Dalam menulis sebisa mungkin berceritalah. Dalam bercerita sebisa mungkin visualkan. Berusaha sekuat mungkin supaya orang-orang bisa membayangkan. Buat dalam kepala sendiri bayangannya begitu nyata, lalu dari bayangan itu berusahalah tuliskan. Memindahkan dari jelasnya bayangan pikiran ke dalam tulisan akan menjadikan tulisan luar biasa.
Inpirasi ini saya dapatkan setelah jalan-jalan dari toko buku melihat sebuah buku besar judulnya, Kekuatan Bercerita Visual. Saya tidak tahu maksud buku tersebut apa. Sepertinya kekuatan bercerita melalui gambar, lalu menyatakan pentingnya menggambar, atau bercerita melalui gambar, atau mungkin menceritakan kekuatan bercerita melalui film.
Tapi saya menangkapnya sebagai pesan, hebatnya bercerita secara visual. Bercerita dengan kata-kata yang sanggup membuat pembaca seakan-akan melihat apa yang sedang diceritakan. Jika kejadaiannya terjadi dalam sebuah ruang, maka diceritakan ruangan itu sejelas-jelasnya, jika itu orang, maka bentuk orang itu diceritakan sedetail-detailnya, jika dia berwajah seperti apa diceritakan bagaimana bentuk wajahnya.
Abstrak, dari sanalah seorang penulis memulai cerita. Dia mengambil yang abstrak kemudian mengkongkritkannya. Dia mengambil yang tak terlihat kemudian menceritakannya sampai pembaca meras melihat. Dia mengambil konsep-konsep dari berbagai nasihat dan pesan, kemudian mengejawantahkannya ke dalam cerita.
Ah ngomong apa sih aku ini
Teori doang, praktik sampah!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, surealisme adalah, aliran dalam seni sastra yang mementingkan aspek bawah sadar manuasia, dan nonrasional da...
-
Hujan sejak fajar. Subuh reda, keluar, sisa gerimis masih kasar. Kasar menimpa baju, ramput, pipi, menampar-nampar. Jalan kaki ini menuju k...
-
Sekarang, teman facebook saya sukai gubahannya adalah Janitra. Janitra Lituhayu, Perempuan Januari, begitu dia menamakan dirinya. Karangan...
No comments:
Post a Comment