN DARI ALLAH

Ada yang menyebutkan setelah shalat malam jangan tidur lagi, bagaimana itu? Tanya seorang istri.
Memang jangan, kan harusnya kita isi dengan berdoa, jawab suaminya.
Terkadang saya terbangun jam 2 dini hari, shalat, dan setelah itu tidur lagi, kata si istri lagi.
Oh ya memang Nabi Muhammad juga pernah menyebutkan jika ngantuk mah tidur saja, nanti akan Shalat Shubuh dalam keadaan ngantuk tidak baik juga.
Oh ya, sahut sang istri.
Kok bisa bangun jam 2? tanya suaminya.
Biasanya karena mau pipis, langsung saja sekalian berwudlu, jawab si istri.
Lebih bagus itu, karena saat-saatnya orang lelap tidur, suaminya memberi semangat.

===============

Islam datang untuk memberi kemudahan. Ajaran-ajarannya mudah. Nabi pernah bersabda, agama ini mudah, siapa mempersulitnya maka dia akan kalah.

Saat diberikan dua pilihan antara yang sulit dan yang mudah dalam beragama, maka Nabi memilih yang mudah. Itulah sunnah yang beliau ajarkan kepada para sahabat.

Alkisah dua orang sahabat datang kepada Rasulullah mengadukan permasalahan mereka. Baru saja keduanya mengadakan perjalanan kemudian datang waktu shalat dan tidak menemukan air. Keduanya tayamum kemudian mengerjakan shalat. Setelah itu berjalan lagi kemudian menemukan air. Salah seorang dari mereka mengulang shalatnya, seorang lagi tidak. Keduanya sama tidak tahu mana dari mereka yang benar. Maka keduanya datang kepada Rasululllah dan bertanya. Bagaimana jawab rasulullah?

"Kamu yang mengulang lagi shalatnya dapat pahala dua kali. Kamu yang tidak mengulang berarti mengikuti sunnahku."

Itulah sebabnya maka tak mengapa setelah shalat malam kemudian tidur dulu. Daripada ngantuk kemudian mendirikan shalat dalam keadaan lelah, lebih baik kembalikan dulu energi badan dengan istirahat.

===================

SHALATLAH PADA WAKTU MALAM SAAT MANUSIA TIDUR

Ujung percakapan antara suami istri di atas mengingatkan saya kepada pesan Nabi Muhammad Saw: "Wahai manusia sebarkanlah salam, berilah makan, sambungkan sillaturrahmi, dan shalatlah di waktu malam sedang manusia dalam keadaan tidur. Niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat sejahtera."

Bunyi hadits dalam Bahasa Arabnya sangat indah.

Ayyuhannas. afsyaussalam,
Waithamutthaam
Washillul arham
Wasshalaatum billaili wannasu niyaam,
Tadkhulul jannata bissalam

Saya kembali mendengar hadits ini dari ceramah Ust. Yusuf Mansur yang saya putar di youtube handphone sebelum tidur. Shaleh sekali Ust, ini semoga kebaikan selalu mengalir kepadanya dan catatan kebaikan dan dari ilmu-ilmunya yang bermanfaat. Amiin. Terima kasih ya Allah telah menciptakan orang-orang shalih yang mengingatkan kami dengan ilmunya.

Saturday, March 5, 2016

Ingin Ceritamu Menarik? Lakukan Pelanggaran

Sebenarnya menulis yang enak dibaca itu sangat mudah. Bercerita saja. Ceritakan apa yang sudah menjadi pengalaman. Ceritakanlah cerita mengesankan yang pernah Anda dengar.

Lalu bagaimana supaya sebuah cerita menarik dan orang lain mau membaca. Banyak sekali caranya, tapi saya punya cara pribadi, yaitu melanggar.

Langgarlah kebiasaan. Jika orang lain memulai carita dari awal, ke tengah, dan ke akhir, cobalah kamu membuat cerita dari tengahnya. Dari seru-serunya, kemudian ceritakan bagaimana awalnya. baru penyelesaian. Bosan dengan cara itu coba membuat cerita dari akhir, mundur ke tengah, kemudian baru ke awal. Atau dimulai dari tengah, ke akhir, ke awal.

Langgarlah kebiasaan cerita-cerita yang sudah ada. Jika biasanya cerita orang mengirim surat itu kepada orang yang dicintainya, kini buatlah cerita dengan kata indah berbunga-bunga, manis bermadu-madu, cerah berkilau-kilau itu ternyata dikirimkan untuk tiang listrik pinggir jalan. Jika biasanya wanita mengusap janin sambil kebingungan itu seorang hamil di luar nikah, maka buatlah cerita baru yang menyebut bahwa itu bukan karena hamil di luar nikah. Jadilah pelanggar. Dengan begitu, orang akan menduga ceritamu berakhir di A, padahal ternyata di Z.

