Wednesday, May 3, 2017

IBUNYA SI PINK

Gelombang roadshow film Koala Kumal ngelempar gue sampai ke Tasikmalaya. Terdampar di sebuah hotel, bangun tidur, mandi, trus buka tirai, melihat ke luar, hari sudah sangat terang. Mendekat ke jendela, tampak hamparan rumah-rumah memadati kota.

Seperti dibicarakan semalam, sebelum acara, gue mau mampir dulu, ke rumah Zizi, ponakannya Pak Parwez pemilik Starvision. Dia breader kucing gitu, dan waktu ngobrol sama dia semalam, gue baru tahu ternyata ibunya Pink--kucing gue yang sudah meninggal itu--ada di rumah dia.

Gue mau lihat kayak gimana bentukan ibunya pink, jadi gue bersiap berangkat ke sana.

Tapi pas mau turun, liftnya aneh gitu. Beberapa kali gue pencet gak kebuka juga. Dasboard digitalnya berhenti di angka delapan, terus gue pencet ke bawah gak mau nyala. Gue bingung musti gimana buat turun. Gak mungkin buka jendela terus loncat, ilmu spydermen gue belum cukup matang buat melakukan itu.

Sedang bingung begitu, datang petugas. Gue bilang ke dia, "Ini gak mau nyala ya?"

"Lagi trouble Pak! Gak bisa, lewat sini aja." dia nyebut gue bapak, gak tahu gue belum jadi bapak-bapak. Gue belum punya anak Cuy.

"Lewat apa?"

"Lewat lift service Pak!!" buset dah. Itu lift buat ngangkut barang. Tapi gak papa. Masalahnya dia nyebut gue Bapak.

Sekali lagi nyebut bapak, gue keluarin jurus pamungkas. Kayaknya orang ini belum pernah ngerasain hame-hame deh.

"Dari kapan troublenya?"

"Barusan Pak!"

Untungnya dia staf hotel ini. Jadi meskipun sejengkel apa, gue gak berdaya. Lagi pula dia mau baik nganterin gue sampai ke bawah yang ternyata langsung masuk parkiran.

Karena gue gak tahu jalan, keluarga Zizi yang datang menjemput. Di kursi depan, duduk anak gemuk berkacamata, berhidung mancung, kulit kehitaman dengan struktur wajah mirip anak-anak yang biasa main di film India. Tapi yang lebih menarik perhatian gue adalah kucing di pangkuan dia. Kucing ras sphink, sama seperti si pink.

"Siapa namaya ini?"

"Clause." jawab anak gendut itu.

Zizi bilang, Clause ini ponakannya Si Pink. Jadi anak saudaranya. Trus kita berangkat meningalkan kotel, mengikutin mobil menuju rumah Zizi. Di sana banyak kucing.

"Berapa banyak kucingnya Zi?"

"Sekitar 30."

Gue mau masuk ke dalam, tapi entah kenapa Zizi nyuruh gue nunggu di luar aja. Dia sendiri yang ke dalam, terus satu persatu kucing bugil itu dia panggul dan bawa keluar. Gila, gue sampe ngakak melihat kucing itu gemuk-gemuk. Kayak obesitas gitu, lalu gue sakit perut ketawa terus lihat kucing berikutnya.

"Hahahaha," beneran gak tahan lihatnya.

Ini kucing sphink lagi hamil buncit banget perutnya. Zizi menurunkan kucing itu ke halaman, terus nyuruh jalan sendiri, lari-lari. Geli banget gue melihat larinya bawa perutnya yang hampir nyentuh tembok halaman. Saking perutnya berat dan menggelayut ke bawah, sampai-sampai ekornya terus-menerus mencuat ke atas. Gokil abis, tapi dari hati ini keluar rasa sayang. Jadi gue tangkap, bawa ke pangkuan, trus duduk di tangga, minta difoto bareng dia.

Tapi satu hal belum terjawab, tadi gue nanya Ibunya Si Pink yang mana, Zizi belum ngasih tahu juga, padahal tujuan terpenting datang ke rumahnya ya itu, gue pengen banget ketemu ibunya. Ibaratnya seorang tua angkat, kini dalam gemetaran buat ketemu orang tua si anak, dan udah gak sabar pengen segera ketemu dia, pengen membungkuk trus duduk simpuh, minta maaf, mengakui diri bodoh, teledor, gak bisa ngurus anaknya, kok sampai bisa meninggal.

Entah kenapa Zizi gak ngasih lihat juga, jadi gue minta masuk ke rumah kucing. Zizi bilang, "Tempatnya bau?"

"Gak papa." jawab gue.

"Tempatnya bau, gak papa?" tanya Zizi sekali lagi.

"Gak papa."

Akhirnya Zizi membawa gue ke rumah kucing, trus masuk ruangan yang di dalamnya ada kandang, di situ seekor kucing tengah berdiam santai. Gue gak tahu musti ngomong apa sama kucing itu, yang bisa gue lakuin waktu Zizi mengeluarkannya dari kandang, gue cuma bisa ngusap-ngusap dia, dan gak pernah tahu mau ngomong apa buat minta maaf, dan gue juga gak tahu, kalau saja dia manusia, bakal bilang apa dia ke gue jika tahu anaknya meninggal dalam perawatan gue.

No comments:

Post a Comment

Mau Betulin Hape