Thursday, October 13, 2016

RENDAH HATI

Bertemu dengan orang-orang yang saya mempunyai kelebihan, sering penasaran, punya akhlak apa sampai dia mempunyai kelebihan itu?

Fitrah Ilhami, usianya jauh di bawah saya, tapi tulisannya, lebih bagus, lebih menarik, enak dibaca, mengalir dan lucu. Bahkan, nasib bukunya diberikan kelancaran. Insya Allah, bukunya yang berjudul "Nasib Orang Baik" akan segera menjajah toko buku Indonesia. Saya penasaran mengapa Nasib Fitrah Ilhami begitu kebalikan dari Orang Baik, tokoh utama bukunya yang bernasib buruk?

Setelah agak lama tinggal di ANPH, saya jadi tahu ternyata selain murah hati, orang satu ini pun rendah hati. Kerendahhatian itu dia cerminkan dalam tulisan-tulisannya. Coba baca, nyaris semua tulisannnya bukan merupakan pamer kelebihan, justru sebaliknya, lebih banyak jujur menyebut kekurangan dan kekonyolan. Nasib Orang Baik, bukunya, itu berisi kisah-kisah konyol dia saat mendapatkan keberuntungan. Jadi siapa pun yang ingin mentertawakan kesialannya, beli saja buku dia dan baca. Dijamin puas. Rendah hati, sekali lagi itulah kesan yang saya dapat, dan kiranya itulah satu dari sekian banyak faktor penyebab keberuntungannya.

Berikutnya Hilman Lupus. Keberuntungan orang ini pun cukup besar. Saat muda sukses dengan novel Lupus. Bak tabung gas tiga kilogram, sangat laris di pasaran. Digandrungi semua kalangan karena kisahnya kocak dan renyah. Sekarang bagaimana? Keberuntungannya masih belum habis. Tak putus-putusnya Production House mempercayakan penulisan skenario padanya, buat sinetron kejar tayang. Dia memang sangat produktif, sehari menulis tak pernah kurang dari 60 halaman. Tapi lebih dari itu, saya kira keberuntungan banyak dia dapatkan karena sikap rendah hati yang dimililinya.

Kemarin di workshop kepenulisan saya melihatnya langsung. Tampil sebagai pembicara, orangnya pemalu sekali. Sangat rendah hati. Mbak Helvi Tiana Rosa berkali-kali menyebut Mas Hilman gurunya, dan semua hadirin setuju. Tapi dalam bicara, Mas Hilman lebih suka mengalah, lebih suka mendahulukan orang lain daripada dirinya? Low profil sekali, dan tidak suka menonjolkan diri, jauh dari sifat angkuh, apalagi teriak-teriak menyebut dirinya hebat. Jauh, sangat jauh dari sifat itu, sampai pun berkesimpulan, jangan-jangan itulah faktor keberuntungannya.

Alim Sudio juga. Penulis skenario satu ini memang baru ketemu saat workshop kepenulisan, tapi satu kali pertemuan itu cukup memberikan kesan bagus buat saya. Caranya membawakan materi sangat tenang, enak didengar dan tertata. Dengan suara berat, begitu akrab berinteraksi dengan pendengar sambil dibumbui canda sederhana tapi segar. Seorang peserta workshop berkali-kali mengatakan, begitu antusias mendengar. Jelas itu bikin saya bertanya-tanya, kenapa?

Setelah mendengar sendiri dari mulutnya, ternyata dia seorang yang sangat menjunjung tinggi kerendah hatian. Dia berkata, jika sebuah film bagus kemudian orang-orang memujinya, Alim Sudio lebih suka berkata, itu bukan kesuksesan dia. Kesuksesan sebuah film adalah kesuksesan bersama. Menurutnya, seorang penulis skenario berada di urutan rantai paling rendah dalam sebuah karya film yang membutuhkan keterlibatan orang banyak.

Jika misalnya orang lain menyebut film itu bagus, karena banyak sekali kata mutiaranya, Mas Alim masih saja berkata, itu bisa jadi   karena si artis saja bagus mengucapkannya. Menjadi seorang penulis skenario tidak boleh mengedepankan ego, begitu dia menjelaskan. Sekali mengedepankan ego dan memaksakan kehendak kepada perusahaan pembuatan film, sudah. Selesai. Orang takkan minat lagi menggunakan jasanya.

Rendah hati.

Jadi ingat sabda Nabi Saw, "Siapa saja rendah hati, maka Allah akan meninggikannya."

No comments:

Post a Comment

Mau Betulin Hape