Bagaimana dengan melanggar tanda baca? Misalnya orang biasanya menulis cerita menggunakan tanda kutip untuk perkataan para tokohnya, tapi kamu tidak menggunakannya, bagaimana?

Jika memang dengan cara itu ceritamu lebih nikmat, lebih lancar, dan lebih enak dibaca, kenapa tidak. Lakukan saja pelanggaran, dan tidak perlu takut menjadi beda! Saya menulis dalam bentuk baris baris seperti puisi tanpa titik, kemudian datang orang memberi komentar tulisan saya ancur luar biasa. Dia katakan ini seperti puisi tapi bukan, tanggapan saya sih santai saja. Yang penting orang tertarik membaca dan mendapatkan manfaat, selebihnya dia malah melihat sebuah keburukan dari cara saya menulis terserah dia.


Buku Tahajjud: Menggapai Kedudukan Mulia

Kebodohan terbesar yang sangat sering kita ulang adalah berharap kepada manusia. Menanti pemberian dari manusia, namun sayang tak mengertin juga. Mengharapkan cinta dari seseorang orang, dia seakan tidak mengerti perasaan kita. Masih untung jika dia bersikap biasa, yang menyakitkan adalah saat sikap yang dia tunjukkan sebaliknya, bukan cinta, melainkan kebencian.

Sesering kita mendapatkan kekecewaan dari berharap kepada manusia, sesering itu pula kita mengulangnya. Sebuah video menunjukkan serombongan sapi yang lewat ke sebuah jalan yang di bawahnya mengalir sungai, kemudian kaki sapi terdepan terperosok ke bawah. Setelah susah payah bangun, sapi di belakangnya meloncat, berusaha supaya tidak terperosok ke dalam lubang. Sapi saja mengambil pelajaran dari kesialan sapi lain, kenapa kita tidak. Sudah jelas berharap kepada manusia itu hanya akan berbuah kekecewaan, tapi anehnya, selalu saja kekeliruan itu kita ulang.

Berharap itu hanya kepada Allah. Berharap kepada manusia akan kecewa. Ingin kedudukan mulia, berharaplah kedudukan mulia dari Allah.

"Dan dari sebagian malam maka tahajjudlah sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah mudahan Rabb-mu mengangkatmu kepada kedudukan terpuji."


Seorang yang dimuliakan kedudukannya oleh Allah antara lain Syaikh Bayazid Busthami. Sampai kini, beliau dikenang keshalihannya. Menjadi teladan, ilmunya bermanfaat, kisahnya ditulis, dibaca dari generasi ke genarasi, menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang setelahnya.

Ketika waktu kecil ia membaca Al-Qur'an sampai kepada surat Al-Muzzammil ayat 1-2, "Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat) di waktu malam, kecuali sedikit daripadanya", dia bertanya kepada ayahnya,

"Wahai Ayah, siapakah yang diperintahkan Allah untuk mengerjakan Shalat Malam/Tahajjud seperti ini? Ayahku menjawab, yang mendapatkan perintah seperti ini adalah Nabi Muhammad Saw."

"Lalu kenapa Ayah tidak melakukan apa yang dilakukan Nabi Saw?"

Ayahnya menjawab, "Itu merupakan perintah yang karenanya Allah memuliakan Nabi Muhammad Saw."

Lalu ketika Bayazid membaca Surat Al-Muzzammil ayat 20, "Dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu." maka ia bertanya, "Ayah, siapakah golongan tersebut?" ayahnya menjawab, "Mereka itu adalah para Sahabat Nabi Muhammad Saw." ia berkata, "Mengapa ayah tidak melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad Saw?" ayahnya menjawab, "Mereka itu memang orang-orang yang telah dikuatkan oleh Allah Swt. untuk melakukan shalat malam." Bayazid berkata, "Wahai Ayah, tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak meneladani Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya."

Akhirnya sang ayah senantiasa mengerjakan shalat malam/tahajjud.

Bayazid kecil berkata lagi, "Wahai Ayah, ajarkanlah shalat malam ini kepadaku." ayahnya menjawab, "Anakku, kamu masih kecil." ia berkata, "Jika nanti Allah telah menghimpun seluruh makhluk pada hari kiamat, lalu memerintahkan orang-orang yang mengerjakan shalat malam untuk masuk ke dalam surga, maka aku akan berkata, 'Ya Rabbi, aku sebenarnya ingin mengerjakan shalat malam, akan tetapi ayah mencegahku." sang ayah pun segera berkata, "Sekarang, kerjakanlah shalat malam!"

Dinukil dari kitab Dhou'usy Syams halaman 460.

Begitulah kisah bagaimana ulama shalih ini belajar melakukan shalat malam, hingga hidup beliau diangkat derajatnya oleh Allah kepada kedudukan mulia.


Friday, March 4, 2016

Pesantren Impian

Film Pesantren Impian mengajarkan, betapa pentingnya untuk berhati-hati
Dalam berprasangka kepada orang

Di film Pesantren Impian dalam hal ini, berprasangka kepada orang yang hendak bertaubat
Belajar menempuh jalan kebenaran,
Kemudian, seseorang malah menuduhnya, melakukan pembunuhan
Sambil menganggap dia
Terus membawa-bawa watak masa lalunya
Yang tak pernah bisa disembuhkan
Itu sangat berbahaya
Sebab bisa saja, prasangka dan anggapan itu akan memengaruhi
Si orang
Membuat dia yang
Berpikir untuk kembali ke masa lalunya
Untunglah itu tak terjadi pada para tokoh Pesantren Impian
Inong, tetap dengan ketekunannya ibadah
Inong, tetap dengan niatnya menapaki jalan kebenaran
Inong, tidak goyah
Namun demikian, tetap
Betapa pentingnya kehati-hatian sebelum kita menjatuhkan tuduhan kepada orang

Saya teringat buku "Ketika Allah Menguji Kita"
Di sana terdapat kisah
Seorang pria divonis kurungan seumur hidup
Karena tuduhan membunuh
Dia pun masuk ke dalam kurungan, sekian lama
Sejak masih muda
Hingga menjelang tua dan saat itu kembali dilakukan penyelidikan
Dan ternyata
Ditemukan data yang menunjukkan, si pria ini tidak bersalah
Yang melakukan pembunuhan ternyata bukan dia.
Sang pria pun dibebaskan
Bayangkan, sekian tahun dalam kurungan
Masa muda harus terbuang dalam penjara, usianya disia-siakan, namanya dihancurkan
Untuk mempertanggungjawabkan kesalahan yang tak pernah diperbuatnya
Dan setelah itu
Setelah dia dibebaskan
Karena dia telah dipenjara padahal seharusnya dia tidak dipenjara dan selama dipenjara itu dia telah menghabiskan sekian banyak biaya untuk mengurusnya, dia dituntut harus membayar ganti biaya hidupnya selama dipenjara!

Begitulah gambaran begitu pentingnya kehati-hatian saat hendak melemparkan tuduhan
Seperti yang terjadi pada film pesantran impian
Bersama tokoh Eni yang terus dibuat bertanya, ini pelakunya siapa
Sebenarnya ini pelakunya siapa
Penonton pun terus dibuat penasaran, dan merasakan,
Sama-sama harus hati-hati, khawatir salah melemparkan tuduhan

Thursday, March 3, 2016

Aku Ingin Di Sini Saja: Menulis Buku

Aku, ingin tetap bahagia, di sini
Tenang
Duduk, di depan meja, membaca,
Membaca buku yang banyak, yang bermanfaat, yang menambah pengetahuan berharga
Tenggelam ke dalam cerita
Tenggelam ke dalam pelik rumit tapi asyiknya pengetahuan
Dan...
Menulis
Menuliskan apa saja yang ada dalam pikiran
Menuliskan apa saja yang ingin kutuliskan
Dekat dengan ketikan
Dekat dengan microsoft word
Dekat dengan blog, dekat dengan facebook, dekat dengan buku-buku

Kepada diri ini ingin kumengingatkan
Selalu, harus bisa
Bahwa
Apapun yang kutuliskan,
Haruslah bermanfaat dan menyampaikan kebenaran
Tanpa peduli apa tanggapan orang, yang penting, bagaimana ini semua di hadapan Allah
Bagaimana aku menulis sesuatu yang diridhai Allah
Harus bisa, dan
Harus kuusahakan, di mana pun aku menulis, di status facebook di twitter
Jangan sampai kulupa, harus kukumpulkan
Seorang blogger, kulihat pernah mengumpulkan
Twit di twitternya, dia pindahkan ke blog, dan kumpulkan di sana
Sebagai karya dia hari itu
Maka begitu juga tulisanku pada komentar orang
Jangan sampai sia-sia
Harus kuambil dan kumpulkan, karena tulisan itu sudah kubuat dengan tenaga
Dengan pikiran, dan dengan pengetahuan yang Allah berikan
Karenanya tugasku
Setelah menuliskan hal-hal berharga,
Maka seterusnya, harus kuhargai hal berharga yang kutuliskan
Harus kukumpulkan
Semoga
Nanti ada saat di mana
Aku bisa menyantukannya dengan tulisan lain yang
Senada, setema, sehingga
Kumpulan tulisan bertautan, menjadi tulisan panjang, berupa artikel,
Yang ketika, artikel itu semakin banyak, bisa dikumpulkan bersama artikel setema
Dan kuikat menjadi sebuah buku
Buku karyaku
Hasil jerih payahku dengan pertolongan Allah
Betapa bahagianya

Mau Betulin Hape